Mahesa mengenalkan gadis keturunan Belanda pada Om Anjas. Syukurlah kalau dia mulai mencintai gadis lain, itu artinya aku tak perlu cemas saat aku dan Mahesa berduaan di dalam rumah.
Sore ini gadis bernama Lilitiana itu datang, membawa dua hampers berisi kain batik, dan berisi berbagai macam cangkir-cangkir indah. Bisa dibilang, Lili sangat cantik, matanya sedikit abu-abu tapi cokelat, bibirnya merah menawan, dua pipinya semerah tomat, bulu matanya sangat lentik, dan juga rambutnya ikal panjang. Sungguh, dia sangat cantik, dan juga sumeh. Belum genap tiga puluh menit dia bertamu, aku sudah dibuat nyaman dengan seluruh ceritanya.
Dia menceritakan Belanda dan Oma opanya yang merawat Lili dari bayi karena orang tuanya meninggal sejak dia berumur tiga bulan akibat kecelakaan kendaraan. Ibunya asli Malang, sedangkan almarhum ayahnya blasteran Belanda dan Portugis, itulah mengapa dia ingin kembali ke Indonesia untuk mengenal kebudayaan sang ibu. Logatnya susah untuk kupahami, tapi secara garis besar dia ingin mengenyam pendidikan di Universitas Brawijaya Malang jurusan Antropologi Budaya. Saking cinta dan penasaran pada Indonesia, dia rela berpindah warga negara, dan memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai barista di kedai kopi yang tak jauh dari rumahku.
Dan di sanalah Mahesa mengenal Lili, Mahesa mengaku sering kesepian, di rumah jarang ada orang. Aku sibuk mengikuti gym, dan keluar bersama Hans. Sedangkan Mama dan Om Anjas menghabiskan seluruh waktu produktifnya di luar rumah bersama rekan-rekan kerjanya. Jadinya, Mahesa sering nongkrong sendiri di kafe tempat Lili berkerja. Katanya, di sanalah dia tertarik dengan sosok Lili yang punya rambut cokelat ikal panjang nan indah. Tidak masalah, aku setuju dia menjalin hubungan dengan gadis keturunan Belanda itu ketimbang cewek sialan seperti Letta.
Lili penuh ambisi, dia satu angkatan denganku, murid baru di SMA Dr. Soetomo Surabaya, dan dia punya pengalaman keluarga yang luar biasa, walaupun jauh dari Oma opanya, tapi adik kandung ibunya yang menetap di Surabaya mendukung penuh segala fasilitas untuk gadis itu. Lili juga bilang, dia tidak bisa mengandalkan tantenya, walaupun semua keluarganya memasok keuangan Lili, tapi dia merasa harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan menguji hidupnya, maka dari itu dia bekerja keras sebagai peracik kopi, dan menabung untuk kehidupan kuliahnya nanti.
"Mama suka sama dia," ucap Mama di sela-sela menyiapkan makan malam. Seketika aku mengangguk, aku saja sangat menyukai gadis blasteran itu, apalagi Mama?
Sekarang pukul tujuh malam, di luar hujan deras dari siang. Bahkan, aku tidak tahu apakah hari ini Hans jadi kemari, semalam dia berjanji akan ke sini, kami mau membeli kado untuk Mahesa. Tiga hari lagi, tepatnya tanggal 4 Febuari Mahesa berganti umur. Hans ingin memberi kejutan pada teman nongkrongnya itu berupa sepatu yang sempat diinginkan Mahesa saat kami semua berkumpul di teras rumah. Tapi sepertinya hujan di luar sana tak mengizinkanku untuk mencari kado yang pas untuk Mahesa.
Alih-alih beranjak dari sisi lemari penyimpan peralatan dapur, Mama mendekatiku dan tersenyum penuh arti. "Dia cantik, ya?" Mama menyikut lenganku, membuat nasi yang kuambil dari dalam penanak jatuh berceceran di atas kitchen bar.
Aku mendengus, Mama mengejek ekspresi kesalku. Mama ini, kalau suka sama orang baru pasti alay. Sama halnya dengan dia menyukai Hans sebagai calon mantu, dia tak habis-habisnya mem-posting fotoku dan Hans saat sedang makan bersama seluruh anggota keluarga. Malu sih punya Mama tukang nyepam story WhatsApp dan Instagram, tapi bagaimana lagi, dia juga mamaku, kan? Tidak ada alasan aku membencinya karena baru kenal sosmed.
"Cantikan mana sama Alka?" Aku melirik dan tersenyum kecil untuknya, sengaja memancing Mama agar dia bersuara lagi. Aku suka saat melihat Mama melontarkan candaan receh ketika kugoda seperti ini.
"Pertanyaanmu itu sulit, Al. Mama enggak bisa milih. Kamu cantik karena anak Mama, sedangkan Lili cantik karena pacar Mahesa plus dia adalah bibit unggul untuk punya cucu-cucu imut dan cantik. Bisa jadi Mama punya cucu go internasional."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [Terbit]
Teen FictionYoung Adult (14-21+) Diterbitkan oleh AnikaPublisher Blurb: Biantara, entah apa yang terpikir dalam benak. Dia yang kutemui tanpa sengaja di koridor sekolah mampu membawaku pada rasa trauma baru. Kepergian Papa membuatku tak bisa beranjak dari dalam...