Rabu, 1 April 2037
Pasadena, California
Kau tahu, sepertinya daging mentah jauh lebih lezat daripada steakAku terduduk di atas bagasi mobil dengan Nathan di sebelahku yang tengah asik memakan roti berselai coklat. Kami berhenti sebentar saat kulihat minimarket di pinggir jalan jauh dari pemukiman. Jujur aku tidak tahu nama jalan ini, mengingat julukanku sebagai "anak baik rumahan". Persetan, itu hanya konotatif dari kata "malas ke luar rumah", itu sebabnya aku tidak tahu nama jalan ini karena aku sangat jarang berpergian.
Minimarket ini lumayan jauh dari pemukiman. Bahkan butuh 2 jam perjalanan setelah ke luar dari Pasadena hingga sampai ke sini. Aku ragu apakah aku masih di kota Pasadena atau tidak.
"Sudah 1 jam lebih Gerry dan X tidak kembali," gumam Nathan setelah meneguk habis satu botol air hingga tandas tak bersisa.
Aku menatap Nathan. "Memang mereka pergi ke mana?" Aku menatap ke dalam mobil sebentar. Di sana Bryan tengah tertidur lelap bersama Eric di pangkuannya. Mereka terlihat seperti kakak beradik. Aku terkikik geli.
"Mencari amunisi. Kita hampir kehabisan peluru," jawabnya. Aku kembali menatap Nathan. Seingatku terakhir kali kami melakukan baku tembak saat di halaman rumahku berusaha untuk mengambil mobil milikku. Tidak, bahkan saat itu tidak ada satu pun peluru yang kami gunakan. Anehnya lagi, minimarket yang penuh dengan daging mentah ini, kami tidak menemukan satu zombie pun di sini. Kupikir minimarket itu akan seperti keadaan rumah bibi Marry saat kami tinggalkan. Benar-benar berantakan, nyatanya justru benda-benda di sana masih terlihat tersusun rapi.
"Mencari amunisi, tapi mengapa mereka mencarinya ke sana?" Aku menunjuk ke arah belakang, jalanan yang terlihat sedikit menurun. Harusnya mereka mencarinya di dalam minimarket, bukan? Tapi mengapa mereka justru menyusuri jalanan yang bahkan tidak ada satu rumah pun yang aku lihat selama perjalanan.
"Saat perjalanan tadi, X bilang ia melihat satu kotak amunisi di pinggir jalan tidak jauh dari sini." Aku mengangguk paham mendengar penjelasan Nathan. Saat berkendara pun mata pria arogan itu jeli juga rupanya.
Nathan tiba-tiba menatap sekeliling dengan waspada. Aku mengerutkan keningku. "Ada apa?" tanyaku.
"Kau mendengar sesuatu?" Nathan balik bertanya.
Aku diam sebentar. "Maksudmu suara dengkuran Bryan?" Aku kembali melihat ke dalam mobil. Bryan tertidur dengan mulut terbuka lebar. Lagi-lagi aku terkikik geli.
"Bukan itu!" Nathan terdiam sebentar. Kurasa dia tengah berusaha menajamkan pendengarannya.
"Ada yang kemari," katanya setelah diam beberapa detik. "Banyak, sangat banyak," lanjutnya.
Suara debuman mobil tiba-tiba terdengar. Aku dan Nathan serentak menengok ke belakang. Gerry dan X terlihat seperti baru saja berlari berkilo-kilo meter. Wajahnya memerah dengan bertumpu pada lutut untuk menopang tubuh mereka. Dan kulihat mereka tidak membawa apapun.
"Kalian tidak menemukan kotak amunisinya?" tanyaku. X menatapku sinis.
Gerry menggeleng. "Kotak itu dijaga dengan ketat," katanya, setelah menetralisir napasnya.
"Kotak itu berisi berlian?" Untuk apa kotak peluru harus dijaga segala? Pikirku.
"Bodoh! Maksud Gerry--"
Suara geraman memotong ucapan X yang kurasa lagi-lagi akan mengataiku. Aku menatap ke arah belakang tubuh X dan Gerry.
Oh astaga, bagaimana makhluk-makhluk itu ada di sini? Mereka terlihat seperti banjir bandang. Begitu banyak hingga memenuhi jalan.
Aku menatap X dengan sangat tidak percaya. "Kau pikir zombie-zombie itu amunisi hingga kau bawa kemari?" tanyaku terdengar skeptis penuh akan sindiran. X mencibir ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuers
Science FictionHighest rank : #68 Science Fiction 30 Maret 2018 #53 Science Fiction 1 April 2018 #47 Science Fiction 2 April 2018 Aku rasa Tuhan sudah lelah. Mengurusi kehidupan kami, mungkin benar, Dia sudah lelah. Dan ini hukuman untuk kami. Mati dicabik-cabik...