Aneh waktu Nino datang pagi-pagi dan melihat Nina nangis saat itu juga. Kali ini bukan salahnya, Nina menagis bukan karena Nino, tapi mengapa dia menagis? Untuk apa mempedulikannya? dari pada nanti Nino yang harus menerima resikonya lagi. Tapi dia masih memiliki niat jahilnya walaupun dalam keadaan seperti ini.
"Woy!" Teriak Nino sambil menggebrak mejanya.
"E-eh ko-kok lo u-udah dateng?" Tanya Nina masih dengan isak tangisnya.
"Yaiyalah, masalah emang?" Tanya Nino.
"Gak kok." Jawab Nina sambil mengahapus air matanya dn mulai berhenti menangis.
"Lo kenapa?" Tanya Nino yang sebenarnya tidak ingin mengetahuinya.
"Ke-kelinci gua mati." Jawab Nina lalu ia justru malah mengis lagi.
"Gua kira apaan!" Jawab Nino.
"Lo tuh emang gak punya perasaan pergi sana!" Usir Nina.
"Tanpa di usir juga gua bakalan pergi. Dasar aneh! kekanakan lo!" Kata Nino lalu keluar dari kelasnya.
Waktu keluar Nino melihat Faiz juga. Dari kemarin mereka memang belum akur. Bahkan Nino keluar dari grup yang isinya; Faiz, Gara, Aleeva dan Vito. Memang dia juga sebenarnya kekanakan.
"Apa lo!" Tanya Nino sedikit angkuh.
"Apaansi!" Jawab Faiz yang santai begitu saja.
Saat Faiz masuk ke kelas ia justru keluar lagi dan memaki Nino. Pasti karena dia melihat Nina yang menangis. Padahal tadi ia hanya sedikit menjahilinya itu pun tudk berlebihan seperti kemarin.
"Lo tuh ya emang gak punya perasaan, kemarin buat masalah sama Nina, sekarang juga! minta maaf sana lo, dasar gak punya perasaan!" Kata Faiz memaki Nino habis-habisan.
"Kalo gua gak punya perasaan, gua gak berhak dong buat minta maaf, kan lo bilang gua gak punya perasaan." Kata Nino.
|||
Faiz nya gak usah ngegas dong. Nino nya juga gak usah baperan dong!.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Dan La [Revisi]
Ficção AdolescenteMungkin dalam artian El Nino itu angin panas sedangkan Lanina angin dingin, bagaimana saat mereka bertemu dan bersatu? Apakah jadinya panas dingin?