CHAPTER 7 PAHLAWAN, SERIGALA, DAN SUARA

58 3 0
                                    

Aku menunduk mencengkram tanah keras kembali mengambil ancang-ancangku.

"Akan kuselesaikan apa yang kulewatkan 100 tahun yang lalu, bersiaplah Serigala Hitam!!"

Aku menarik diri menggunakan tanah yang kucengkram ditambah dengan dorongan kakiku, memberikan ku kecepatan tinggi melesat ke arah Taraksa, ku kepalkan tangan kananku kuat kemudian mengayunkannya ke wajahnya.Ia sedikit terkejut dengan hal ini, sehingga membuatnya sedikit terlambat menghindar.

ZREET!!

Pukulanku hanya mampu menggores pelipis kanannya, tanpa buang waktu aku melompat akrobatik bersiap untuk menyerangnya kembali, namun terhalang oleh bayangan Serigala yang dengan cepat menutup celah diantara kami.

Aku menahan seranganku karena Serigala-serigala ini terasa sedikit aneh, layaknya mereka memiliki jiwa raga sendiri.

Ia mengusap darah di pelipisnya itu kemudian menjilatnya.

"Ah...luka dari serangan Sang Pahlawan...."

Ia menengadahkan kepalanya tinggi, menatapku di ujung matanya, nafasnya memburu.

"Ini sangat........MENYAKITKAN TAPI....MENARIK!!HAHAHAHA!!"

Tawanya kembali menggema.Ia lalu menjentikkan kedua tangannya, dapat kulihat para Serigala di sekitarnya berada dalam posisi siap menyerang.

"MARI KITA MULAI, LAGU PENGANTAR KEMATIAN SANG PAHLAWAN, ORKESTRA PARA SERIGALA!!HAHAHAHA!"

Ia mengeluarkan sebuah tongkat kecil kemudian mulai mengayun-ayungkannya, alunan berbagai alat musik mulai berbunyi menciptakan sebuah lagu keras yang memekakkan telingaku.

UGHH!!

Aku menutup rapat kedua telingaku.Tak terasa, darah segar mulai mengucur dari telinga dan hidungku.SIAL!! semakin lama aku berada di sini, nyawaku bisa melayang lagi, aku harus menyelesaikannya sesegera mungkin.

Kembali aku menerjang ke arah Taraksa, masih menutup telingaku, sembari menghindari para Serigala yang menyerangku dari segala penjuru.Taraksa, masih dengan senyumannya mengangkat kedua tangannya, kemudian menepukkannya.Lagu itu mulai terdengar makin keras, pandanganku mulai kabur, aku dapat merasakan sesuatu yang sepertinya darah keluar dari mataku, Membuatku harus menutup kedua mataku.Kini dua Indraku tidak berfungsi, memaksaku untuk mengandalkan Indra penciuman beserta Instingku.

GREP!!

Tak kusadari sesuatu yang kurasa salah satu Serigala Taraksa berhasil menggigit tangan kananku, aku menendangnya pelan, kemudian menunduk, menghindari terjangan serigala yang lain, namun serigala yang lain berhasil menabrakku sehingga aku terpental kebelakang, gigitan dan cakaran dapat kurasakan dari segala penjuru tubuhku, kuputar kakiku searah jarum jam, melemparkan para serigala itu mundur.Aku lalu melompat mundur jauh kebelakang, berusaha menjaga jarak.Ini cukup sulit, bau Taraksa terbagi menjadi sangat banyak dan berada di segala tempat.Nampaknya Ia berbagai bau dengan para Serigalanya itu.Dan lagi Serigala-serigala itu, mereka seperti....terpaksa?Tidak, mungkin lebih tepatnya Dipaksa..

Lagu berisik itu berhenti, kini digantikan oleh gema tawanya yang hanya mampu samar-samar kudengar.

"HAHAHAHA!!APA YANG TERJADI PADA SANG PAHLAWAN GARUDA!!JIKA KAU SEBEGINI TERDESAKNYA, MENGAPA TIDAK BERHENTI SAJA BERMAIN MAIN DENGAN WUJUD HARIMAU ITU, DAN KELUARKAN SEGERA KELUARKAN JUBAH LANGIT DAN SENJATA BINTANG MU ITU!!!"

Teriakannya keras, membuat telingaku semakin sakit.Aku juga berpikir demikian, tapi...

"JANGAN BILANG... KAU TIDAK MAMPU MENGELUARKANNYA HAH!! GARUDA!!"

Teriaknya lagi dipenuhi amarah dan kekecewaan kurasa?

Hah, dia benar, aku tak mampu mengeluarkannya lagi karena aku telah menggunakannya untuk menyegel Arang, kemampuanku pun nampaknya melemah dalam 100 tahun ini, ditambah lagi Auraku belum kembali sepenuhnya.Aku tersenyum kecil.Sepertinya aku terlalu sombong karena berpikiran bahwa aku tak terkalahakan hanya karena aku ini Sang Pahlawan Garuda.Sungguh ironi, haha.

Aku lalu berdiri dengan kedua kakiku.

"Berhenti berteriak, kau menyakiti telingaku saja..."

Ucapku pelan, selama Mode atau Wujud Harimau Putihku masih aktif, maka aku belum boleh kalah, Ana, Ani dan Ibu menungguku pulang.Aku..Aku masih ingin bersama dengan mereka, maka dari itu AKU TIDAK BOLEH KALAH DISINI!!

"HAH, KAU SUDAH MEMBUATKU KEHILANGAN KETERTARIKAN...MATILAH SEKARANG!!!"

Puluhan bau Taraksa menerjang kearahku.Aku merapatkan gigi, mempersiapkan diri.

Criing...

Sebuah suara lonceng menarik perhatianku.

'Aku akan membantumu, Sang Pahlawan Garuda, wahai Ikatanku...'

Sebuah suara perempuan entah dari mana terdengar olehku.Suaranya halus dan menenangkan.Tak lama, suara nyanyian lembutnya mulai terdengar, membuatku merasa nyaman, dan tenang.Perlahan, diriku mulai dipenuhi Aura, kemampuan dan instingku mulai meningkat tajam.Perlahan aku mulai merasakan, dan mencium bau Taraksa yang asli.Aku tersenyum kecil, saatnya melawan balik.

Dengan menggunakan instingku aku bergerak sembari menghindari para serigala di sekitarnya itu.Kemudian berhenti di depan bau tersebut mengepalkan tangan kiriku berpura-pura siap mengayunkannya.Samar dapat kurasakan aura membunuh di belakangku.Hah! kena kau!! kutancapkan kaki kananku ke tanah lalu memutarkan badanku ke belakang, menggunakan momentum perputaran itu kemudian mengayunkan pukulanku keras ke belakang.

BUAGGHHH!!!!

Pukulanku keras mengenainya yang membuatnya mencium tanah hingga tanah tersebut hancur dan menghasikan deruan angin yang cukup besar.

"Hah....ha...luar....biasa...Ga...ru...da...ha...ha...."

Suara Taraksa menghilang, bersamaan pula dengan baunya pada serigala-serigalanya tersebut.Hening dan gelap, itulah saat ini yang dapat kurasakan.

Bau Ana dan Ani, beserta beberapa bau lainnya mulai muncul kembali.Aku berjalan pelan menuju tempat itu.

Darah dari luka cakaran dan gigitan para serigala itu masih mengucur walau pelan, begitu pula darah dari hidung, mata dan telingaku.Aku mulai merasa pusing, aku tersungkur jatuh ke tanah.Samar-samar mulai kehilangan kesadaranku.

Aku.....harus....membawa..pulang...Ana....Ani...kembali....ke......Ibu.....

Kemudian semua kembali hening dan gelap.

.....


GARUDA : kembalinya Sang PahlawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang