Ini bukan prank kok tenang, jangan pada mau bacok aku😂
---
Terkadang, Taehyung berfikir. Seolah semua dari perpecahan ini adalah kesalahannya. Bermula dari Jimin yang bersikap seperti ini padanya. Sampai kecanggungan diantara Jimin dengan anggota lain.
Semenjak mengetahui penyakit sialan yang bersarang di diri Taehyung, semuanya nampak berhati-hati. Seolah Taehyung adalah barang antik, yang akan rusak jika kalian mengusiknya.
"Ini adalah hari terakhir konser kita."
Taehyung terus terdiam di dalam mobil van. Ending speechnya hari ini benar-benar menguras air mata. Semuanya menangis. Termasuk Jimin, meskipun hanya berkaca-kaca.
Ending speech yang bermakna salam perpisahan dari Jimin dan juga Taehyung. Taehyung dan Jimin yang berfikiran sama. Untuk berjaga-jaga. Siapa tahu terjadi sesuatu diluar dugaan mereka.
"Bukan berarti kita tidak lagi melakukan konser. Semuanya, tolong jangan sedih. Kami akan kembali."
Ucapan Jimin di akhir speech terdengar seperti ia tengah menyemangati semua orang. Maka dari itu, Jimin berusaha keras menahan air matanya. Sepanjang konser, ia tidak menangis deras seperti yang lainnya. Tapi nyatanya, ia tengah menangis sendirian di dalam van saat yang lain sudah puas menumpahkan air matanya.
Sementara yang lainnya tertidur, tersisa Taehyung dan Jimin yang terjaga dengan berbagai belenggu di dadanya.
"Jimin."
Jimin tidak menjawab. Mengabaikan panggilan Taehyung. Taehyung menghela nafasnya. Mata Taehyung bergerak, kemudian terhenti pada satu titik di luar jendela mobil.
Saat di panggung tadi, ia sempar berpikir bahwa Jimin sudah tidak marah dengannya. Taehyung tersenyum kecil, Jimin masih marah padanya. Masih mendiaminya.
Jalanan terlihat sepi, namun masih ada beberapa kendaraan yang melintas. Suasana di mobil pun sama, begitu sunyi.
"Ingat saat kau memukulku?"
Taehyung terhenyak. Jimin tiba-tiba berbicara. Taehyung menolehkan kepalanya. Jimin seketetika melunak. Semua tatapan tajamnya, perkataan pedasnya, lenyap. Taehyung hanya menemukan Jimin yang menatap nanar keluar jendela mobil.
"Kau-"
Taehyung kembali terdiam saat suara perut Jimin berbunyi. Jimin menutup matanya, meringis dan meremas perutnya. Ia ingin makan, namun anorexia itu menyakitkan sekali.
"Aku benar-benar ingin memukulmu, seperti kau memukulku saat itu."
Mobilnya terhenti tepat di depan gedung dorm. Jimin menoleh, membangunkan Jungkook di sampingnya lalu keluar terlebih dahulu tanpa berkata apapun. Taehyung terdiam. Mencerna perkataan Jimin.
Ia terus berfikir, hingga tidak sadar bahwa seluruh anggota telah bangun dan turun dari mobil.
"Taehyung-ah, kajja!" (Ayo!)
Seokjin menghampiri, sontak membuat Taehyung menoleh. Taehyung mengangguk.
"Kalian duluan saja."
Seokjin menguap, lalu mengangguk. Ia berbalik, melenggang pergi dan memasuki gedung apartement bersama dengan yang lainnya. Taehyung terdiam, ditemani Sejin yang masih berada di samping kursi pengemudi.
"Kau sudah memikirkannya, Taehyung?"
"Kalau memang jawabannu iya, mungkin Bangtan akan comeback tanpamu kali ini."Taehyung menutup matanya. Ini berat untuknya, juga untuk anggota lain dan Bighit. Bang PDnim secara personal sudah menemuinya, menjelaskan bahwa tidak apa-apa ia beristirahat sejenak. Lalu kembali. Sama seperti halnya Yoongi saat operasi usus buntu saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
There For You ✔
FanfictionKita bertujuh, dan selamanya pun akan terus seperti itu. Sudah terbit.