13. Another Dispute

7.9K 888 40
                                    

" This is not ending, but actually i feel so close with the ending. "

.
.
.
.
"Kata dokter, besok aku sudah bisa pulang." Jimin tersenyum kecil kala Namjoon dan Jungkook menanyakan keadaannya. Seokjin ikut tersenyum tipis. Lama sekali rasanya ia tidak melihat senyum itu. Tidak seharusnya mereka salinh menjatuhkan kemarin. Baik Taehyung maupun Jimin membutuhkan support yang adil.

Namun Namjoon melihat ada hal lain dari mata Jimin, Jimin nampaknya tidak sesemangat biasanya. Tatapan matanya kosong, sama halnya seperti Taehyung.

"Hyung!"

"Astaga, apa?!" Jimin sontak menoleh pada Jungkook yang tiba-tiba berteriak padanya. Jungkook tersenyum lebar lantaran melihat ekspresi kaget Jimin, ia senang sekali menggoda kakaknya yang satu ini. Jimin masih diam, menunggu Jungkook berbicara.

"Nanti kalau sudah sehat, main game denganku ya?" Bujuk Jungkook.

"Jangan denganku. Aku selalu kalah."

"Yaaa?" Rajukan Jungkook semakin menjadi, ia memiringkan kepalanya dan memasang puppy eyes andalannya. Jimin terkekeh. Jungkook yang postur tubuhnya sangat mirip dengan adik kandungnya ini benar-benar menggemaskan.

"Dengan Taehyung saja sa—"

Kata-kata Jimin terjeda begitu saja. Ia berdehem kecil, di susul dengan Jungkook yang menutup mulutnya rapat. Semua topik yang menyangkut Taehyung terasa begitu canggung.

"Taehyung juga sudah bisa keluar besok. Tapi Sejin hyung masih mengosongkan jadwal, agar tidak ada yang sakit." Namjoon memecah keheningan.

Jimin hanya mengangguk mendengar penjelasan Namjoon. Kali ini, ia mencoba untuk tidak peduli meski delapan puluh lima persennya, ia masih sangat peduli pada Taehyung.

-

Jimin merebahkan dirinya di ranjang. Ia menutup matanya sejenak, mengistirahatkan matanya dan menikmati udara dorm BTS.

Percayalah, udara di rumah sakit dan di dorm benar-benar berbeda jauh. Jimin membuka matanya saat ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

Taehyung masuk dengan wajah lesunya dan duduk di pinggir ranjangnya. Ranjang yang berada di sebelah ranjang Jimin.

Jimin menatap punggung Taehyung, tanpa berucap satu patah kata apapun. Jimin menghela nafas pelan kemudian mendudukkan dirinya dan beranjak. Ia membuka pintu kamar dan melenggang pergi setelahnya. Taehyung menoleh, menatap pintu yang baru saja Jimin tutup.

Seolah acuh dan tidak peduli, ia kembali menatap layar ponselnya.

Taeji : Hyung, ayah dan ibu ingin hyung melakukan operasi itu.

Taeji : Ya, hyung?

Taehyung meletakkan ponselnya, tanpa membalas pesan dari adiknya. Ia merebahkan dirinya. Menatap langit-langit kamar, sekilas teringat akan perkataan dokter pagi tadi.

"Kemungkinan terbaik, kau akan sembuh. Dan kemungkinan terburuk, sistem motorik di otakmu akan terganggu."

Taehyung menutup matanya, ia ingin mencoba untuk mengangkat tumor di kepalanya. Namun, di lain sisi ia takut.

Takut bahwa nantinya ia hanya akan menjadi orang yang paling tidak berguna di Bangtan dan agensi. Mungkin saja, nanti ia akan kehilangan pendengaran atau pilihan yang terburuk adalah kehilangan pengelihatan. Tidak, keduanya benar-benar petaka bagi Taehyung.

There For You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang