CHAPTER 6 JEBAKAN DAN KONFRONTASI

66 5 0
                                    

Aku menghela nafas pelan setelah berhasil menenangkan Ibu, lukanya pun telah kuberikan pertolongan pertama, untung saja lukanya tidak terlalu dalam, tapi tetap saja aku harus memanggil tabib untuk mengobati Ibu.

Tok..Tok.. Tok...

"Permisi...."

Suara seseorang di depan pintu.Segera aku pergi membukakan pintu itu.Dapat kulihat seorang wanita tua berdiri di depanku, ditangannya terdapat sebuah kantung berisi tanaman herbal.Ia adalah Bi Hera, tabib di Desa Daun ini.

"Permisi nak Langit, Ibumu ada di dalamkan?"

"I-Iya, ia saat ini sedang tidur di dalam, saya sudah memberikan pertolongan pertama pada luka Ibu..."

Ia menatapku kagum, kemudian mengusap kepalaku pelan.

"Syukurlah Ibumu baik-baik saja, tapi bibi tetap harus memeriksanya dulu.."

"I-iya..."

Aku menuntun Bi Hera ke kamar Ibu, Bi Hera lalu duduk di sampingnya, kemudian mulai membuat obat dengan tanaman herbal di tangannya itu.

Aku duduk diam di samping Ibu, mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya dengan handuk.

"Apa kamu sudah dengar kejadian itu dari Ibumu nak Langit?"

"belum semuanya, yang ku tahu hanya ada monster yang menyerang Ibu dan menculik adik-adikku..."

Aku menunduk sedih, mengepalkan tanganku keras berusaha menahan amarah.

"Tolong ceritakan mengenai kejadian itu, Bi..."

Bi Hera berhenti sejenak menumbuk obat herbal di tangannya, ia lalu menoleh ke arahku.

"Baiklah Bibi akan ceritakan..."

Bi Hera menghela nafas pelan.

"Pagi tadi, ketika orang-orang sedang berjual beli di pasar, tiba tiba bayangan hitam muncul entah darimana, pertanda kedatangan monster itu.Monster itu entah bagaimana caranya muncul tepat di tengah-tengah pasar sembari mengeluarkan suara keras yang memekakkan telinga, tak lama kemudian kawanannya yang lain muncul dari segala arah, memporak porandakan pasar itu, Ibumu dengan sigap segera berlari menggendong kedua adikmu berusaha berlari menjauh, namun ia dihadang oleh monster itu.Ibumu berusaha melindungi kedua adikmu, namun ia diserang oleh monster itu hingga Ibumu jatuh ke tanah, monster itu lalu mengalihkan pandangannya ke kedua adikmu itu, kemudian membawa mereka ke dalam hutan, Ibumu berusaha bangun mengejarnya namun ia tidak mampu bergerak jauh karena lukanya itu..."

Ia berhenti sejenak, menatapku sedih.

"Bibi yang melihat kejadian itu dari dalam rumah menyesal tidak mampu berbuat apa-apa, setelah teror itu berakhir, Bibi baru berani keluar rumah untuk menolong Ibumu, namun Ibumu bersikeras ingin pulang berharap kamu baik-baik saja nak Langit, Ibumu sangat menyayangi kalian...."

Tak terasa, bulir-bulir air mata mulai berjatuhan dari pipiku, tak kusangka walaupun terluka, Ibu masih membelakan dirinya pulang ke rumah karena khawatir padaku.

"Ana....Ani....Langit....."

Ucap ibu dalam tidurnya, aku tersenyum sedih melihatnya, bahkan dalam tidurnya pun ia masih memikirkan kami.Aku menyeka pelan, air mata di pipiku, kemudian berjalan menuju pintu.

"Bi, tolong jaga Ibuku sebentar ya, aku akan pergi untuk menyelamatkan adik-adikku..."

Bi Hera tersentak kaget mendengarku, ia lalu memegang tanganku, berusaha menahanku.

"JANGAN NAK LANGIT!!KALAU KAMU SAMPAI HILANG JUGA, IBUMU PASTI SANGAT SEDIH!!"

Aku membalas ucapan Bi Hera dengan senyuman kecil,

GARUDA : kembalinya Sang PahlawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang