44 . Menyatakan Rasa

1.1K 91 0
                                    

Sebenarnya apa motivasi dari seseorang yang pernah menyakiti lalu pergi? Apakah ada kepuasan tersendiri? Sialnya, memang iya. Bermain dalam kerumitan hati dan masalah tentang rasa tak ada seorang pun yang benar-benar lolos dari fase ujian itu. Rela disakiti, juga rela dicampakkan. Aku rasa hanya orang bodoh yang mau bertahan dengan kekacauan itu.

Aku menekuri ponsel yang sedari tadi kugenggam. Membaca WhatsApp baru dari nomor tak dikenal, setelah aku bertanya pada Hans, ternyata pemilik nomor itu adalah Asmaradinta atau kerap dipanggil Dinta oleh Hans. Perempuan yang kutahu berprofesi sebagai perawat itu mengirim pesan dan bertanya tentang segala hal. Mulai dari nama panjang, umur, pekerjaan, dan lain-lain. Tebak apa? Dia mengejekku karena menurutnya aku masih bocah yang bau kencur dan berani menjalin hubungan dengan perwira sekelas Hans.

Aku tertawa geli di samping loker gym. Hans sengaja memberi nomorku pada Dinta karena menurutnya aku bisa menyelesaikan masalah ini—masalah yang mengganggu Hans beberapa hari ini sehingga membuatnya risi dan merengek jijik karena sang mantan menghubunginya dengan alasan "pengin balikan". Padahal, sudah jelas, Dinta pergi ketika Hans mengenyam pendidikan Akpol karena adanya orang ketiga.

Aku mengetik sesuatu yang mungkin bisa membuat dia menjadi kurcaci.

Alka A. Balaprhadana: Oh, gitu. Iya sih, Mbak. Saya emang masih anak SMA yang menurut Mbak belum dewasa. Tapi saya enggak akan selingkuh pas pacar saya lagi ngeraih cita-cita. Selingkuh itu hal yang dibenci semua orang, lho. Memang saya masih bocah, tapi kalau adu otak saya yakin, saya kok yang menang. Buktinya, perwira pertama sekelas Bang Hans aja milihnya saya, bukan Mbak yang taunya cuman seragam sama pangkat doang, mungkin keberuntungan sampean tidak berlaku kali ini. Sekian. Terima kasih. (17.51)

Dan yah ... aku tidak akan berteriak histeris seperti apa yang pernah terjadi. Kali ini aku tidak menangis, tapi merasa puas karena memang Dinta tak ada bedanya dengan Letta. Aku sudah pernah menghadapi masalah seperti ini, jadi aku tak perlu risau. Lagi pula tingkat kepercayaanku pada Hans sangat tinggi. Hans tahu bahwa aku bisa membantunya untuk terbebas dari jeratan Dinta, dan aku harap perempuan itu sadar bahwa Hans sedang terikat janji.

"Dijemput Papa?" Dokter Willy membuka loker miliknya saat aku berpapasan dengannya. Dia mengambil sesuatu dari dalam sana, sebuah botol minum berwarna hitam. Dapat kulihat jelas nama panjangnya terpatri dalam tulisan latin indah yang melingkari tubuh botol. Gyford Willy Aristiyo. Nama yang indah. "Mama kamu udah jadwalin konsul sama saya, tapi beliau bilang nunggu kamu luang aja. Memang sekarang kegiatan kamu apa saja?" Dia menutup loker. Lantas menatapku yang kini tengah menjawab arah pandangnya.

"Papa enggak bisa jemput, sekarang kegiatan saya les privat, gym, sama olahraga aja sih, Dok. Sesuai anjuran Dokter. Hidup harus berjalan dan di-upgrade biar enggak stuck." Aku terkekeh begitu melihat senyum lebar yang dia suguhkan untukku. Sembari mengemasi barang yang tercecer di dalam loker, aku menoleh ketika Dokter Willy duduk di kursi yang tersedia di tengah-tengah lorong antara loker-loker yang lain. "Mau pulang bareng sama Kak Hansen?" tanyaku.

"Enggak saya nunggu kamu, yuk pulang bareng."

Aku terperangah begitu dia berdiri dan berjalan lalu menungguku di ujung loker utama. Memang aku menolak keras Om Anjas menjemputku, bukan karena tidak mau, tapi aku lebih bebas pulang-pergi menggunakan Grab. Aku tidak suka timbul keheningan saat Om Anjas berada dalam satu mobil denganku, mulutku mendadak bungkam dan tak bisa berkata ketika ayah tiriku itu melakukan hal sama seperti yang dilakukan Papa dulu. Walaupun lambat laun aku menerima Om Anjas dan memperkenalkannya sebagai waliku di hadapan seluruh teman, tapi tetap saja aku tidak bisa memanggilnya Papa ketika di rumah. Sarafku sudah disetel otomatis memanggilnya Papa ketika berhadapan dengan orang banyak dan ada Om Anjas di sampingku.

BIANTARA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang