Pagi ini Nino sengaja berangkat pagi-pagi, karena ia ingin menjemput Nina. Dia memang sedikit lupa jalannya, tapi ia ingat alamatnya.
Kejadian kemarin menurut Nino adalah kejadian yang paling bodoh, bagaimana ia bisa tiba-tiba menyatakan bahwa dirinya suka sama Nina, mustahil sangat!. Mereka hanya pasangan yang cocok di jadikan bahan perdebatan yang panjang, bukan pasangan untuk berpacar.
Sekarang ia menengok-negok ke salah sath rumah yang sangat rindang, dan mempunyai halaman yang sangat lyas dengan rumput. Rumah Nina, rasanya Nino bersyukur karena ia masih sedikir hafal dengan alamat rumah ini, sehingga tidak terlalu menyusahkannya.
"Nina kalau udah pulang telfon Mama jangan lupa!" Teriak Mamanya Nina sambil melambaikan tangannya.
"Iya!"
Saat di depan pagar, Nina sangat kaget. Ia bahkan mematung di tempat saat melihat Nino di depannya yang menangkring di atas Motor hitam vespanya tersebut.
"Gerak, lo bukan patung." Sahut Nino.
"E-eh, ngapain lo kesini? mau ngusik keluarga gua juga? cukup gua aja, gak usah bawa keluarga gua." Kata Nina dengan nada sarkas yang justru membuat Nino gemas akan hal tersebut.
"Asumsi lo tentang gua salah besar."
"Gua bukan berasumsi, dan gua gak perduli kalau asumsi gua tentang lo salah."
"Gua kira ekspetasi gua sesuai dengan Yang gua harapkan, ternyata gak."
"Kalo udah gak sesuai sama ekspetasi lo, mendingan pergi, ini udah buang waktu gua buat pergi ke halte."
"Bareng gua aja." Tawar Nino.
"Hell no!"
|||
Sabar No, calon istrinya Chan woo pun sabar nunggu di plaminan.
KAMU SEDANG MEMBACA
El Dan La [Revisi]
Novela JuvenilMungkin dalam artian El Nino itu angin panas sedangkan Lanina angin dingin, bagaimana saat mereka bertemu dan bersatu? Apakah jadinya panas dingin?