Chapter 1

72 5 5
                                    

Gue harap setelah perkenalan ini akan ada pertemuan selanjutnya.

***

Pagi ini koridor sekolah nampak ramai oleh hilir mudik para siswa. Dari siswa yang sedang berbincang dengan teman sekelompoknya, Siswa yang sibuk mencari kelasnya, sampai pada siswa yang malas malasan untuk datang kesekolah, ada pula siswa kelas sepuluh yang celingak celinguk bak orang linlung yang kehilangan arah tujuan hidupnya, oke itu terlalu berlebihan. Mereka siswa kelas sepuluh akan melakukan Masa Orientasi Siswa hari ini dan untuk kelas sebelas dan duabelas mereka memulai kegiatan belajarnya setelah libur kenaikan kemarin.

Dari arah gerbang SMA Pancasila terlihat beberapa siswa yang tampak berlarian untuk masuk ke area sekolah, mereka nampak semangat untuk memulai kegiatan sekolah. Tapi berbeda dengan satu siswi yang tampak sedang menggerutu setelah turun dari motor besar tadi.

"Dimas sialan. Ngasih uang tambahan cuman enam ribu! Satu porsi mie ayam aja gak bakal dapet. Bener bener itu Abang satu, liat aje deh kalo gue udah punya pacar. Gak bakalan lagi gue minta ke lo buat anter jemput. Gue pastiin nanti lo yang bakal butuh sama gue! Sialan, dasar centong nasi, kumis kucing. Arghhttt Dimas setan!" Gerutunya sepanjang jalan kenangan menuju koridor disekolah.

Bagaimana Tessa tidak kesal. Dia harus membelikan Mie ayam baso dengan porsi besar ditambah dengan jus jeruk, jika dia mau diantar jemput besok. Yang benar saja, dia hanya diberikan uang dua puluh lima ribu oleh Mamahnya. Itu sangat pas pasan bagi dirinya siswa SMA kelas tiga. Ditambah ini, dia harus menyisikan uangnya untuk jajan sang Kakak. Kutu kupret emang Kakaknya ini.

Tessa berjalan dikoridor kelas sebelas. Kesal yang disebabkan oleh Kakaknya tadi tergantikan oleh rasa senang tak kala melihat dua sahabatnya berada dikoridor jajaran kelas dua belas. Satu diantaranya tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya, sedangkan yang satunya lagi hanya memasang wajah datar. Seminggu liburan kemarin mereka tidak menghabiskan waktu bersama karena sibuk dengan acara keluarganya masing masing.

"Astatang.. Gue kangen lo Tessa... Lo makin cantik aje sih adek ipar! Apa kabarnya Oppa Dimas?" Tanya salah satu temannya dengan rambut yang dikepang satu, dia menyampaikan kepanganya disamping kanan pundaknya.

"Gila, gue juga kangen lo Mil. Abang gue makin lama kadar kekampretanya makin meningkat, bikin gue kesel mulu, anjir kan." Ujar Tessa membalas pelukan erat temannya yang bernama Mila. Mila merupakan salah satu temannya yang paling heboh, dia juga sangat menyukai apapun yang berbau Korea. Dia juga sangat mengidolakan Kakaknya. Padahal apa yang bagus didiri Kakaknya itu, sampai Mila menjadi penggemar beratnya.

"Omay Opah, gue rela deh dibikin kesel Oppa Dimas. Apapun itu asal gue bisa deket sama dia! Ahh bahagianya bisa ketemu adik ipar lagi." ujar Mila setelah melepaskan pelukannya, membuat Tessa terkekeh geli dengan sikap berlebihannya. Tapi sikapnya inilah yang paling dibutuhkan saat suasana sedang sepi.

"Bulu mata Syahrini lebih pantes jadi Kakak ipar gue, daripada gantungan kunci macam lo!" Ujarnya membuat Mila mengerucutkan bibirnya.

"Lo gak kangen gue Lit?" Tanya Tessa saat melihat salah satu temannya yang hanya diam memperhatikan.

"Lo berdua alay. Gak ketemu satu minggu aja segitunya, risih gue liatnya"

Tessa terkekeh mendengar jawaban yang dilontarkan Lita. "Sirik aja lo tiang listrik. Sini peluk kalo kangen, Jangan malu malu kerbau gitu!" Ujarnya lalu merentangkan tangannya, niat hati ingin memeluk apa daya yang mau dipeluk malah mundur.

"Ogah gue pelukan sama ulet. Yang ada badan gue gatel gatel nanti! Tiang listrik aja masih ada ngapain gue harus meluk lo" ujar Lita bergidik. Temannya yang satu ini memang sulit dan paling ribet.

TezaWhere stories live. Discover now