23. Orang Baru

80 12 0
                                    

-terkadang kedatangan orang baru memang bisa menyembuhkan luka orang sepihak atau bahkan memperdalam luka sepihak juga.-

-AJUDAN PERMEN


1 tahun kemudian...

Seluruh siswa dan siswi sekolah Chaca, bersorak riang gembira menghiasi lapangan sekolah yang sudah dihiasi gelak tawa bahagia akan kelulusan mereka. Berbeda dengan Chaca, ia masih membayangkan tatkala kelulusan hari ini ia lewati bersama orang yang ia nanti.

"Cha lo ikutkan sama kita nanti pulang dari sini?," Tanya Taher, yang merupakan teman baru mereka yang sangat asik dan gokil, walaupun mereka baru kenal 1 tahun.

"Iya lah cha, lo harus ikut. Ga usah dulu lah galau-galau macem baru ditinggal," ujar Rara.

Chaca merenung sejenak memikirkan jawaban yang akan ia lontarkan. Berbagai kata muncul dibenaknya, agar dapat menjawab pertanyaan teman-temannya. Namun hanya anggukan kecil disertai senyum yang bisa ia lakukan.

Mereka semua berjalan dengan gelak tawa karena ulah, Taher seiring memasuki kafe Listen langganan mereka.

Seorang pelayan datang menghampiri mereka.

"Siang mba, mas mau pesan apa?"

"Kaya biasa aja ya, mba. Kecuali Dany, ga tau tuh mau pesan beda atau enggak, biasanya kan beda."

"Kayak biasa aja mba,"

Semenjak 1 tahun yang lalu Ajudan pergi ke negeri kanguru, teman-teman Ajudan dan Chaca menjadi sangat dekat. Mereka bermain bersama, lebih tepatnya bergabung. Kerja semakin hari semakin solid. Entahlah, mereka memang sangat lucu.

"Dany, bisa ga si muka lo tuh sehari aja ada ekspresi?," tanya Taher.

"Yaelah her, udah berapa lama si lo temenan sama Dany?," jawab Tata.

"Au ah gelap banget," ujar Taher.

Kemudian mereka mengobrol tentang hal yang tidak penting, sampai akhirnya pesanan mereka datang. Dengan wajah sumringah, Taher langsung mengambil punyanya dan melahapnya. Teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Taher lo tuh astaga," ujar Tata geleng-geleng.

"Suka-suka gue lah," jawab Taher.

Disela-sela waktu mereka makan, Rara menanyakan hal yang membuat mereka berpikir panjang.

"Kalian mau lanjut atau gimana nih sekolahnya?," tanya Rara.

"Gue sih kayanya lanjut," ujar Zedo.

"Gue juga," lanjut Riko.

"Oh gitu. Mau lanjut dimana kalian?," tanya Rara dengan wajah gelisah.

"Lo kenapa?," tanya Dany dengan nada mengintimidasi.

"Hah? Kenapa apanya?," tanya Rara sedikit bingung dan cemas.

"Udah lah Rara, lo tuh keliatan banget ada yang disembunyiin," ujar Chaca.

"Enggak kok."

Akhirnya Tata menatap Rara tanpa ampun. Kemudian persekian detik Rara menghembuskan nafas lelah.

"Gua bakalan lanjut di Jerman," ujar Rara.

Semua teman-temannya melotot mendengar pengakuan Rara. Mereka semua lemas, sudah kehilangan Ajudan, lalu kehilangan Rara lagi? Tidak.

"Lo serius Ra?," tanya Zedo.

Rara hanya mengangguk.

"Ya udah kalah emang ini yang terbaik buat lo ra, mau gimana lagi?," ujar Chaca tersenyum.

Akhirnya semua teman-temannya tersenyum juga. Mereka harus meraih mimpi mereka.

1 minggu kemudian...

"Rara jaga diri lo baik-baik disana ya," ujar Tata.

"Ra jangan lupakan kami ya," ujar Chaca dengan wajah sendu.

"Ra kalau balik bawa makanan ya," ujar Taher dan dihadiahi gelengan kepala oleh teman-temannya.

"Taher oneng," semprot Zedo.

"Ra, lo harus balik lagi kesini gue ga mau tau!," ujar Zedo sok imut.

Kemudian Dany maju, dan memberikan sebuah totebag yang berisikan sebuah kotak.

"Jaga diri baik-baik. Jangan lupa balik lagi kesini. Buka totebag itu pas lo mau balik ke Indo lagi," ujar Dany.

Semua teman-temannya menganga. Kalian tidak tahu speechless saat mendengar seorang Dany berbicara panjang-lebar? Sebuah keajaiban memang.

"Ya udah semuanya, pesawat gue tinggal beberapa menit lagi. Jaga diri kalian baik-baik, i'll miss you all," ujar Rara tersenyum kemudian melangkah menuju terminalnya.

Seminggu berlalu setelah kepergian Rara ke Jerman. Sekarang mereka semua sudah memulai hari pertama kuliah mereka.

"Chaca! Cepat nak, itu ditunggu nak Daffa!," ujar Sisil.

"Iya ma."

Chaca pun menuruni anak tangga satu-persatu dengan nafas terengah. Kemudian ia menyalami ibunya dan langsung bergegas menuju halaman rumahnya.

"Lama amat si," ujar Dafa.

"Ya namanya juga cewek! Kalau lo ga niat nganter gue ga usah!," ujar Chaca sedikit kesal.

"Yeu, siapa juga yang mau nganter lo, ini juga gue dipaksa sama bokap. Kalau enggak mah, males banget gue!"

Kemudian cowok bernama Dafa itu bergegas menuju mobilnya dan disusul Chaca dibelakangnya.

Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh dari rumah Chaca, akhirnya ia sampai di kampus barunya.

"Turun!," titah Dafa.

Chaca menatap Dafa sinis, kemudian ia keluar dari mobil Dafa dan melangkah masuk menuju universitas dengan perasaan dongkol. Hari pertama Chaca dihiasi dengan perasaan dongkol.

Kemudian Chaca memasuki kelas yang kemarin ia sudah tahu tempatnya, ia memilih bangku ketiga barisan kedua dari tembok. Ia menaruh tasnya di tempat yang telah disediakan di mejanya. Kemudian ia mengeluarkan buku note nya. Saat akan menulis, entah tidak sengaja atau sengaja pulpennya jatuh karena disenggol seseorang.

"Ups sorry," ujar cowok aneh itu.

Dengan wajah sinis Chaca mengambil pulpen nya dan menatap sinis cowok itu terus menerus, dan sialnya cowok itu duduk dibangku tepat disamping kiri Chaca.

"Lo kenapa sih ngelihat gue mulu? Naksir? Atau mau kenalan?," ujar cowok itu.

Chaca masih terus menatapnya sinis.

"Gue Gino Vernando."


HALLO SEMUANYA! Apa kabar nih? Udah lama ga update. Tolong dong jangan silent reader:( nih deh aku mah nanya,

1. Gino Chaca
2. Dafa Chaca

Thankyouuu!!💕

Bye,
Salam.

PERMEN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang