A Sky Full of Stars

19 5 4
                                    

"Maksud kamu?" Tara langsung kelabakan.

"Nggak usah malu-malu, Tar. Kamu berhak mengakui, kok. Aku juga nggak bakal marah." Damar berhasil membius Tara dengan menatapkan matanya tajam tepat di bola mata Tara. Mata Damar benar-benar indah.

"Tar, kalau orang mencintai seseorang yang lain itu sebenarnya ada dua tipe. Yang pertama adalah kamu langsung mencintai orang tanpa belajar, kamu jatuh cinta pandangan pertama lalu setelahnya sangat sulit melupakan orang itu. Tapi, aku masuk ke golongan yang kedua, Tar. Aku harus belajar mencintai orang lain. Seperti aku yang sekarang sedang belajar untuk memenangkan kamu." Tara langsung menundukkan kepalanya mendengar ucapan Damar yang terkesan sangat romantis.

"Kamu.."

"Iya, aku nembak kamu, Tar. Mau jadi pacarku?"

"Secepat itu?" Tara membelalakkan matanya.

"Aku kan sudah bilang, kalau aku sedang belajar untuk memulai sama kamu." Tara hanya membisu. "Kalau belum bisa jawab sekarang juga nggak papa, kok. Terus kalau nantinya kamu nolak, nggak masalah juga. Kamu punya hak."

Kemudian Tara mengangguk pelan. "Iya."

"Iya apa?"

"Ya gitu."

"Mau?"

"Iya." Damar langsung tersenyum puas.

"Pacar aku yang cantik, ayo aku antar kamu pulang." Damar menggandeng tangan Tara layaknya seorang pangeran yang menemui calon ratunya.

Malam itu, tanggal 11 bulan ke 6 menjadi hari terbahagia bagi gadis itu. Tak terbesit kedukaan pada wajah dan hatinya. Akhirnya, lelaki yang selama ini ternyata memendam perasaan yang sama padanya.

Sementara sepulang dari mengantar Tara, Damar langsung pulang menuju rumahnya. Namun tiba-tiba ia menemui Vian yang keluar dari sebuah kafe.

"Hei, Vian?" panggil Damar setelah ia menghentikan mesin motornya.

"Eh, Damar kan ya. Bisa ketemu juga, kita. Apa kabar?" Vian membalasnya dengan ramah.

Damarpun turun dari motornya dan memandu Vian untuk mengobrol di kafe yang sebelumnya Vian tinggalkan.

"Eh, kapan-kapan kalau ada party boleh ajak-ajak gue." Damar duduk manis setelah memesan orange juice pada pelayan kafe.

"Weizz.. Lo pengen gue ngajakin lo party? Hm, lo lagi galau ya?"

"Iya, nih. Habis putus." Damar memasang wajah lesu.

"Lo baru masuk SMA, udah punya pacar? Berapa bulan tuh?" Vian malah terlihat kepo dan banyak mengintrogasi.

"Ye, gini-gini gue kan udah 15 tahun. Gue pacaran semenjak kelas 9 SMP kemarin. Kurang lebih 6 bulan mau ke 7 lah," jelas Damar. "Lo sendiri jomblo?" lanjut Damar.

"Nggak juga sih. Pacar gue dua." Damar langsung terkejut dengan kata-kata Vian.

"Seriusan dua?" Damar malah tertawa keras.

"Iya. Satunya pacar gue di SMA, satunya lagi anak klub tempat gue biasa nongkrong. Entar deh, gue ajak lo kesana. Banyak cewek cantik, lhoh."

"Oke, siap!"

🐣

"Hai, Damar," sapa Tara. Ia sedang terfokus pada sebuah kertas penuh dengan pertanyaan sulit.

"Tar, kita baru masuk SMA. Aku merasa materinya susah banget. Aku takut nggak bisa ngikutin." Damar tampak cemberut. Hal itu tentu saja membuat Tara menjadi iba.

Reaching Cloud Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang