(Percakapan dengan font italic terjadi di masa lalu)
.
.
.
.
."Kurasa kami akan segera kembali bersama dalam waktu dekat."
"Yang benar saja...apa itu hal yang pantas kau katakan pada orang yang baru saja sadar dari sekarat?"
"Aku hanya ingin kau tahu sebelum terlambat."
"Brengsek!"
"Terima kasih, tetapi aku yakin bisa membahagiakan Taeyong."
"Ya, ya, terserah saja. Lagipula aku sudah menyerah. Ambil benda itu."
"Apa?"
"Ada di saku jasku. Titipan dari Chaeyeon."
"Chaeyeon?"
.
.
.
.'Ah... aku baru sadar sejahat apa kata-kataku pada Mingyu dulu. Kurasa aku mendapatkan balasannya kali ini. Sekarang dia yang akan memiliki Taeyong, sementara aku yang "sekarat" dengan menyedihkan.'
.
.
.
.Jaehyun merasakan tusukan-tusukan kecil di pipinya. Karena merasa terganggu, ia akhirnya membuka matanya yang terasa berat.
"Oh! Daddy bangun! Eomma! Daddy sudah bangun!"
Suara cempreng Mark yang menyambut indera pendengarannya begitu ia tersadar sepenuhnya. Siapa yang Mark panggil tadi? Eomma? Berarti Taeyong ada di-
"Bagaimana perasaanmu?"
Tanpa perlu bertanya, Jaehyun sudah mendapat jawabannya. Taeyong memang ada di sampingnya. Menatapinya dengan tatapan memelas khas anak anjing. Apa arti dari tatapan itu adalah sebuah rasa cemas untuknya?
Ah, sepertinya ia tak boleh berharap terlalu tinggi.
"Bagaimana pernikahannya?" Bukannya menjawab, Jaehyun malah balik bertanya.
"Menurutmu?" Taeyong melakukan hal yang sama.
"Sudah berapa lama aku pingsan?" Jaehyun mengganti topik pertanyaan untuk menghindari jawaban yang tidak menyenangkan.
"Hampir tiga jam." Jawab Taeyong setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan kirinya.
Jaehyun tersenyum kecut. Sekarang ia tahu mereka sedang berada di rumah sakit. Ia masih penasaran dengan kelanjutan acara pernikahan Taeyong dan Mingyu. Apa mereka menundanya sementara waktu demi dirinya? Kalau iya, ia akan merasa bersalah karena sempat merasa lega.
"Maaf mengganggu hari bahagiamu. Kembalilah pada Mingyu. Dia pasti menunggumu. Aku tidak apa-apa."
"Apa maksudmu? Mingyu ada di luar." Taeyong mengedik ke arah pintu. "Mark juga sedang di luar bersamanya."
Ah benar, bocah cerewet itu tiba-tiba saja sudah hilang. Sepertinya ia sedang memberi ruang bagi ayah dan ibunya untuk berbicara berdua. Walaupun begitu yang terjadi malah suasana hening setelah perkataan terakhir Taeyong.
Jaehyun tak tahu harus berkata apa lagi. Ia tak sanggup mendorong Taeyong lebih jauh untuk kembali pada Mingyu dan meminta untuk mengabaikannya saja. Karena bagaimana pun itu sangat bertentangan dengan keinginan hati kecilnya. Pun ia tak bisa mengatakan pada Taeyong untuk membatalkan saja rencana pernikahan itu. Sungguh sebuah permintaan yang tak tahu diri.
"Cepatlah sembuh."
"Apa?"
Sebuah kalimat tiba-tiba dari Taeyong mengagetkan Jaehyun. Kalimat yang wajar sebenarnya. Tapi diucapkan di waktu seperti ini agak-
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me Too
RomanceTaeyong yang bukan siapa-siapa hadir dalam kehidupan pernikahan Jaehyun, membawa keajaiban yang diidam-idamkan. Memiliki perasaan untuk satu sama lain adalah hal yang dilarang dalam hubungan mereka. Tapi siapa yang bisa mencegah datangnya cinta kala...