(Chapter 11)

136 13 2
                                    

"Ada yang bilang, wajah seorang lelaki dan wanita yang mirip akan berakhir menjadi sepasang jodoh,"

"Itu mitos,"

"Percaya atau tidak itu terjadi bagi sebagian orang,"

"Tapi ayah dan ibuku sama sekali tidak terlihat mirip!"

Yoona mengernyitkan kening karena tidak bisa menangkap perkataan lawan bicaranya lagi yang tidak ia kenali. Tiba-tiba ia merasakan kedinginan yang tiba-tiba menyelimuti dirinya dan saat itu juga kenyataan kemudian menghentaknya.

Matanya terbuka lemah sembari perlahan menangkap langit-langit kamarnya, dan pandangan kabur wajah milik ibunya. "Kau bangun Yoona? Maafkan Eomma, kau terbangun karena kompres ya?" Tanya ibu Yoona dengan raut wajah khawatir sembari melepaskan kompres di kening puterinya.

"Eomma, jam berapa sekarang?" tanyanya sembari bangkit duduk namun kepalanya terasa pening dan sakit menusuk-nusuk.

"Jam satu malam, karena kau sudah bangun lebih baik isi dulu perutmu ya? Nafsu makanmu menurun akhir-akhir ini pantas saja kau jatuh demam-," jelas ibu Yoona sembari menyodorkan segelas air minum padanya.

"Apakah Appa baik-baik saja?" tanyanya membuat ibunya yang mendengarnya melebarkan matanya, agak terkejut.

"Tentu dia baik-baik saja." Yoona langsung merasa lega mendengarnya, sedangkan ibunya tampak memahami sesuatu dan berkata, "Oh Yoona, kau mendengar percakapan kami ya? Kau tidak perlu memikirkan hal itu, kau tidak perlu khawatir, ayahmu orang yang kuat kau tahu itu, kan?" ucapnya menenangkan.

Yoona hanya menyahuti dengan senyuman lemah.

Ibu Yoona pun bangkit berdiri sembari membawa baskom berisi air, "Eomma akan membawakanmu makanan".

"Eomma!", pekik Yoona setelah ia menyadari satu hal membuat ibunya berbalik dengan tampang terkejut. "S-siapa yang membawaku kemari? Maksudku, aku pingsan tadi sore-, kan?" ujarnya ingin tahu setelah mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. "Apakah itu Donghae?", tanyanya penuh harap.

"Donghae?" tanya ibunya memastikan sembari kedua alisnya terangkat.

"Itu- lelaki yang tidak terlalu tinggi dan mengenakan kacamata. Orang yang pernah mengajakku menonton film, Eomma", jelasnya barangkali ibunya terlupa.

"Ah, iya Eomma ingat. Tapi bukan, kok. Kali ini pria jangkung berwajah tampan yang membawamu pulang, tapi anehnya wajahnya seperti tampak penuh luka...", ujar ibunya mengingat-ingat, "Siapa ya namanya, Eomma lupa".

Seketika seakan ada segumpal rasa kecewa yang jatuh ke dalam dada Yoona. Perlahan ia berbaring, memalingkan muka dari arah ibunya. Kedua matanya kini bergerak tak berarah, bibirnya ia gigit seraya menahan isak tangis.

'Kenapa.. harus dia?', Yoona membatin, desiran kecewa kini telah menjalar menjadi tangisan pilu di wajahnya.

**

Yoona memaksakan diri pergi ke sekolah setelah satu hari izin tidak masuk. Menurutnya, daripada hanya berbaring di atas ranjangnya tubuhnya akan membaik jika ia paksa digerakkan. Begitu yang gadis itu katakan pada ibunya yang memiliki anggapan sebaliknya. Namun karena kekeraskepalaannya ibunya menyerah dan berkata segera menelepon jika ia merasa sakit.

"Kau tidak perlu memaksakan diri Yoona..." Yuri merajuk dengan raut wajah khawatir memandang sahabatnya yang berjalan di sampingnya.

"Jangan seperti Eommaku, Yul! Aku hanya ingin segera menghirup udara bebas, itu saja", ujarnya dengan nada bosan.

Yoona bertekad untuk tidak menyerah, ia mengikuti pelajaran sebisa yang ia bisa, walau kadang pening di kepalanya menusuk-nusuk. Di jam istirahat, ia sengaja pergi dulu keluar kelas daripada murid yang lain, menuju kelas Lee Donghae yang terdapat di ujung koridor.

Similar FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang