+shi ba :: heart

4.9K 1.1K 81
                                    

"lily, kamu tau apa hal yang paling aku syukuri sampai saat ini?"

lily yang lagi sibuk mengerjakan tugasnya pun menoleh ke jeno yang sedang tiduran dipahanya. matanya hanya terlihat memejam, tetapi sebenarnya ia masih sepenuhnya sadar.

lily menggeleng dan berkata, "apa?"

jeno mendekatkan wajahnya, "aku bersyukur masih ada perempuan yang sayang sama aku." jawabnya dan mencubit hidung lily gemas.

"aku mau cerita." ucap jeno dan lily mengangguk.

jeno memposisikan tubuhnya dan duduk disamping lily.

"ada dua orang pacaran. pacarnya ini selalu nyakitin ceweknya, tapi dia selalu ngertiin cowoknya dan bertingkah kalau dia baik-baik aja padahal engga." lanjutnya.

ah, lily mengerti kemana arah pembicaraan jeno.

kenapa juga jeno menyindir dirinya sendiri? nampaknya jeno sudah punya kaca.

"aku salute sama cewek itu, dia kayaknya gak pernah sekalipun terlintas diotaknya buat ninggalin pacarnya."

"kalau aku jadi dia, aku udah pasti ninggalin orang yang udah nyakitin aku. karena aku egois dan gak mau dengerin penjelasan dari dia lagi." jeno memegang tangan lily sebelum melanjutkan perkataannya.

"cewek itu selalu ngeliat cowoknya yang jalan bareng cewek lain. disaat cewek itu punya pilihan untuk menyerah, tapi cewek itu tetep berjuang."

"setiap dia ketemu sama pacarnya, dia seolah-olah lupa kalau dia kemarin  barusan aja disakitin." tanpa sadar mata gue mulai berkaca-kaca.

"aku gak nyangka cewek itu bisa sekuat itu—lily, aku mau minta maaf."

"aku cowok brengsek yang selalu nyakitin kamu, yang kamu liat aku sama xiyeon itu, kita cuma ngobrolin masalah kerja kelompok. hubungan aku selama ini sama dia cuma sekedar teman kerkel." jeno memeluk lily erat seolah-olah ini adalah pelukannya yang terakhir.

"kenapa kamu gak pernah nanya hubungan aku sama xiyeon? aku sempet kecewa sama kamu yang gak pernah nanya temen-temen yang ada disekitar aku. aku selalu berpikir kalau kamu gak peduli sama aku. kamu waktu itu juga gak nanya ke aku siapa itu mathilda. kamu selalu tau dari orang lain, dan aku gak suka itu." lanjutnya.

lily merasa bahunya yang menjadi tumpuan kepala bagi jeno kini basah. seorang jeno anderson menangis karena lilyana?

"dan apalagi kamu akhir-akhir ini selalu deket sama jisung, bahkan aku liat kemana-mana kamu selalu sama dia—lily, aku cemburu."

"soal kemarin yang aku nganter xiyeon ke sekolah, itu emang bener—tapi kamu dengerin penjelasan aku dulu." jeno mengeratkan pelukannya lagi saat dia merasa lily akan melepasnya karena mungkin merasa kesal dengan perkataan jeno.

"aku cuma pengen ngetes kamu, aku kadang gak ngerti sama sikap kamu—bukan, bukan sikap kamu doang, aku rasa sikap semua perempuan yang ada di dunia ini."

"aku selalu bilang kalau aku sayang ke kamu, tapi kamu jarang ngebales kata-kata aku. aku ngerasa kamu udah gak sayang sama aku bahkan jauh sebelum kita putus."

"aku takut kamu udah gak bisa ngerasain rasa cemburu setiap aku jalan sama cewek, karena setiap kita ketemu, kamu cuma marah tanpa alasan yang jelas, atau malah kamu kadang bersikap biasa aja."

oh...

jadi ini alasan jeno? pikir lily.

"setiap hari aku mikir, kenapa kamu minta putus ke aku cuma secara telpon gratis? kenapa kamu gak pernah ngasih aku penjelasan? aku selalu nunggu kamu bakalan marah-marah ke aku karena aku deket sama cewek lain."

"lily, aku mau punya pacar yang agresif, yang kalau liat cowoknya jalan sama cewek lain, dia bakalan langsung marah-marah, bukan yang diem atau yang bersikap baik-baik aja."

"kadang aku iri sama temen aku, mereka setiap berantem pasti besoknya selalu baikan."

"tapi kita? aku rasa meskipun kita selalu maafan, rasanya aku masih merasa gak lega karena kamu gak ngungkapin alasan kamu marah ke aku. aku gak peduli kalau kamu marah kamu bakalan tambah nyebelin atau enggak, aku gak peduliin itu, lily."

"lily, aku cuma cowok biasa, bukan tuhan yang tau keadaan atau emosi kamu setiap detiknya. aku mau kamu lebih terbuka ke pacar kamu sendiri. jangan malah kamu curhatin ke mark."

"aku rela kamu pukulin tiap hari setiap kamu lagi kesel, asalkan itu bisa bikin kita baikan lagi, gak kayak yang sekarang."

"aku suka kamu yang posesif setiap ada cewek yang ngedeketin aku, aku ini punya kamu, bukan mereka. tapi kenapa kamu selalu selangkah lebih mundur daripada mereka? aku gak ngerti lagi, lily." setelah itu jeno mengakhiri perkataannya.

akhirnya jeno bisa menjelaskan semua perasaannya hari ini secara gamblang pada lily.

ia tidak mau menambah kesalahpahaman lagi yang akan berakibatkan fatal pada hubungannya.

"t-terus aku harus apa?" akhirnya lily membuka suaranya.

jeno memegang wajah lily dengan kedua tangannya. "aku mau kamu yang dulu, yang suka ngomel-ngomel gak jelas walaupun kita cuma temen. aku gak suka kamu yang diem-dieman kayak gini." jawabnya.

"tapi kita kan udah bukan apa-apa lagi?" balas lily.

"siapa bilang kita bukan apa-apa? kamu masih pacar aku." ucap jeno.

"aku kan gak pernah setuju buat putus. selama ini aku gak pernah merasa kalo kita putus, lily." lanjutnya.

"a-ah..." jadi ucapan putusnya saat itu hanya keputusan sepihak kan? lily sedikit bernafas lega ya meskipun dirinya sendiri yang meminta putus.

"lily inget ya, mata, hidung, telinga, bibir, hati, dan semua anggota tubuh aku itu punya kamu, begitu juga sebaliknya. jangan pernah merasa gak berhak atas apa yang kamu milikin."

lily mengangguk mengerti dan tersenyum.

hari ini ia merasa senang. hubungannya dengan jeno dapat diperbaiki lagi. ia harap ini akan berlangsung lama.















"oh ya—terakhir, aku gak mau lagi liat kamu pulang bareng jisung lagi."

nampaknya jeno memang akan selamanya menjadi posesif terhadap lily.

















kenapa cerita ini gak jelas ya??

PETITE FILLE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang