(Chapter 9)

169 17 6
                                    


"Aku selesai, Eomma" ucap Yoona sembari meletakkan sumpit, ia kemudian menggeser kursi sedikit keluar agar ia bisa berdiri.

"Kenapa, Yoona?" Tanya ibunya dengan nada heran, keningnya tampak mengkerut, kedua matanya tertuju pada mangkuk nasi milik puterinya yang tersisa separuh. "Kau tidak bernafsu? Sedari tadi kau juga merengut saja"

"Ne, Eomma. Mianhae... Hanya masalah sekolah, aku ingin segera tidur. Selamat malam, Eomma" jawabnya sembari melengkungkan senyum agak terpaksa di akhir pembicaraannya. Berusaha menenangkan perasaan ibunya.

Ibu Yoona tampak perihatin dan berkata, "Kau harus bercerita pada Eomma. Jangan kau pendam sendiri ya?"

"Tenang saja, Eomma. Hanya masalah pelajaran" dirinya berkilah sembari berlalu keluar dari ruang makan yang menyambung dengan dapur itu dan mulai menaiki anak-anak tangga menuju lantai dua.

Bersamaan dengan hal itu, suara pintu depan terbuka. Ibunya dengan refleks berlari tergopoh-gopoh menuju pintu depan. "Sudah pulang? Kau ingin makan atau mandi dulu, yeobo?" sahut ibu Yoona segera begitu pintu depan kembali tertutup.

Ada jeda sejenak sebelum ayahnya berbicara, "Yeobo... Ada berita buruk" ucapnya terdengar lirih.

"Eh? Kenapa? Jangan menakutiku" sahut ibunya terdengar terkejut dan panik.

Yoona dengan refleks merasa waspada sambal terus memasang kedua telinganya di puncak anak tangga. "Aku diturunkan dari jabatanku-" seru ayahnya. Saat itu juga kedua mata Yoona melebar.

"Apa? Kenapa itu tidak bisa terjadi— Kau selalu tidak pernah telat bahkan selalu lembur jika diperlukan!" suara ibunya terdengar marah dan terkejut.

"Aku tidak tahu, yeobo... Tampaknya ada keanehan disini, padahal aku sudah bekerja dengan baik. Tapi bosku menurunkanku dari kepala divi—"

"A...pa?" Yoona menutup mulutnya sendiri dan bergegas masuk ke dalam kamar selagi orang tuanya menyadari bahwa dirinya mencuri dengar.

Yoona bergegas menutup pintu kamarnya dan bersandar di baliknya. "Tidak mungkin... Apakah ini yang dikatakan orang tua Siwon-? K-kenapa bisa secepat ini-?" ujarnya dalam bisikan geram.

**

Yoona tidak bisa tidur beberapa malam ini, ia memikirkan segala hal tentang ancaman keluarga Siwon yang menjadi nyata secepat kilat. Ia juga memikirkan nasib ayahnya, walaupun ia masih merasa beruntung karena ayahnya tidak dipecat. Tapi, bukan berarti ia merasa aman dalam situasi ini.

'Apakah ini gertakan mereka...?' tanyanya dalam batin.

"Yoong... Kau baik-baik saja?" Tanya Yuri di sebelah bangkunya.

Yoona melirik temannya itu sekilas. "Ya" ucapnya singkat.

Yuri merengut mendengarnya, "Ayolah jangan berbohong! Aku tahu kau tidak baik-baik saja. Tidak hanya kau tapi aku juga. Yah setelah peristiwa mengerikan itu... Siapa sih yang tidak akan baik-baik saja?" cerocosnya.

Yoona mengernyit, "Bisakah kau diam Yul? Aku hanya ingin berpikir"

"Keluarkan pikiranmu Yoong, bicarakan padaku! Kau tidak sadar lingkar matamu menghitam beberapa hari ini-?"

Yoona hanya terdiam tidak menyahut, matanya tertuju pada papan tulis, namun pikirannya melayang tidak terfokus dengan apa yang gurunya jelaskan. "Kau... bertingkah aneh setelah pertemuan dengan keluarga Siwon di ruang konseling-" ucap Yuri dengan nada khawatir.

"Akan kuceritakan-" ucap Yoona akhirnya setelah sebelumnya menghela napas panjang. Ia merasa Yuri pun berhak tahu dengan apa yang sudah terjadi dan Yuri kini tampak tersenyum mendengarnya.

Similar FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang