......
Ctak.....
Kembali, sunyinya malam hari ini hanya dipecahkan oleh suara kayu yang hampir habis dilahap api.Dibawah pohon ini, aku hanya bersandar memainkan percikan listrik di jari tangan kiriku, mencoba tetap terbangun.
Yah, kami memang telah kabur cukup jauh.Kurasa Raja bodoh itu tidak mungkin sampai mengejar sejauh ini, apalagi dimalam kelam seperti ini.Tapi aku tetap terjaga guna mengantisipasi apabila ada penjaga ataupun monster dan binatang buas di sekitar hutan ini.
"hah..."Kenapa hal ini bisa terjadi sih, padahal kukira aku bisa hidup dengan damai dan tenang di desa, dan sekarang semua sirna, haha, sial.
Aku harus sesegera mungkin menyelesaikan masalah ini, karena semakin lama masalah ini maka semakin besar pula kemungkinan Raja sial itu akan menyerang desa.
Tapi bagaimana caranya? Menyerang mereka langsung? Tidak, kemungkinan besar akan memakan banyak korban termasuk warga biasa.
Menyelinap pun agaknya sulit, mereka pasti telah memperketat penjagaan, terutama di sekitar Raja sial itu.Ditambah lagi ia memiliki sesuatu yang nampak seperti Kaca Penglihatanku, tapi mungkinkah orang selain aku mampu menggunakan Senjata Bintang?
Hmm.. Kemungkinan besar sepertinya tidak mungkin.Senjata Bintang hanya dapat digunakan oleh orang yang telah melewati latihan dari 12 Kesatria Bintang, dan memiliki Aura atau Warna Emas.Jadi benda itu pasti hanyalah benda palsu atau replika, tapi walaupun begitu, siapa orang yang membuat replika dari Senjata Bintang?Apakah ia orang yang sama yang membuat tongkat Taraksa?
Jika benar maka hal ini akan semakin rumit dan menyusahkan.
"Hah..."
...............
WHUUSS!!!
Sebuah bambu runcing, meluncur tajam kearah kearahku, Aku refleks memiringkan kepalaku ke kiri tepat pada waktunya.Namun begitu, aku dapat merasakan bambu itu menggores pipiku, membuat sedikit darah mengalir jatuh.
WHUUSHH!!WHUSSH!!!!
Tak berselang lama, puluhan bambu runcing mulai menghujani ke arahku.Dengan menggunakan perwujudan Harimau putihku, aku dengan cepat menghindari bambu-bamub itu, serta menggendong Airi yang masih terlelap.
menutupi telinga Airi, aku menarik nafas panjang, kemudian.
RRROOAAARRRR!!!!
Auman kerasku berhasil membuat bambu-bambu itu terpental, kemudian menancap di tanah jauh di depanku.
BRUKK!
Suara sesuatu yang jatuh dari atas pohon ke semak-semak di depanku.Sosok itu nampak berguling-guling memegang telinganya.
"UGH! T-telingaku..." Ucapnya lirih.
Aku masih dalam keadaan siaga, tak melepas pandanganku dari arahnya.Indra pendengaranku kupertajam, agar tak ada lagi serangan tiba-tiba.
"Dasar Sial! Siapa kau! Apa kau adalah orang bayaran Raja sialan itu!?"
Teriaknya ke arahku.Mulai mendapat kembali keseimbangannya, ia berdiri dibantu oeh ranting-ranting pohon di sekitarnya.Ia nampak seperti anak kecil yang sepantaran denganku, dengan wujudku saat ini maksudku.Badannya pendek walau sedikit berisi, ia mengenakan pakaian yang terbuat dari dedaunan yang di satukan menjadi satu, rambutnya berwarna hijau dengan tatapan mata hijau yang tajam.
Aku memiringkan kepala mendengar pertanyaannya barusan.
"Raja? maksudmu si Raja Kerajaan Rimba, Ijo Harita itu?" tanyaku memastikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARUDA : kembalinya Sang Pahlawan
Fantasy100 tahun yang lalu, terjadi pertempuran besar antara Sang Pahlawan Garuda melawan Kaisar Kegelapan Arang yang berhasil di menangkan oleh Sang Pahlawan Garuda, namun dibayar dengan harga mahal, yaitu nyawa Sang Pahlawan.Dunia kembali aman dan damai...