Tulisan kapur biru 1

73 2 1
                                    


Ayo baca terus ceritanya sudah mau menuju akhir.


Malto, Datra dan Zalmi sedang ada di gudang sekolah. Ada sebuah ponsel yang tergeletak di tengah-tengah mereka. Saat ini ketiga remaja itu sedang bermain Ludo King.

"Kalau main ini di hp mah perasaan gak seru. Gak bisa curang," ucap Datra.

"Iya sih. Kalau ini mah tinggal sentuh selesai." Zalmi menopang dagunya.

Malto mengangkat satu kakinya. Ia terlihat bosan, beberapa kali dirinya menguap. Pintu gudang terbuka secara tiba-tiba membuat para remaja itu terkejut. Mereka menghembuskan napasnya ketika tahu yang masuk bukanlah guru melainkan Valdi.

"Mal, ada yang mau gue omongin sama lo," kata Valdi.

"Ngomong mah ngomong aja bro. Ini udah jamannya reformasi. Sekarang semua orang bebas buat bicara," ujar Malto.

"Empat mata!"

Datra dan Zalmi saling lirik mereka berdua mengerti dengan ucapan Valdi.

"Ya udah, kita ke kantin yuk Mi." Datra merangkul Zalmi dan membawanya keluar gudang.

"Lo so sweet banget sih pengen ngobrol berdua. Kalau orang lain liat cuma ada kita berdua di sini mereka pasti bakalan mikir yang aneh-aneh soal kita," ucap Malto ia menyandarkan tubuhnya di sofa.

Valdi duduk di depan Malto. "Lo tau alasan kenapa gue selingkuh dari Mala."

Malto menatap Valdi. Ia berpikir maksud dari perkataan Malto tadi. Untuk apa laki-laki itu membicarakan soal perselingkuhannya dengan Fara. Ia penasaran namun Malto hanya diam saja ia tidak bertanya tapi laki-laki itu lalu menggelengkan kepalanya.

"Gue sebenernya udah bilang ini ke Mala tapi gue yakin dia gak bilang hal ini ke lo, mungkin karena dia malu." Valdi menarik napasnya panjang. "Selama gue pacaran sama dia secara gak sadar Mala lebih sering cerita soal lo dibandingkan soal lainnya. Dia bilang lo nyebelin tapi teman yang baik. Dia bilang lo mesum tapi marah kalau ada cowok yang ganggu dia. Mala bilang lo suka bantu dia. Mala bilang semua kekonyolan yang lo lakuin dari SMP. Dia tau semuanya mulai dari yang lo suka sampai yang lo gak suka.

Di ceritain semua tentang lo. Setiap kali kita jalan di mal, taman, kafe, sampai kantin. Setiap kali cerita soal lo ekspresi wajahnya berubah. Gue bisa liat kalau dia sangat tertarik sama lo di bandingkan sama gue. Ya... sampai akhirnya gue tau kalau yang dia cinta bukan gue tapi lo."

Malto terdiam laki-laki itu menelan ludahnya. Kini ia sudah sangat yakin soal perasaanya. Tidak ada keraguan lagi ia dan Mala sudah sama-sama tahu soal perasaan mereka masing-masing. Kini yang harus ia lakukan adalah menemukan momen yang tepat untuk menyatakan cintanya. Malto bangkit ia membuka lemari yang ada di sana. Laki-laki itu mengambil kapur tulis berwarna biru dan memasukannya kedalam saku celana.

"Gue perlu bilang terima kasih gak sih ke lo. Karena udah ngasih informasi penting ke gue."

Valdi tersenyum. "Gak perlu santai aja. Tapi gue harap hubungan kita bisa baik lagi kaya dulu."

Malto tertawa kecil. "Hubungan kita bisa baik lagi kaya dulu. He, kampret kalau orang lain denger mereka bisa tambah curiga apalagi kita cuma berdua di sini."

Valdi tertawa ia mengerti maksud Malto. "Jijik banget ya. Hubungan? Hubungan apanya. Ayo keluar! sebelum ada yang liat."

Mereka berdua keluar sambil tertawa kecil. Kini mereka mencoba untuk menjalin hubungan yang baik lagi. Kedua pria itu berusaha untuk melupakan masalah yang pernah terjadi.

CINLOV Karena Cinta, Pasti Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang