Ada Apa Dengan Erlangga?

55.5K 4.9K 58
                                    

Bab 8:Ada Apa Dengan Erlangga?

"Kenapa kamu selalu mengacaukan pikiran saya, dengan tingkah menyebalkan kamu?"
-Erlangga

***

Semua kegiatan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan berhenti, ketika melihatku membuka pintu dengan wajah sembab.Rere yang pertama menghampiriku dengan wajah paniknya. "Ya ampun! Ara kenapa?"

Aku hanya diam, aku masih terlanjur sakit hati dengan dokter baru dan segala tingkahnya yang melukai hatiku.

"Dokter Erlangga nggak ngapa-ngapain kamu 'kan?" ganti Mbak Nana yang juga ikut menghampiriku.

Aku malah terisak semakin keras, membuat yang lain kalang kabut.

"Ya ampun Ara, dokter Erlangga hebat banget bisa bikin kamu nangis, selain Oppa kamu yang nggak jadi konser ke Indonesia!" ucap Tsania sambil menepuk pelan bahuku.

Aku terkesiap, isakanku berhenti. Aku memang belum pernah menangisi laki-laki selain para bias-ku. Tetapi menangisi Erlangga Abiandra sama sekali tidak ada dalam daftar hidupku. Aku tidak mengenal lelaki itu. Kami hanya dua jiwa yang tiba-tiba bertemu.

Menghela napas. Aku mengusap air mataku. Tidak, pemuda itu sama sekali tidak hebat. Aku hanya terlalu terbawa perasaan. Memang, siapa yang tidak sakit hati jika ilmu yang diperjuangkan selama bertahun-tahun tidak diakui?

"Dia bilang aku nggak profesional dan kompeten."

Puluhan pasang mata langsung mengarah padaku setelah aku mengatakannya.

"Serius Ra? Emang kamu bikin salah apa sama dia?" tanya Rere ingin tahu.

Aku mengangkat bahu. "Ya konfirmasi obat seperti biasa, aku nggak minta Acc buat ganti obat lho!"

"Yang tulisannya nggak jelas tadi?" tanya Mbak Nana.

Aku mengangguk, "Nggak tahu deh, dia bisa sensi banget kalau sama aku. Padahal kenal aja enggak."

Tsania yang masih membagi pulveres* melirik sekilas padaku, sambil berkata sesuatu hal yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. "Ra, kalau di ingat-ingat, selama ini interaksi antara farmasi sama dokter itu jauh banget lho. Kita cuma bicara seperlunya lewat telepon, apel ke ruangan cuma sama dokter tertentu aja. Tapi, kamu sama dokter Erlangga, kok bisa ya, lumayan sering interaksi, di luar jam kerja juga. Sampai dia sudah hapal kamu."

Dalam hati, aku mengiyakan. Aku dan dokter itu sama sekali tidak pernah berkenalan. Tetapi, aku tidak tahu kenapa semesta segampang itu bikin kami sering ketemu.

"Dia hapal aku karena insiden caramel milk tea! Mungkin cuma aku, Nirwana squad yang berani balas sikap arogan dia! Lagipula aku nggak minta kok, dia hapal sama aku. Kalau bisa kami nggak usah dipertemukan lagi." ujarku sambil membuang muka.

"Memang seberapa parah insiden caramel milk tea sampai buat kamu benci nggak ketulungan sama dia?" tanya Mbak Nana lagi.

Aku berpikir, sebenarnya alasanku nggak masuk akal. Aku memang membencinya, sejak dia selalu melontarkan kata-kata yang melukai hatiku. Lari maraton turun empat lantai, dan rebutan chat time mungkin terlihat sepele, karena bisa jadi alasanku untuk membenci seseorang. Tetapi, perasaan tidak pernah sesederhana itu. Kata-kata yang ia lontarkan, seperti pisau yang menggores hatiku.

"Dia sudah membuatku benci dengan semua kata-katanya Mbak! Ingat kan? Waktu aku periksa di Poli Umum dia bilang apa aja sama aku? Perasaan semua dokter Nirwana nggak ada yang begitu selain dia!"

Tsania tiba-tiba menggebrak meja, membuat kami semua terkesiap. "Iya, dan kalau dipikir-pikir dia cuma begitu sama kamu Ra! Kemarin Dina minta Acc ganti obat karena kosong, dia juga oke-oke aja tuh!"

Acc Dok? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang