Destiny

1.4K 151 33
                                    

Happy Reading

.

.

Sejak awal melihatnya aku yakin bahwa dirinya adalah cinta terakhirku. Maka oleh sebab itu dengan cara apapun aku akan mendapatkan hatinya. Cinta bagiku adalah tak pernah membiarkannya terluka dan selalu melindunginya. Mungkin semua orang menganggapnya obsesi. Tapi inilah cinta yang benar-benar tulus aku miliki.

.

Sudah beberapa menit kedua sejoli itu berdiam diri dengan napas yang terengah-engah. Mereka mencoba mengatasi masalah yang terjadi pada diri mereka masing-masing. Disatu sisi mengatasi rasa takutnya dan di sisi lain mengatasi amarahnya yang memuncak.

God sudah mengatakan berkali-kali bahwa ia sangat membenci penolakan Bas. Dan yang lebih ia benci lagi adalah melihat Bas menangis dan itu karena dirinya. God masih keheranan, bukankah ia tidak salah. Mengapa Bas tidak pernah luluh dengan semua pengorbanan dan perhatian yang selama ini ia berikan. Setelah mengambil napas dalam akhirnya God bisa berpikir jernih.

"Baiklah Bas. Maafkan aku--"

"Jangan katakan apapun lagi P'."

"Apa kau tahu mengapa aku tak mau menemuimu?"

"Bas." Ucap God tertegun.

"Karena setiap aku melihat wajahmu aku terus berpikir bagaimana jadinya kalau aku tidak pernah ada dalam kehidupanmu."

"Apa mungkin semua orang disekitarku dan dirimu akan hidup damai."

"Apa mungkin kamu tidak perlu melakukan hal keji dan dosa seperti ini hanya demi diriku."

"Aku terus berpikir seperti itu P'!!" Jelas Bas putus asa.

"Tidak! Aku melakukan ini karena keinginanku Bas." Ucap God

"Tentu saja ini bukan salahmu." Pungkas God.

Bas hanya menggelengkan kepalanya pelan, menunjukkan rasa penolakannya atas ucapan God barusan.

"Sejak awal seharusnya kita tak bertemu P'."

Hiks... Hiks... Hiks...

Dengan cepat Bas mengambil pisau bekas membunuh munich yang tergelatak di lantai.

"Aku sudah tak tahan lagi terus merasa bersalah pada P'Got dan sekarang ditambah lagi pada munich."

Bas mendekatkan pisau tersebut kearah pergelangan tangannya. Kali ini ia berniat bunuh diri.

"Mungkin dengan menghilang dari kehidupanmu kamu tidak perlu berbuat kejam seperti ini P'."

"Jadi lebih baik aku mati." Ucap Bas.

God amat sangat panik melihat pisau itu sudah hampir menyayat pergelangan tangan Bas. Ia bersumpah tak akan memaafkan dirinya sendiri kalau Bas benar-benar bunuh diri didepannya.

"TIDAK!!!"

"Bas. Aku mohon jangan lakukan itu!" Pinta God dengan wajah yang sangat cemas.

"Tolong lepaskan pisau itu Bas."

Bas terus menangis terisak. Tangannya memegang pisau tersebut sambil bergetar hebat. Dalam hidupnya ia tak pernah berpikir akan melalui hidup yang bagaikan mimpi buruk seperti ini. Dalam hati Bas terus meminta maaf pada kedua orangtua dan teman-temannya.

Disaat Bas bergetar memegang pisau tersebut, dengan sigap God memegang pisau tersebut dengan tangan kosongnya. Sontak hal tersebut menimbulkan luka yang cukup dalam di tangan God dan hampir mengenai nadinya.

Bad DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang