Gencatan senjata?

107K 11.7K 673
                                    

"Jatuh cinta saja nggak pernah cukup untuk sebuah hubungan." -Erlangga.

Acc dok?
Bab 12

**

"Perhatian! Perhatian! Tsania punya gosip howt nih!"

Tsania mau masuki ruangan dengan cengiran lebar. Membuatku sedikit waspada.

"Apa sih Tsa, siang-siang datang bikin heboh aja!" sahut Mbak Nana.

Dia makin cengar-cengir nggak jelas. "Beneran nggak mau tahu? Padahal, aku jamin jadi hot topic banget lho!"

"Emang ngopo sih?" tanya Mbak Yana.

"Aku ketemu Dokter Erlangga makan sate kere dipinggir jalan sama ceweknya!" ucap Tsania, membuatku yang sedang minum air tersedak.

"Weh! Serius? Tak kira tipenya dokter itu yang high class. Makan di restaurant gitu macem di Orion!" Mbak Lian mulai nimbrung.

"Di Orion kondangan kali mbak, bukan makan!" sahut Rere tiba-tiba.

"Ya siapa tahu saking high class-nya kalau jadi orang! Haha." kata Mbak Lian lagi.

Pandangan Mbak Lian lantas bergulir kearahku. "Kamu kok diem aja sih Ra. Mana mukanya pucet banget kayak orang habis ketahuan selingkuh aja!"

Aku hanya cengar-cengir kaku. Iya, aku takut mbak, harga diriku nyaris hilang lagi!

"Sayangnya kemarin aku nggak lihat wajah ceweknya! Ceweknya itu lagi nunduk cari sesuatu gitu." cerita si seblak itu lagi, membuatku sedikit menghela napas lega.

"Eh tapi, pas aku mau pulang kan lewat depan dokter Er, dia pas lagi bilang sama ceweknya, intinya ditanya nyari apa gitulah! Biadalah! Baper aku coy!" Tsania masih bercerita dengan menggebu.

Apa tadi dia bilang? Baper? Lah dia aja cuma nanya kok baper! Efek cewek jomblo kali ya! Ada cowok melakukan hal sedikit aneh aja dibilang baper! Eh tapi bukannya yang dilakuin Erlangga kemarin biasa aja ya?

"Ara! Daripada kamu bengong aja, kamu aku oper kunci narkotika ya, si Rere nanti yang psikotropika, saksinya gantian." ujar Tsania.

Aku mencibir. Tapi akhirnya mengangguk juga. Ini nih yang seharusnya semua orang tahu! Narkotika dan Psikotropika itu nggak bisa dijual belikan seraca sembarangan. Di Nirwana Hospital saja, kalau kebagian jadi bandar, harus benar-benar teliti, karena setiap narkotika dan psikotropika yang keluar harus dilaporkan, dan harus jelas. Hilang satu biji saja, bisa bikin hati terdugeun-dugeun nggak jelas!

Hari ini, aku kebagian pegang kunci lagi. Setiap narkotika yang keluar nanti, akan dicatat sesuai stok, dan disaksikan oleh Rere! Begitupun dengan psikotropika yang Rere pegang! Aku harus menyaksikan saat Rere menulis stok, dan mengambilkan psikotropika yang harus sesuai jumlah.

Pun, penyimpanan Narkotika dan Psikotropika dibedakan dari obat lain, tujuannya, agar tidak disalah gunakan atau salah mengambil.

"Eh! Aku baru nyadar, Ara punya lebam di sudut kanan bibir! Kenapa Ra?" tanya Rere tiba-tiba.

Aku nyengir kaku. "Jatuh." sahutku singkat.

"Lah! Ceroboh banget sih kamu! Kemarin udah sampai opname Ra! Sekarang bonyok!" Rere mulai ceramah nggak jelas, tapi ya beginilah sahabatku, dengan segala perhatiannya yang membuatku utuh.

"Nggak papa kali Re, cuma luka kecil." jawabku, sambil memasukan blister obat dalam plastik klip.

"Ra! Codein 10 mg, sepuluh biji dong!" sahut Dina tiba-tiba.

Acc Dok? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang