Meninggalkan Mala di sudut lapangan 2

59 2 0
                                    


follow my social media.

INSTAGRAM : @frasyahira 

FACEBOOK : frasyahira

TWITTER : @frasyahira

WATTPAD : frasyahira 



"Diem lo. Lo tuh lebih parah tau gak," Arin lalu menjewer kuping Zalmi. Ketika Datra tertawa geli Arin kembali menjewernya. Untung saja Malto duduk agak jauh dari Arin sehingga ia tidak terkena jeweran maut dari tangan Arin.

"To, gue mau ngomong sama lo." Mala berdiri di dekat Malto. Kehadiran Mala membuat Arin berhenti menjewer kedua laki-laki itu.

"Setahu gue kalau ada orang cara ngomongnya kaya gitu dia pasti mau menyatakan cinta," kata Malto enteng tanpa melihat wajah Mala yang serius.

"Gue serius."

"Kalau mau serius mah nanti aja La, kita masih sekolah. Apalagi gue belum kerja kan. Berat bebannya La kalau kita harus serius sekarang."

Mala mendengus ia sudah sering menghadapi tingkah Malto yang seperti itu jadi dia harus sabar. "Ramalto Sanjaya, ayo ikut gue."

Malto yang dalam kondisi terduduk di bawah menengadahkan kepalanya. Ia tahu betul ketika Mala menyebutkan nama lengkapnya itu berarti cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama karena Mala kesal dengan tingkahnya, atau yang kedua karena ada sesuatu hal yang serius yang ingin Mala bicarakan.

Mala berjalan ke ujung lapangan. Di belakangnya ada Malto yang mengikuti langkahnya. "Lo tadi pasti sengaja kan ngelempar bola basket ke Valdi." Mala berhenti tepat di ujung lapangan.

"Menurut lo?"

Mala menarik napasnya. "Sengaja,"

"Seratus buat lo. Tapi karena gue gak punya uang seratusan jadi gue kasih seribu tapi kembalian ya sembilan ratus." Malto mengambil uang seribu dari saku bajunya.

Mala menyipitkan matanya. Ada ide licik di dalam kepalanya. Dengan cepat gadis itu mengambil uang seribu yang Malto arahkan padanya lalu memasukanya kedalam saku seragamnya. "Gak ada kembalian jadi semuanya aja buat gue."

Malto tersentak maksudnya hanya bercanda. "Yah jangan dong itu kan buat beli ciloknya Ceu Odah."

"Berisik! Kenapa lo lakuin itu. Lo ada masalah sama Valdi?" tanya Mala.

Malto menghela napasnya. Akhirnya ia mengikhlaskan uang itu. "Ya karena dia udah jahat sama lo, dan gue gak suka ngeliat lo di jahatin sama laki-laki manapun."

Mata Mala bergerak gerak. Ia jadi teringat kejadian di SMP. Waktu itu ada kakak kelas yang membuatnya menangis karena kaka kelas itu menggunakan cermin kecil yang di taruh di kakinya untuk melihat warna celana dalam Mala. Dan ketika istirahat, Malto menyiram kakak kelas itu dengan seember air yang ia tumpahkan dari lantai dua.

"Kenapa lo gak suka ngeliat gue di jahatin?" tanya Mala

"Ya karena..." Malto terdiam sesaat ia menelan ludahnya. Dalam otaknya ia berpikir jawaban apa yang harus ia keluarkan dari bibirnya yang kelu. Malto jalan beberapa langkah. Ia membelakangi Mala kedua lengannya disilangkan di depan dada. "Ya karena kita kan udah temenan lama dari SMP dan harus saling peduli. Sebagai teman gue gak suka aja ngeliat ada temen gue yang di sakitin sama orang lain." Malto menghela napasnya sambil memejamkan mata.

Mala meangguk pelan ia tidak mempertanyakan lagi alasan Malto melakukan hal itu. Tapi di telinganya terasa ada sesuatu yang janggal. Gadis itu tau betul ketika Malto berbicara sambil membelakangi dirinya itu berarti ada sesuatu yang di tutupi olehnya.

"Ok," ucap Mala lalu gadis itu berbalik meninggalkan Malto. Namun ketika beberapa langkah ia berhenti dan kembali membalikan badannya. "Oh iya, tiga hari lalu gue ketemu nyokap lo. Gue tau ini bukan urusan gue. Tapi seperti yang lo bilang tadi, kita ini temenan udah lama dan kita harus saling peduli. Gue cuma pengen bilang jangan terlalu lama marah sama orang tua. Kita gak tau kan bisa ketemu lagi sama mereka atau enggak."

Malto berbalik badan, ia menatap Mala wajahnya merengut. "Seperti yang lo bilang tadi itu bukan urusan lo, jadi lo gak usah ikut campur urusan gue." Malto berjalan cepat namun Mala mencengkram lengan Malto ketika pria itu berjalan melewatinya. Kini kedua orang itu saling berhadapan jarak mereka sangat dekat.

Mala sedikit mengangkat wajahnya karena tubuh Malto yang lebih tinggi darinya. "Lo bilang sendirikan tadi kalau lo gak suka ngeliat temen-temen lo di sakitin. Sementara kalau gue, gue gak suka ngeliat teman gue nyakitin orang lain. Nah dengan sikap lo kaya gitu, lo tuh udah nyakitin nyokap lo. Nyokap lo tuh orang baik. Setiap kali gue main kerumah lo. Gue pasti masak bareng sama dia, malah inget gak kita bertiga pernah bikin kue bareng."

Malto mendengus kali ini dirinya yang berhasil dibuat kesal oleh Mala. Dari raut wajahnya, pria itu tidak suka dengan pembicaraan yang sedang mereka lakukan. Malto menggerakan pundaknya ia menatap tajam Mala. "Kalau dia baik, dia gak akan bikin sakit hati anaknya. Mendingan lo urus aja cowok lo. Gak usah urusin hidup orang lain." Malto berbalik badan dan pergi meninggalkan Mala.

"Lo bukan orang lain..." ucap Mala, mampu menghentikan langkah Malto. Laki-laki itu terdiam. Kedua kakinya seperti ada yang menancapkan paku. "lo temen gue Malto. Teman dari SMP."

Malto menghela napasnya dalam. Ia pikir Mala akan mengatakan sesuatu hal yang lain. Laki-laki itu berjalan cepat meninggalkan Mala di sudut lapangan.

===

Mala berjalan masuk kedalam kelas. Lagi-lagi ia melihat Fara dan Valdi sedang mengobrol. Namun anehnya ketika Valdi mengetahui keberadaan Mala, Valdi langsung menghentikan obrolannya dengan Fara dan tersenyum manis pada kekasihnya itu.

Fara membetulkan posisi duduknya ketika ia tahu Mala masuk kedalam kelas. "Malto mana?" tanya Fara ketika Mala sedang menggeser meja untuk duduk.

Mala mengangkat kedua pundaknya. Sebenarnya tadi ia baru saja bertemu dengan Malto, namun entah kenapa mulutnya terasa berat untuk menjawab pertanyaan Fara. Lagipula ada apa sih Fara menanyakan keberadaan Malto. Seumur-umur Mala satu kelas dengan Fara baru kali ini ia dengar Fara menanyakan keberadaan Malto.

Dari arah pintu masuk Malto berjalan dengan santai menuju kursinya. Ia sama sekali tidak melirik ke arah Mala padahal baru saja ia melewatinya.

"To, nanti ngerjain artikelnya di rumah gue aja ya. Gimana bisa kan," ucap Valdi.

"Terserah. Gue sih ikut aja," ujarnya singkat tanpa embel-embel kalimat aneh yang sering di ucapkan olehnya.

Kalau di sekolah kalian gimana readers. Ada gak sih cewek sama cowok yang tingkahnya mirip sama Mala dan Malto.


CINLOV Karena Cinta, Pasti Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang