Saya berharap kalian semua selalu sehat. Agar cerita ini bisa kalian nikmati hingga perjalanan cinta Mala dan Malto mencapai klimaksnya.
Malto berjalan sendirian di komplek rumahnya. Laki-laki itu melihat jam di smartphonenya sekarang sudah jam tiga. Malto bingung sebenarnya jam tiga itu masih siang atau sudah sore. Ia jalan sambil sesekali melihat keadaan komplek perumahannya. Dari jauh Malto sudah melihat ada sebuah mobil box yang sedang menurunkan barang-barang di depan sebuah rumah yang berada tepat di depan rumahnya.
Setahu Malto rumah itu kosong sudah sangat lama. Hanya ada seorang penjaga rumah yang selama ini sering ia lihat. Malto jadi teringat seseorang yang ia kenal yang dulu tinggal tepat di depan rumahnya. Malto melihat beberapa orang sedang membawa sebuah sofa masuk ke rumah. Sepertinya ada penghuni baru yang menempati rumah itu. Atau jangan-jangan orang itu.
"Malto?"
Malto sedang menduga duga orang yang pindah kerumah itu. Dan sepertinya dugaan laki-laki itu benar. Malto melihat orang yang memanggil namanya. Mata laki-laki itu terbuka lebar. Ia sangat mengenal betul siapa gadis yang sedang berjalan ke arahnya.
"Syifa?" Malto tersenyum pada gadis itu. Syifa Inera, adalah teman Malto sejak kecil. Mereka berdua sekolah di TK dan SD yang sama. Dulu mereka sangat dekat. Saking dekatnya orang-orang mengira mereka adik kakak. Namun ketika kelas enam SD, Syifa harus pergi ke luar negeri mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai diplomat.
Syifa memeluk Malto dengan erat. Ia melepaskan semua kerinduan yang selama ini ia rasakan. "Aku kangen banget sama kamu."
"Aku juga. Kamu pindah lagi kesini?"
Syifa meangguk. Ia tersenyum dan terlihat ada lesung pipi yang mengiringinya. "Iya Papah aku sekarang kerjanya di kementrian luar negeri. Jadi sekarang keluarga aku pindah ke sini lagi."
"Om, Tante mana?"
"Ada di dalem ayo." Syifa menarik tangan Malto mengajaknya masuk kedalam rumah.
"Mah, Pah liat siapa yang dateng."
Kedua orang tua Syifa yang sedang mengatur posisi sofa melihat anaknya datang bersama dengan seorang laki-laki.
"Om, Tante." Malto mencium punggung tangan orang tua Syifa.
"Loh! Inikan Malto ya," ucap Hendra, ayah Syifa.
"Malto udah besar sekarang ya. Kamu masih tinggal di depan." Mira ibu Syifa tersenyum melihat Malto yang sudah tumbuh besar.
"Iya Tante saya masih tinggal di depan."
"Wah bagus dong jadi Syifa masih punya temen disini. Kamu tolong jagain Syifa ya soalnya dia kan cuma kenal sama kamu disini," kata Hendra.
"Iya om tenang aja. Saya pasti jagain Syifa."
"Oh iya Mama kamu ada di rumah," tanya Mira wanita itu menggunakan lipstik merah dan berlian di jarinya.
"Biasanya sih jam segini Mamah belum pulang. Paling sekitar jam enam Mamah baru pulang."
"Oh gitu, yaudah nanti malam Tante main ke rumah kamu ya."
"Iya Tante, nanti saya bilang ke Mamah."
Malto lalu kembali keluar di temani oleh Syifa. Gadis itu tersenyum manis pada teman masa kecilnya. Ketika Syifa tahu ia akan kembali kerumah tempat ia tinggal dulu, hatinya sangat gembira. Sudah lama ia ingin bertemu dengan Malto. Bahkan ketika di pesawat ia gelisah dan tidak bisa tidur sama sekali.
"Oh iya kamu sekolah dimana?" tanya Malto.
"SMA 69."
"Serius?"
"Iya kenapa?"
"Aku juga sekolah disana."
Syifa tersenyum lebar. Ia tidak menyangka bisa satu sekolah dengan Malto. "Wah berarti kita bisa pulang pergi bareng dong."
"Ya bisa dong." Malto tersenyum sangat ramah. Dan gadis itu sangat dalam memperhatikan senyuman Malto.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINLOV Karena Cinta, Pasti Love (COMPLETED)
Ficção AdolescenteMala dan Malto dua anak remaja yang selalu memperdebatkan segala hal, Hingga akhirnya Valdi kekasih Mala mengetahui sesuatu di balik semua cerita Mala tentang Malto. Gadis itu mengerti bahwa yang ia cintai sebenarnya adalah Malto. Namun kahadiran Sy...