Kelima_Baikan

418 25 15
                                    

Merelakanmu adalah
sebuah keharusan bagiku.
Membuang rasa ini
Juga menjadi keharusan.
Meski sedih ini melandaku
Aku akan belajar ikhlas
Karena sebuah keikhlasan
Akan menghasilkan buah yang
Manis...

***********************************

Waktu zhuhur sudah terlewat 1 jam yang lalu, sehabis membersihkan badan tadi, zahra memakai pakaian lalu berwudhu.

Hatinya masih terkalut dalam kesedihan yang teramat sakit. Ia akan mencoba mengikhlaskan, meski sulit.

Dari awal, cinta ini sudah salah. Ia mencintai laki-laki yang bukan mukhrimnya. Bagaimana pun juga dosa itu tetap mengalir.

Dengan air mata yang selalu ingin keluar dari kelopak matanya, dengan terpaksa zahra keluarkan. Karena jika menahannya untuk tidak keluar ternyata lebih sakit.

Zahra sudah memakai mukena, ia sudah bersiap-siap melaksanakan sholat zhuhur yang sudah lama terlewatkan.

Niat dan do'a zahra ucapkan di waktu sholat, ia berusahan menghilangkan kejadian yang sudah terjadi. Tapi nyatanya kejadian itu masih terekam di otaknya dan selalu berputar.

*Di saat sholat, bayangkan seakan-akan itu adalah sholat mu yang terakhir,maka inshaAllah kamu akan khusu dalam sholatmu,inshaAllah juga sholatmu juga akan diterima Allah swt*

Iya teringat ucapan ustadz di saat ia pergi ke majelis. Ia paham, bahwa ia tidak tahu, apakah sholatnya ini akan di terima Allah, sedangkan ia saja tidak khusu dalam mengerjakan sholat.

Zahra yakin sekali, setiap detiknya, dosa yang ia buat sudah pasti di catat oleh malaikat, sedangkan amal baiknya belum tentu di catat dan belum tentu di terima.

Zahra benar-benar tidak pokus dalam rakaat pertama dan kedua, dan di saat ia memasuki rakaat ketiga, kejadian tadi pagi seakan sirna dan akhirnya ia bisa khusu dalam rakaat selanjutnya.

"Assalamu'alaikum warohmatullah,Assalamu'alaikum warohmatullah,"salam zahra lantunkan dengan sangat pelan. Ia harap sholatnya bisa diterima, lantunan do'a-do'a yang zahra panjatkan berharap semua masalah yang terjadi dapat terselesaikan.

Selesai sholat zahra merapikan kembali mukena dan sajadahnya. Zahra ingat bahwa ada tugas makalah.

Ia pun bergegas mengambil buku mata pelajaran Pengantar Bisnis, lalu membuka Laptop kesayangannya.

Dengan telaten zahra mengerjakan makalah tersebut, ia berharap agar makalahnya bisa selesai dengan cepat.

Zahra meraih ponselnya yang berbunyi.

*Calling by roby*

Zahra bingung, dan tidak tau harus berbuat apa. "kenapa dia nelpon aku?". Akhirnya zahra menekan tombol hijau.

*ViaTelponON*
"Ass, Assalamu'alaikum," ucap zahra sedikit pelan dan membuang nafasnya

"Wa'alaikumsalam zahra,"
sahut roby di seberang sana

"ada apa,"zahra benar benar bingung, ia tidak tau apa maksud roby. Hari ini ia selalu mengganggunya.

"kamu sudah baca undangannyakan, maaf yah aku baru ngomong, soalnya fatimah ingin segera di halalkan,hehe"jawab roby dengan penuh gembira, mengingat ia akan menikah dengan orang yang ia cinta.

"oh,ia santai rob."sahut zahra lalu ikut tertawa, ia teramat bingung dengan semua yang terjadi hari ini.

"em zahra, maaf yah tadi pagi,aku benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin, aku pikir kamu beneran suka sama aku. kamu harus dateng ke acara nikahan aku yah. Masa sahabatnya nikah gk dateng sih?,"roby benar-benar termakan akan ucapan zahra tadi pagi

"gk perlu minta maaf kok rob, aku sudah memaafkanmu. Em aku pasti dateng kok, selamat yah , semoga bisa menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah, Aamiin,"

*Tut tut*
*ViaTeleponOFF*
Telepon terputus dari pihak zahra. Zahra tidak sanggup melanjutkan pembicaraan karena rasa itu belum hilang. Baru tadi pagi ia mendapatkan Undangan, dan baru berencana melupakan roby.

Tidak semudah itu melupakan orang yang dicintai, butuh proses dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Karena Dialah yang memberi cinta.

Zahra sadar, bawa tidak sepantasnya ia seperti ini. Ini tidak menggambarkan dirinya yang sudah lama berhijrah.

Tapi kadang cinta datang di saat yang tidak tepat, dan cinta mudah tumbuh karena sering belajar bersama.

Memang kadang orang tidak bisa membedakan mana kagum dan mana cinta? Betul?

Maka dari itu perbanyak Istighfar, syaitan ada di mana-mana bukan.

Zahra benar-benar marah akan dirinya sendiri, kenapa dia selemah ini? Ia bisa serapuh ini karena cinta? Apa yang harus zahra lakukan agar ia bisa terlepas dari cinta yang haram ini.

"ya Allah, hamba tau. hamba memang tidak secantik fatimah, hamba memang sadar kalau hamba tidak akan mendapatkan laki-laki seperti roby, lantas kenapa ya Allah. Ini teramat sakit, apa Kau benar-benar cemburu akan cintaku kepada roby," zahra mengeluarkan semua unek-uneknya.

Air matanya selalu berjatuhan, sungguh ia telah melakukan pemborosan air mata untuk hari ini.

Zahra sama dengan wanita pada umumnya, ia mudah mencinta seseorang yang bisa membuatnya nyaman. Al hasil ia harus memendamnya dan mengadu kepada Allah. Itulah salah satu tempat curhat yang amat sangat aman.

Apakah zahra salah karena ia begitu mudah mencintai?

Tidak? Zahra tidak bisa di salahkan begitu saja. Ia tidak pernah mengatakan suka kepada lawan jenis, ia selalu menundukan pandangannya dari lawan jenis.

Hanya roby satu-satunya teman laki-laki yang zahra punya.

Satu minggu lagi, acara pernikahan roby akan dilaksanakan. Zahra harus sesegera mungkin melupakan dan membuang rasa ini.

"Kini, ketika aku mendoakanmu, aku sudah
Tidak lagi berdoa untuk kita, tapi cukup
Dengan mendoakanmu agar selalu
Bahagia bersama siapa saja."

*************************************

Assalamualaikum teman-teman. Hehe
Maaf yah lama ngepost karena aku lagi sibuk ngerjain tugas kuliah.

Oh iya, aku mau berterima kasih buat kalian yang sudah baca cerita aku, aku terharu sekali karena kalian sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca cerita gaje yang insyaAllah bermanfaat untuk kita.

Aku cuma ngasih Ar-Rahman yah, soalnya muzammil gak ada ngaji yang juz 3 nya.

Buat kalian yang sudah baca, jangan lupa like dan follow yah. Terus komentar juga yah

Karena aku akan lebih semangat post kalau kalian like dan follow apalagi kalau di komen. Hihi

Udah yah. Mau lanjut ngerjain tugas
Wassalamu'alaikum

Cerita Tak BerjudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang