Fourtheen

20 4 0
                                    

Gak akan ada manusia yang rela kehilangan seseorang yang amat disayangi.

••••••••••••

"Bang, makasih buat kadonya Ica suka."

"Sama-sama. Janji yah dek jangan sakit-sakitan kaya gini lagi, kasian mamah sama papah."

"Kalo aku gak sakit yah aku bukan manusia dong."

"Bukan gitu maksudnya, intinya kamu harus sehat oke!"

"Insyaallah, Bang!"

"Hm?"

"Kalo suatu saat nanti salah dari kita pergi gimana?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut gadis itu.

"Maksudnya? "

"Kalo saat nanti Ica atau babang pergi duluan dari dunia ini gimana?"

"Gak gimana gimana. Kan setiap hamba memang akan kembali kepada sang pecipta."

"Kalo Ica duluan yang pergi?"

"Babang akan minta abang duluan yang dipanggil sebelum Ica."

"Kenapa gitu?"

"Gak ada kaka yang rela kehilangan adik semata wayangnya. Dan babang gak bisa bayangin gimana mamah papah kalo kehilangan kamu jadi intinya jangan pernah tinggalin kita Ca." Lirih Putra.

ica tersenyum. "Ica gak akan kemana-mana ko, Ica akan selalu ada di hati abang sampai kapapun. Ica akan selalu ada dipikiran abang sampai kapanpun dan tanpa henti Ica akan berdoa buat semuanya. Sebab Ica sayang kalian. "

Putra tersenyum sambil mengelus rambut adiknya itu. "Abang juga sayang kamu. Yaudah lupain soal ini. Lebih baik kamu istirahat sekarang." Gadis itu mengangguk dan tertidur.

Gausah takut dek, lu akan sembuh dan gak akan ninggalin kita semua. -hatinya meyakinkan.

••••••••

Sudah setengah jam yang lalu Putra bersama Ira bersiap membereskan pakaian Ica selama dirawat di rumah sakit. Sore ini dokter memang mengizinkan gadis itu pulang karna kondisinya sudah membaik.

Gadis itu tanpa henti nya tersenyum dan bersyukur atas nikmat sehat yang kembali ia rasakan. Rasa bosan dan jenuhnya selama dirawat sangat ia rasakan. 3 hari berada di rumah sakit membuatnya rindu akan suasana sekolah dan kelasnya.

"Ayo Ca kita pulang," Ucap Ira menuntun Ica turun dan duduk di kursi roda.

"Mah aku bisa sendiri," Ujarnya.

"Mamah tau, tapi kamu masih pusing kan. Biarkan mamah membantu mu." Gadis itu mengangguk dan tersenyum menuruti kemauin ibunya. Mamanya memang benar rasa pusing masih ia rasakan saat ini.

Mereka bertiga berjalan keluar menuju mobil dan masuk kedalamnya.

"Mah pah, maafin aku yah kalo selama ini suka ngerepotin kalian."

mereka berdua terdiam.

"Aku tau kalo selama ini...,"

Ira memeluk putrinya dengan erat.

"Jangan lanjutkan yah sayang." Pintanya memohon.

"Enggak mah. Aku gak mau hidup dalam kebohongan dan kepura-puraan seperti dulu."

"Udah ya lupakan." Ira menghapus air mata putrinya dan memeluknya kembali.

"Aku mendengarnya mah, Aku mendengarnya sangat jelas..., Hiks! " Tangisnya pecah dalam dekapan sang ibu. Tak kuat dengan kenyataan yang ia rasakan saat ini.

"Sudah cukup sayang jangan siksa dirimu lebih dalam, kau akan sembuh kami semua akan berusaha sampai detik terakhir. Mamah mohon jangan buat mamah takut. Hiks!" Putra menetaskan air mata mendengar keduanya berbicara. Bahkan Ibrahim pun susah payah menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Aku menyayangimu Mah." Lirihnya.

"Mamah sangat menyangimu. Jangan tinggalkan kami yah sayang." Katanya mengecup singkat kening putrinya.

~~~~~~~~~~~
Votemennya guys jangan lupa 😌😙
Semoga suka 😅
Ica sakit apakah? Penasaran? Ikuti terus yah guys.
Aku bakalan sering update insyaallah.

RALISYA. (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang