Pengakuan

16 6 0
                                    

"Tara, kamu harus tahu sesuatu." Mengetahui hal yang sebenarnya direncanakan Damar dan teman-temannya, tentu saja Aryo tak tinggal diam. Ia langsung pergi ke arah Tara dan bermaksud menjelaskan segala yang ia ingin ceritakan.

"Kenapa, Yo?"

"Lu harus tahu kalau.."

"Tar," panggil Damar. Belum sempat Aryo menceritakan tentang rencana busuk Damar. Damar keburu memanggil Tara seolah tahu apa yang akan dilakukan Aryo.

"Pulangnya aku antar, ya," tawar Damar dengan kata-kata manisnya.

🥀

"Lo jangan macam-macam sama gue." Damar memojokkan Aryo di tembok kelas.

"Kenapa? Gue punya hak buat menyadarkan Tara kalau dia cuma dibodohi sama laki-laki brengsek macam lo!" Aryo tetap kekeh bahkan berani melawan Damar.

"Wow! Lo ternyata suka Tara?"

"Kalau iya kenapa?"

"Sayangnya, hati dia nggak akan pernah buat lo. Kenapa? Lebih dari 2 tahun dia suka gue." Damar melontarkan senyuman jahat ke arah Aryo.

"Gue nggak peduli. Gue cinta sama dia tanpa mengharap balasan. Salah?" Wajah Aryo memerah karena kemarahannya yang sudah sampai ubun-ubun.

"Ada ya, cowok melankonis kaya lo. Puitis! Sana, jadi penerusnya Chairil Anwar. Kan lumayan."

"Kalau gue melankonis kenapa? Masalah juga? Gue cuma nggak mau Tara terus-terusan lo giniin, Mar. Lo nggak punya hati."

"Kalian ngributin apa?" Tara tiba-tiba memasuki kelas untuk mencari Damar. "Kamu darimana aja, Mar?"

"Daritadi disini, kok, hehe," jawab Damar singkat. "Kamu sejak kapan disini?"

"Aku baru aja kesini. Oh, ya, Yo. Tadi gue denger lo ngomong tentang orang yang nggak punya hati. Siapa emang? Kepo dikit nggak papa kan?" Tara sedikit mendekat ke arah Aryo.

"Nggak, Tar. Gue duluan, ya." Aryo kangsung berlalu meninggalkan Damar dan Tara di kelas berdua saja.

"Aku masih ada latihan musik. Kamu masih nungguin?"

"Iya."

"Soalnya kalau kamu agak repot, aku bisa pulang naik bus atau angkot."

"Nggak usah, seberapa lama sih?"

"30 menit doang, kok," jawab Tara singkat.

Damar menunggu Tara di depan ruangan musik. Setelah latihan selesai, beberapa anak yang tergabung dalam grup musik yang sama dengan Tara melihat Damar yang tampak kebingungan menunggu di kursi koridor ruang musik dengan tatapan bertanya.

"Nunggu lama?" Tara memastikan.

"Ya, 30 menit tadi," jawab Damar.

"Maaf, ya. Repot nungguin."

"Nggak papa. Kan buat pacar sendiri."

"Bisa aja." Tara nampak malu-malu menanggapi Damar.

Mereka sampai di tempat parkir. Tanpa menunggu lama, mereka sudah melaju menuju rumah Tara.

"Ini nggak mau mampir kemana dulu?" tanya Damar.

"Nggak usah, langsung pulang aja. Takut Mama nyariin." Damar kembali fokus ke jalanan setelah mendengar jawaban Tara.

"Tar, tadi biolanya bagus banget."

"Makasih."

🥀

"Aryo, Tara, dan Nindya! Kalian bisa tolong ambilkan saya buku-buku yang sudah saya pesan di perpusatakaan? Tenang saja, saya sudah membuat janji dengan guru penjaga perpustakaan." Guru Biologi yang tengah mengajar di kelas 10B IPA saat itu memberi perintah kepada ketiga murid andalannya.

"Baik, Bu," koor ketiganya.

"Bu, saya mau ambil buku biologi yang dipesen Bu Tantri." Tanpa menjawab kata-kata Nindya, guru penjaga perpus langsung mengarahkan tangannya dan menginstruksikan tempat buku-buku pesanan itu.

"Ini jumlahnya baru 26, mungkin masih ada 4 lagi yang ada di rak buku. Tar, tolong ambilin di rak ya," ujar Nindya setelah menghitung buku-buku yang beberapa sudah ia bawa di kedua tangannya.

"Oh, ya, tunggu bentar." Tara langsung menuju ke rak buku untuk menelaah satu demi satu di rentetan buku biologi.

"Nah ketemu," gumam Tara. Namun sayang, tubuh Tara tak mampu menjangkau buku biologi tersebut karena posisinya yang terlalu tinggi.

"Yah, pendek, sih. Nggak bisa ngambil kan." Aryo langsung mengambilkan buku tersebut karena memang badannya yang lebih tinggi dari Tara.

"Eh, makasih, Yo."

"Iya, sama-sama."

Belum lama setelah buku tersebut diambilkan oleh Aryo. Tak sengaja kaki Tara menyenggol kaki rak buku. Senggolan tersebut tak terlalu keras, namun mampu membuat tubuh Tara kehilangan keseimbangan seketika. Untung saja, Aryo masih berada di dekatnya. Aryo pun menolong Tara sehingga ia tak jatuh.

Matanya indah, namun sayang dia bukan milikku. Seandainya kamu sadar, apa yang ada di dekapanmu saat ini nggak baik untukmu. Kamu belum bisa melihat cintaku, Tar, batin Aryo dalam hati.

"Eh, maaf! Ngrepotin lagi." Tara langsung tersadar dari lamunannya saat terjatuh dalam dekapan Aryo.

"Udah dapet bukunya?" tanya Nindya tiba-tiba.

"Iya, ini udah," sahut Tara.

"Yaudah, cepet balik ke kelas," ajak Aryo.

"Lama banget ngapain?" Damar langsung menjuruskan pertanyaan saat Tara melewati bangkunya. "Aryo nggak ngomong apa-apa sama kamu, kan?"

"Emang kenapa, sih?" Tara langsung meninggalkan bangku Damar dan duduk di bangkunya bersama Nindya.

Kenapa Damar ngomong kaya gitu? Kaya ada yang ditakutkan tentang perkataan Aryo. Apa mereka menyembunyikan sesuatu?, renung Tara.

**********
Pendek banget partnya😭 semoga kalian tetep suka dan baper. Keep read and vomment yaw❤️❤️

Reaching Cloud Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang