Tulisan kapur biru 3 (ENDING)

119 6 4
                                    



Arin menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu sepertinya sulit untuk mempercayai dengan apa yang baru saja ia dengar. "Gue gak nyangka kalian berdua akhirnya jadian juga. Ternyata bener ya apa kata orang, jangan terlalu benci sama orang nanti bisa berubah jadi cinta."

Mala dan Malto tertawa. Saat ini jam istirahat, mereka berada di kantin bersama dengan Arin, Datra dan Zalmi.

"Berarti sekarang kita panggil mereka pasangan Malato," ujar Zalmi.

"Malato?"

"Iya Malato. Mala dan Malto, gimana keren kan."

Mala dan Malto hanya tertawa kecil.

"Daripada sibuk mikirin nama mendingan lo nyari cewek sana," ucap Malto.

Zalmi menghela napasnya. "Sama siapa? Memangnya ada yang mau sama gue? Waktu itu hampir aja Mala jatuh cinta sama gue, tapi gak jadi."

Mala menunjuk dirinya sendiri. "Gue! Kapan?"

"Inget gak waktu GOMFEST gue jemput lo terus pas di motor kau peluk diriku mesra."

Arin dan datra tertawa. Muka mala memerah ia ingat betul kejadian itu.

"Gue gak sengaja meluk, sumpah deh!" kata Mala.

"Semenjak kejadian itu gue merasa kayanya lo punya rasa sama gue. Eh tapi sekarang lo malah jadian sama ni kampret. Terus sekarang nasib gue gimana." Zalmi menaruh kepalanya di atas meja.

Malto terkekeh. "Tenang aja Bro nanti gue bakalan cariin yang lebih cantik dari Arin sama Mala."

Mala dan Arin menyipitkan matanya.

"Iya Zal, lo mau yang kaya gimana? Tinggi, putih, rambutnya panjang punggungnya bolong," ujar Datra.

"Itu sundel bolong kampret," geram Zalmi membuat teman-temannya tertawa.

"Ssttt... ada yang dateng, ada yang dateng," bisik Arin.

Syifa datang menghampiri Malto dan yang lainnya. Gadis itu melangkah penuh keraguan namun akhirnya ia sampai juga di meja kantin yang ada di ujung.

"To gue mau ngomong sama lo empat mata," ucap Syifa.

Malto menoleh ke arah Mala. Gadis itu meangguk pelan memberikan izin pasangannya untuk bicara dengan Syifa. Malto berdiri dan mengikuti langkah Syifa. Gadis itu membawa teman sejak kecilnya ke koridor yang ada di dekat lab. komputer.

"Aku mau minta maaf sama kamu, karena aku udah berubah jadi seseorang yang kamu gak kenal. Sebenarnya aku sekolah di sini bukan kebetulan. Sebelum balik ke Bogor aku cari tau kabar kamu temen-temen SD kita sampai akhirnya aku tau kamu sekolah disini. Alasan aku sekolah disini sebenarnya karena pengen lebih deket sama kamu. Mungkin perteman kita dari kecil membuat aku berpikir bisa lebih dari sekedar teman sama kamu. Tapi ternyata ada cewek lain yang lebih berhak di samping kamu. Maaf ya Mal, udah buat pertemanan kita dari kecil jadi rumit."

Malto menghembuskan napasnya. "Gak apa-apa. Perasaan cinta dan benci itu kan susah untuk di atur. Maaf juga kemarin aku udah marah sama kamu. Itu pertama kalinya aku marah sama kamu. Kamu pasti kaget ya."

"Aku memang pantes di marahin."

"Syifa, kita masih bisa berteman kan. Aku gak mau pertemanan kita dari kecil terputus hanya gara-gara hal kemarin."

CINLOV Karena Cinta, Pasti Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang