Nggak Bisa Baca?

59K 4.8K 61
                                    

Bab7: Nggak bisa baca?

Kamu nggak bisa baca, atau nggak mau memahami? -Erlangga

***

"Aranea!" teriakan para Unyu menyambutku ketika aku menutup pintu Instalasi Farmasi Rawat Jalan.

"Kangeeeeeeennnn." seru mereka bersamaan, dan aku langsung menghambur memeluk mereka.

"I miss you too guys!" balasku dengan cengiran.

"Nggak ada kamu, nggak rame Ra! Sepi!" ujar Tsania.

"Tapi kok sudah masuk? Bukannya harus kontrol satu kali lagi ya, ke dokter Rendy?" tanya Rere bertubi.

"Kapok aku Re, tiga hari nginap di bangsal, tiga hari nggak ngapa-ngapa di rumah. Aku bosan, jadi aku masuk aja. Sekalian kontrol hari ini." jawabku, tanpa mengurai pelukan mereka. Mungkin jika digambarkan, kami seperti teletubbies.

"Tapi beneran sudah sehat? Kalau kenapa-napa, Mbak nggak mau nemenin kamu lagi. Baik ke poli, atau ke IGD." tanggap Mbak Nana.

"Beneran mbak. Aku udah sehat. Tapi makasih ya, bantuannya kemarin." jawabku dengan senyum lebar. Berusaha meyakinkan mereka.

"Kamu nggak bilang makasih sama Dokter Erlangga?" tanya Dina membuat dahiku mengerut.

"Ngapain bilang makasih? Kayak kurang kerjaan aja." jawabku sewot.

Dina terkekeh sambil menepuk pelan bahuku. "Ya nggak usah pakai gas gitu dong Ra jawabnya. Dokter Erlangga yang rawat kamu dari awal. Lagipula dia dua kali jadi dokter visit kamu kan?"

"Curiga nih! Jangan-jangan emang Dokter Erlangga suka sama kamu Ra!" Tsania menunjukku.

Aku mulai dongkol. "Kebetulan aja kaless, dia itu menggantikan dokter Audy yang nggak bisa visit. Gitu aja dibesarin."

"Ya, kalau dipikir sih iya juga, Ara apa bagusnya, udah pendek, kadang lemot, suka nyablak, fangirl garis keras lagi! Tapi, hati orang siapa yang tahu ya." ujar Mbak Nesya mulai nyinyir.

"Lagipula, interaksi kamu sama dokter Erlangga itu ngalahin cream scabimite*, scabimite aja cuma di oles seminggu sekali lho Ra, kamu sama dokter Erlangga ketemu berapa kali seminggu ini?" ujar Tsania sambil menaik turunkan alisnya.

Sial, aku merasa terpojok. Memang aku sama dokter itu nggak ada apa-apa kok! Lihat mukanya aja pengin pukul pakai stamper! Apalagi ocehannya yang mencela Oppa-ku terang-terangan. Memangnya dia lebih tampan?

Aku melipat tangan didepan dada. Kesal! "Nih ya, Aranea kalau ketemu dia itu pasti adu urat. Hipertensi. Kayak nggak ada cowok aja selain dia! Mending omongin deh itu, Oppa aku yang habis ulang tahun!"

Rere menggeleng pelan. "No, no. Myungsoo itu Oppa aku juga Ra! Kalau Erlangga, topiknya punya kamu!"

Aku mencibir, "Udah Re, kamu move on aja, sudah punya Mas Adri juga!"

"Mas Adri aja dukung aku fangirling! Asal hati aku punya dia." kata Rere dengan cengiran kaku, dibalas cibiran dari para Unyu. Termasuk aku.

"Udahlah Ra, nggak usah mengalihkan pembicaraan. Sekarang kita taruhan gimana? Kalau Ara beneran jadi sama dokter Erlangga, Ara wajib traktir kita sebulan penuh!" celetuk Mbak Nesya tiba-tiba.

"Mana bisa begitu! Hati aku bukan mainan ya Mbak." ceilah, sok-sokan banget aku bicara hati.

"Bukannya aku membuka peluang ya, sama sekali enggak, tapi kita nggak pernah tahu apa yang terjadi kedepannya. Termasuk hati." kataku sok bijak. "Lagipula, kayak aku deket aja sama dia. Dengan kodratnya sebagai dokter, manusia seperti dia tinggal pilih kali, perempuan mana yang dia mau, kecuali aku yaa. Mau dapet yang seksi kayak Hyuna juga bisa. Atau siapa tuh, artis AV jepang yang mau debut jadi girlband?"

Acc Dok? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang