9

3.2K 222 0
                                    

Ririn

Aku memutuskan untuk ikut ke Makassar bersama Mad. Sayang juga kalau kesempatan cuti akhir tahun disia-siakan. Lagi pula aku juga sangat rindu dengan sahabat dan teman-temanku di Makassar. Mereka sangat senang dan antusias sekali mendengar kalau aku akan ke Makassar apalagi bareng Mad. Begitu pun dengan keluargaku yang di sana. Sampai kapan pula harus bersembunyi.

Kami baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan ke Makassar masih ada dua jam lagi. Setelah check-in aku dan Mad memutuskan untuk ngopi-ngopi dulu. Bukannya perasa atau gimana, tapi memang benar aku dan Mad jadi pusat perhatian sepanjang kami jalan di bandara. Tidak heran sih. Pasti selalu begitu. Tidak di sekolah, tempat makan, atau kalau lagi jalan-jalan dulu sama Mad, pasti kami jadi pusat perhatian. Eh, lebih tepatnya sih Mad. Anak SMA yang punya badan ideal dengan berat badan dan tinggi badan yang pas, kumis tipis, sedikit ada janggut, dan kulit yang bersih, bikin minder banget sih kalau jalan sama dia. Begitu pun dengan penampillanya hari ini. Airport style banget deh. Baju kaos warna abu-abu gelap dilengkapi dengan bomber warna hitam, sepatu dengan warna perpaduan abu-abu dan hitam. Kacamata hitam sebagai pemanis sambil membawa sebuah koper. Satu kata. Keren. Eh tambah satu lagi. Banget.

Bukannya aku tidak suka jika berdua dengan Mad. Aku mah suka, banget. Rasanya begitu nyaman. Tapi itu dulu, sekarang rasanya sangat canggung dan ada sedikit kekhawatiran. Entah mengapa sekarang virus kebawelanku hilang jika bertemu dengan Mad. Di sini saja sudah canggung begini, ah setidaknya di pesawat aku bisa tidur. Untung juga ada chat-chat gila dari grup sahabat-sahabatku yang membuatku tertawa dan sedikit bisa mengalihkanku dari Mad, tapi kuakui belum sepenuhnya bisa mengalihkan. Sampai ia heran juga sih melihatku ketawa-ketawa sendiri.

"Di sini ada aku loh Rin. Sibuk sama hp mulu." Aku menoleh terkejut, lalu kusimpan ponselku di dalam tas.
"Oke maaf Pak Pol, jadi kenapa?" Ternyata kecanggungan itu hanya di awal, buktinya sekarang aku dan Mad ketawa-ketiwi membahas cerita SMA kami, membahas kehidupan Mad di Akademi Kepolisian yang tak sempat aku ikuti ceritanya dulu, membahas aku jaman kuliah, sampai tak tetasa sudah ada pengumuman jika pesawat kami akan segera berangkat. Rasa nyaman itu ternyata sampai sekarang Mad.

Mad

Waktu keberangkatan pun telah tiba, waktu yang gue tunggu-tunggu. Bangun tidur, salat subuh, mandi, dan sia-siap ke bandara. Gue excited banget. Ririn adalah penyebabnya. Rindu sama keluarga besar di Makassar juga sih. Apalagi sama makanannya. Gue sudah membuat jadwal kunjungan saat berada di Makassar. Pertama, gue bakalan langsung ke warung coto Makassar. Gue sama Ririn suka banget makan coto Makassar. Dulu kita sering banget makan coto berdua dan bareng teman-teman.Kalau kalian ke Makassar, wajib coba itu deh

Diantar sama supirnya Ririn, kami tiba juga di Bandara Soekarna-Hatta. Bawaanya hari ini gue senang ajah. Oh yah gue mau bilang kalau hari ini Ririn cantik banget. Serius. Blus putih, celana dan hijab polos berwarna krem membuatnya terlihat sangat anggun. Ditambah sepatu kets berwarna putih. Adem banget liatnya.

Kami menghabiskan waktu menunggu keberangkatan dengan ngopi-ngopi dulu. Nyaman banget kalau udah ngobrol bareng Ririn. Mungkin rasa nyaman ini sudah gue rasakan dari SMA, tapi waktu itu gue tidak sadar. Gue terlalu sibuk mencari, padahal sebenarnya ada seseorang yang selalu ada buat gue. Nah, itu ketololan gue dan gue tidak mau itu terulang lagi.

Gue bersyukur banget karena sekarang sudah mulai tidak ada kecanggungan diantara kami. Seperti di pesawat kita kebanyakan ngobrol. Gue senang banget lihat Ririn yang sangat bersemangat menceritakan pengalaman kerjanya ke daerah-daerah terpencil untuk membangun sekolah. Dia juga excited banget mendengarkan cerita gue selama menjadi taruna di Akademi Kepolisian. Biasanya juga gue kalau terbang kayak gini baca buku atau paling tidak yah tidur. Tapi kali ini berbeda. Ini menjadi penerbangan paling spesial.

Siap 86!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang