Jaehyun terbangun dari tidur nyenyaknya. Sudah seminggu berlalu sejak peresmian pernikahannya dengan Taeyong. Sekarang Taeyong telah resmi menjadi sua...err istrinya. Jaehyun tersenyum geli memikirkannya. Dan pemandangan yang selalu dilihatnya setiap pagi ini, kini menjadi favoritnya. Pemandangan wajah Taeyong yang masih terlelap di sampingnya.
Jaehyun tidak segera bangkit dari tempat tidur, meskipun ia telah terjaga. Ia justru berbaring miring sehingga ia bisa memandangi wajah Taeyong dengan lebih jelas. Dilihat dari dekat, ia jadi semakin mengagumi ciptaan Tuhan itu.
Taeyong cantik. Dan semakin cantik saja dari hari ke hari. Pipinya makin gembul, tapi Jaehyun suka. Setiap kali melihat Taeyong bawaannya ingin cubit pipinya terus. Tapi Jaehyun tahan untuk saat ini, karena itu bisa membangunkan Taeyong. Jaehyun ingin melakukan sesuatu dulu sebelum Taeyong bangun.
"Sedang apa kau Jaehyuni?" Ibu Jung memergoki Jaehyun sudah ada di dapur mendahuluinya.
Jaehyun memamerkan senyum berlesung pipi. "Menyiapkan sarapan untuk tuan putri."
Ibu Jung langsung paham melihat susu yang tengah diaduk Jaehyun. "Oooh... Dasar pengantin baru. Ya sudah cepat selesaikan membuat sarapannya. Pelayan tuan putri harus mandi dulu sebelum mengantarkan sarapan."
"Siap ibu ratu!"
Ibu Jung geleng-geleng kepala melihat tingkah Jaehyun yang begitu bersemangat. Sudah lama sekali ia tak melihat Jaehyun seceria itu. Semuanya karena Taeyong. Ibu Jung rasa keputusan Jaehyun menikahi Taeyong sudah tepat.
Mungkin.
.
.
.Taeyong terbangun karena aroma manis coklat di depan hidungnya. Ia langsung tahu siapa pelakunya.
"Jaehyuni... Bisa bangunkan aku dengan lebih normal?"
"Ini sudah paling normal, sayang."
Taeyong mengulum senyum. Ia masih belum terbiasa dengan panggilan sayang dari Jaehyun. Untungnya Jaehyun hanya melakukannya saat hanya ada mereka berdua.
Jaehyun mengulurkan tangannya yang langsung diterima Taeyong. Jaehyun membantu Taeyong duduk.
"Waduh... Anak appa semakin besar saja. Eommanya makin susah bangun." Jaehyun secara alami mengusap-usap perut Taeyong. Sudah jadi kebiasaannya sekarang. Setiap kali Taeyong ada di dekatnya, pasti perut Taeyong jadi sasaran.
"Hei, biarkan eommanya cuci muka dulu, baru appa bisa main-main dengan aegi." Taeyong menyingkirkan tangan Jaehyun yang mulai bermain mendaki bukit di perutnya.
Jaehyun membalas dengan senyum konyol. "Jangan lupa hari ini pemeriksaanmu. Aku yang mengantar."
"Oh? Kukira kau mau ke kantor. Aku bisa pergi sendiri."
"Naik bis dengan perut begitu. It's a no."
"Jaehyuuun... Ada banyak ibu hamil di luar sana yang naik bis. Jangan berlebihan."
"Kalau aku bisa mengantar kenapa tidak?"
Taeyong mengangkat alisnya. Beda sekali Jaehyun hari ini dengan sebulan yang lalu. Apa bedanya? Apa karena sekarang mereka sudah menikah?
Jaehyun seolah mengerti tatapan aneh Taeyong. "Maafkan aku yang waktu itu. Seharusnya aku melakukan ini sejak awal."
Kalimat ambigu Jaehyun membuat Taeyong bingung. Tapi sedikit banyak, ia paham maksudnya. Entah sejah kapan hubungan mereka sudah sampai ke tahap saling memahami tanpa harus bicara.
"Tidak masalah buatku." Taeyong tak tega melihat Jaehyun yang merasa bersalah. "Ini kan memang...sedikit di luar rencana?"
"Yah...manusia hanya bisa berencana. Siapa yang tahu rencana Tuhan yang sesungguhnya seperti apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me Too
RomanceTaeyong yang bukan siapa-siapa hadir dalam kehidupan pernikahan Jaehyun, membawa keajaiban yang diidam-idamkan. Memiliki perasaan untuk satu sama lain adalah hal yang dilarang dalam hubungan mereka. Tapi siapa yang bisa mencegah datangnya cinta kala...