Apa yang akan terjadi saat otak menyuruhnya menjauh, tapi hati menolak dengan angkuh? Maka apapun yang akan terjadi merupakan suatu gerak Refleks. Karena dalam sebuah perasaan, hati tidak membutuhkan otak untuk berpikir.
***
"Lah kampret, lo beneran gak bisa bawa gue pulang? Gue gak mau pulang naik angkot, apalagi jalan kaki ya sorry!" Kesal Tessa pada orang disebrang sana. Dia sedang menelpon Rani Adiknya, dia ingin nebeng pulang karena Dimas Abangnya sedang ada jam kuliah.
"Gue gak bisa gagang panci. Mau nyari barang buat tugas sama temen. Suruh cowok yang waktu itu beliin lo es krim aja buat nganter lo pulang!"
"Aishhh, Dia temen gue jin iprit. Lo aja gak mau nganterin gue, apalagi orang lain oncom!" Kesalnya menendang pintu kelas. Untung keadaan kelas sepi karena mereka sudah pulang dari sepuluh menit yang lalu. Hanya Anak Eskul yang masih betah disekolah pada jam pulang sekolah seperti ini seperti anak Paskibra yang sedang mengatur barisan ditengah lapang.
Terdengar Rani tertawa kecil dari sebrang sana. "Haha, tu lo tau nyet. Makanya punya muka jangan jelek jelek amat, gak ada yang mau ngegaetkan jadinya!"
"Ya Ayam. Siap siap aja motor lo besok gue yang bawa!" Ancam Tessa kesal.
"Bodo amat. Lo gak punya kuncinya ini!" Rani tertawa senang disebrang sana.
"Gue punya ya kunci duplikatnya, kalo lo lupa!" Tessa tersenyum penuh kemenangan.
"Bodo amat. Gue cabut ya, byee." Rani langsung memutuskan sambungannya membuat Tessa mendengus kesal. Papahnya mana bisa menjemput, dia sedang kerja pastinya.
Tessa nampaknya harus menunggu satu jam lagi disekolah, karena pembelajaran Abangnya akan berakhir satu jaman lagi. Tessa mengambil kursi dari kelasnya lalu dia bawa keluar kelas untuk dipakai duduk.
Tessa lalu membuka youtube untuk melihat tutorial memasak kue saat dia sudah terduduk. Niatnya besok dia akan membuat brownis kukus untuk dibawa kesekolah. Reza nampaknya suka dengan yang manis manis. Buktinya senin minggu kemarin dia sangat senang saat berkunjung ke Kedai Es krim setelah acara makan baksonya gagal karena pedasnya yang diambang kewarasan.
"Simple nih cara buatnya. Topingnya tinggal gue kasih white cream sama parutan keju atau engga chocochips." Ucap Tessa pada diri sendiri sembari mengetuk ngetukan telunjuknya pada dagu , lalu menyimpan tutorial memasak brownis kukusnya dengan kualitas rendah dalam youtube.
"Bikin puding coklat pandan enak deh kayanya. Sekalian bikin aja, pasti Reza suka." Ujarnya semangat Pancasila lalu menelusuri video membuat puding untuk dijadikan inspirasi cara penyajianya.
"Lo nunggu jemputan?" Tanya seorang lelaki, membuat Tessa mendongkakan kepalanya lalu tersenyum senang Reza masih disekolah ternyata.
"Heem. Masih sejaman lagi sih ngejemputnya. Lo sendiri ngapain? Nungguin orang disini? Atau ikut eskul kaya anak rajin yang lain?" Tanyanya memperhatikan anak Paskibra dilapang yang sedang melakukan Apel siang sebelum latihan paskibra, Apel sore tepatnya. Sekarangkan sudah jam empat sore lebihan.
"Gue bingung deh sama anak Paskibra disana. Mereka punya energi cadangan atau gimana sih? Gak ada capenya ya dari pagi sampe jam empat sore belajar disekolah, terus pulang sekolahnya harus jalan robot kaya gitu." Decaknya menggelengkan kepala heran.
Disaat siswa yang lain berlomba lomba untuk pulang ke rumah melakukan istirahat, mereka malah harus menyiapkan tenaga untuk melakukan gerakan robot sepulang sekolah. Menakjubkan. Pikirnya.

YOU ARE READING
Teza
Teen FictionIni bukan cerita tentang seorang Player yang mengejar incarannya yang susah untuk ditaklukkan. Bukan pula tentang seorang Lelaki kaya raya yang mencintai wanita biasa saja. Ini hanya cerita tentang Tessa dan Reza. Kedua manusia yang bernafas denga...