Pagi itu Jason bangun lebih awal daripada biasanya, ia ingin mempersiapkan segala hal sebelum menemui kekasihnya dan juga kedua orang tuanya. Jujur saja, kini ia terlihat sangat gugup, berulang-ulang kali ia mengucapkan kata-kata yang sekiranya akan ditanyakan padanya oleh kedua orang tua Sheri. Namun, bukan Jason namanya bila ia tak bisa mengatasi semua ini. Ia tahu bahwa ia bisa menjadikan pertemuan ini sebagai kesempatan emas.
Sheri tersenyum simpul saat bel di rumahnya berbunyi. Ia tahu bahwa itu adalah Jason. Kedua pipinya mendadak memerah saat kedua orang tuanya tersenyum menggoda Sheri.
"Cepat buka pintunya, tak baik bila membuat tamu menunggu. Ditambah lagi, tamu yang satu ini cukup spesial." Ibu dari Sheri bangkit berdiri, lalu meraih pundak anak sematawayangnya itu.
Setelah itu, Sheri pun pergi untuk membukakan pintu depan. Sedangkan ibunya pergi menuju dapur untuk memastikan bahwa semua hidangan sudah siap dan tak ada yang tertinggal. Ia pun merapikan penataan meja makan agar terlihat rapi. Setelah semuanya terlihat sempurna, ia kembali menuju ruang tamu untuk bergabung bersama yang lainnya.
"Hai, kau pasti orang yang selalu Sheri ceritakan. Senang bertemu denganmu." Senyuman hangat mengembang di wajah Ny. Dawton saat mendapati Jason yang tengah menghampiri ruang tamu.
"Senang juga bisa bertemu denganmu, Ny. Dawton." Jason tersenyum manis padanya, lalu ia dipersilakan untuk duduk bersama Tn. Dawton yang tak lain adalah ayah dari Sheri.
Jason sedikit risih saat duduk bersebelahan dengan Tn. Dawton, walaupun ia tak tahu mengapa alasannya.
Pria tua yang sudah berambut putih itu menghadapkan tubuhnya menuju Jason, lalu ia tersenyum kepadanya. Namun, entah apa yang mengalir di darah Jason, ia sama sekali tak ingin membalas senyuman Tn. Dawton. Ia malah menarik garis keras di mulutnya. Matanya pun memerah dan menajam.
"Kuharap kau akan senang untuk menikmati hidangan yang telah kami siapkan." Ny. Dawton mengambil ancang-ancang untuk pergi ke dapur.
"Tentu saja, Ny. Dawton." Dengan itu, semua orang yang berada di ruangan itu pun berdiri untuk selanjutnya pergi menuju ke ruang makan.
Jason bergidik ngeri saat hendak meminum sirup yang telah dihidangkan. Ny. Dawton yang melihat hal itu pun bertanya padanya.
"Apa kau tidak menikmati hidangannya? Ah. Maafkan aku. Mungkin bau sirupnya tidak enak? Apa bau sirupnya membuatmu mual? Mmmh, tapi menurutku ini sirup terbaik yang pernah kutemui. Ah, sekali lagi ma ... " kata-katanya terpotong.
"Tidak, Ny. Dawton. Aku hanya memiliki sedikit trauma dengan cairan berwarna merah." Oh, tidak, tidak sedikit. Melainkan sangat menyiksaku. Semua itu mengingatkanku pada kejadian lalu.
"Kami meminta maaf. Mungkin aku bisa menggantinya dengan minuman yang lain?" Sheri angkat bicara.
"Ya, tolong."
Sheri mengangkat gelas mewah itu dengan tangannya, lalu pergi untuk menggantinya dengan minuman yang lain. Saat Sheri pergi dari kursinya, Tn. Dawton pun mulai bersuara.
"Maafkan aku, bukan bermaksud lancang atau apa pun. Tapi, boleh kutahu apa yang membuatmu trauma dengan cairan berwarna merah? Menurutku, itu sangatlah ... aneh. Dan juga, tak masuk di akal."
Oh, benar. Kau akan segera mengetahui alasannya, keparat
"Haha, ya, benar. Mungkin aku sedang tidak waras? Hmmm, aku tak tahu." Jason berkata dengan sinis. Namun, pasangan suami istri itu menangkapnya sebagai lelucon. Sehingga, mereka berdua menanggapinya dengan tertawa lepas.
Keluarga Dawton yang sinting. Ucap Jason dalam hatinya.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM (TAMAT)
Misteri / ThrillerAnak kecil itu menutup matanya rapat-rapat saat tembakan pistol terdengar di telinganya. "Pembunuh itu telah salah," kata hatinya. "Aku akan membalas kesalahannya." Beberapa part secaran random diprivate. Follow akun saya terlebih dahulu untuk memba...