13 - For Bertiga

85 8 0
                                    

Aku sudah melihat putaran senja, tapi tak satupun dari mereka yang lebih indah daripada ketika kamu memelukku sebagai sore yang sederhana

d.moses

Untuk Maisha

Bagaimana jadinya jika aku malah jatuh padamu? Bagaimana jika hatiku justru memilihmu sebagai tempatnya untuk berlabuh?

Flashback on

Maisha berjalan menyusuri gedung-gedung tinggi. Diperhatikannya satu-persatu gedung itu hingga menemukan tempat yang dia cari. Dia melangkahkan kaki memasuki sebuah gedung pemerintahan yang dicat putih tulang. Dia terlihat sedikit kikuk karena hari itu adalah hari pertamanya bekerja.

Mungkinkah aku dapat menolaknya? Lalu apabila kutolak apa yang akan terjadi? Apakah akan terasa sakit? Aku tidak menyukai rasa sakit. Aku benci ketika harus membendung airmata karena perasaan lara.

Dia bekerja dengan giat walau sesekali harus bertanya pada sebagian staf kantor. Waktu terus bergulir hingga tibalah saatnya pulang. Segera dikemasinya alat-alat tulis dan beranjak dari kursi. Ditolehnya ke kiri dan ke kanan ketika sudah berdiri di depan kantor.
'Apa ini jalur searah?' batinnya bertanya-tanya. Dia belum mengenal daerah tempatnya bekerja sehingga merasa kebingungan.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang pria memperhatikannya dengan seksama. Dia duduk diatas motornya sembari menatap Maisha dari kejauhan. Ingin dihampirinya wanita itu, namun mengurungkan niat karena ingin melihat Maisha lebih lama. Matanya menatap teduh dari balik rambut gondrong sebahunya.
"Itu siapa?" tanya temannya yang tak kalah gondrong.
"Gak tau."
"Terus kenapa diliatin sampe segitunya?"
"Gak tau."

Aku tak berdaya tatkala tatapan hangatmu membalutku dari ribuan duka. Aku diam ketika kau menarikku ke dalam dekapanmu. Tapi kau bukanlah yang selama ini kuimpikan. Apakah akan baik-baik saja jika aku melupakan seluruh kondisi itu? Jangan membuatku terpana. Jika hal itu terjadi, aku akan melupakan semuanya dan pura-pura tolol saja.

"Permisi." sapa pria gondrong itu.
Penampilan semrawutnya membuat Maisha bergidik ngeri dan refleks mundur beberapa langkah. Diamatinya dengan teliti wajah yang ditutupi helaian rambut.
"Ada apa ya?" tanya Maisha waspada.
"Saya lihat kamu kebingungan. Kamu orang baru?"
"Iya."
"Di daerah sini ada taksi yang lalu lalang. Tapi gak banyak. Sebaiknya naik ojol aja." jelasnya.
"Jadi ini bukan jalur searah ya?"
"Bukan."
"Oh gitu. Makasi banyak atas bantuannya ya." ucap Maisha ramah diiringi senyum ceria.

Dia berlalu meninggalkan pria itu. Ditengah langkahnya masih dapat terdengar gumamam dari mulutnya. "Tampangnya sangar tapi baik."
Diantara langkah kakinya, pria itu masih setia menatap Maisha. Wajahnya menampilkan sebuah senyum. Senyum yang sangat tipis namun menyiratkan suatu bahagia.
"Sampai jumpa lagi."

Flashback off

Biar saja jika nantinya aku jatuh ke pelukanmu. Aku tidak akan menolak. Karena aku tahu bahwa kaulah yang terbaik. Aku yakin itu!

Untuk Bara

Ketika masa lalu kembali menghampirikun aku harus apa? Jika kenangan lucu dan menggemaskan itu kembali kau bawa, aku harus apa? Menerimanya dan mulai membuka hati? Entahlah.

Flashback on

Seorang gadis berambut ombak sebahu yang kerap dipanggil Bara berjalan menyusuri trotoar. Ditendangnya kasar kerikil-kerikil dibahu jalan. Dia mendengus kesal ketika sinar mentari meningkatkan suhu tubuh yang mulai digerogoti rasa lapar. Pun rasa haus menganggu kerongkongannya. Biasanya dia pulang ke rumah menggunakan angkot. Namun karena terlalu tergiur melihat pisang sale di kantin sekolah, dia masa bodoh dengan kondisi pulang. Alhasil, dia harus menapaki langkah dibawah terik matahari.

BertigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang