20. Dia?

108 13 2
                                    

Setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh Una, Ajudan hanya terdiam. Entah apa yang terjadi padanya. Sementara Caca hanya termenung, setelah insiden itu. Una benar-benar merasa bersalah. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Ajudan dan Carlinade atau biasa di panggil Arlin.

"Gue salah ngomong ya?" Tanya Una, tidak enak kepada dua insan yang sedang termenung dihadapannya.

Ajudan mengangkat pandangannya, kemudian ia mengambil ponselnya, entah apa yang dilakukan. Kemudian dia melirik Una sebagai kode.

Dengan sadar, Una mengambil ponselnya di dalam tas. Ia bingung, ada apa ini. Saat ia membuka home ponselnya, ada notifikasi LINE. Dengan cepat Una menekan aplikasi berwarna hijau itu.

Ajudan O j y

Gue ga bisa ceritain Arlin sekarang ya, Un. I'm sorry.

Una bingung. Akhirnya ia mengangkat pandangannya pada Ajudan, dan memberikan tatapan seolah mengerti.

Una memutuskan untuk mencairkan suasana dengan beberapa celotehannya, yang jelas-jelas tidak berfaedah.

"Ca, lo lagi deket sama siapa? Cogan Kaga?" Tanya Una antusias.

Caca yang awalnya termenung, menjadi bergidik ngeri mendengar pertanyaan temannya itu. Sungguh menyebalkan.

Dengan sebuah ide muncul di kepala Caca untuk mengerjai Una,
"Deket kok gue, cogan."

Dengan rasa antusiasnya yang menggebu-gebu, Una melebarkan matanya, dan memajukan kursinya agar lebih dekat dengan Caca. Seolah ia ingin tahu lebih dalam lagi siapa cowok itu.

Melihat reaksi Una, dengan jahil Caca langsung melontarkan nama, yang pasti akan membuat Una kesal.
"Nama cowonya Prayagi Jemsey"

Dalam hitungan detik, sebuah buku melayang di kepala Caca. Sudah Caca duga, pasti Una akan sangat sebal jika nama pacarnya disebut.

Dengan perasaan jengkel, karena dibohongi, Una melayangkan tatapan seribu jarumnya pada Caca.
"Kok lo bego sih?"

Ajudan hanya tersenyum melihat kedua temannya seperti dulu.

***

Chaca melangkahkan kakinya ke arah anak tangga menuju kamar tercintanya. Ia sangat rindu pada kasurnya, padahal mereka baru saja bertemu tadi pagi. Kasurnya memang memiliki daya tarik yang kuat daripada doi.

Chaca berusaha tersenyum walaupun, ia masih memikirkan perkataan Riko tadi. Apa boleh buat? Dia hanya manusia biasa. Jujur memang, awalnya dia menggunakan Riko sebagai pelarian. Namun perlahan-lahan, entahlah?

Saat ia sampai di depan pintu berwarna putih pucat, ia memegang knop pintu itu, kemudian pintu itu terbuka. Tercium aroma bunga Lily saat didepan kamar Chaca, apalagi didalam nya. Ciri khas kamar Chaca berbau bunga Lily. Sungguh Chaca sangat suka bunga lily.

Ia melangkah menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia berjalan menuju meja belajar untuk menulis sesuatu. Beberapa saat kemudian, ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.

'Kling'

Kak Riko

Lo pikir ya, kedepannya kita mau gimana:)

Chaca termenung memandangi layar ponsel, yang terdapat pesan dari Riko.
Kemudian ia menaruh ponselnya, dan langsung bergegas menuju kasurnya, tanpa memikirkan pesan dari Riko.

***

Seperti biasanya. Tidak ada yang spesial. Chaca melakukan aktifitasnya seperti biasa.

Setelah bel pelajaran pertama dimulai, semua siswa mempersiapkan diri untuk belajar. Menerima pelajaran yang sungguh membosankan.

"Cha, kok gue bosen ya?" Ujar Tata, tiba-tiba pada Chaca.

Chaca hanya mengangkat bahu acuh. Tata mendengus kesal. Apa-apaan, Chaca selalu saja begitu.

Setelah melewati waktu-waktu membosankan, akhirnya bel istirahat berbunyi. Sungguh ini adalah surga dunia anak-anak sekolahan. Chaca dan Tata berjalan melewati koridor menuju kantin. Chaca berjalan dengan penuh senyum. Padahal, Hm.

Setelah sampai di kantin Chaca dan Tata menuju meja yang sudah dipenuhi oleh teman-temannya.

"Najisin banget tau ga sih nih anak" ujar Rara dengan ekspresi jijik.

"Yaelah gue juga najisin" jawab Caris

Chaca menatap mereka bingung.
"Kalian pada kenapa sih?" Ujar Chaca seraya duduk di sebelah Caris.

"Biasa ngomongin kids jaman now" ujar Caris sambil menunjukkan lahar ponsel Rara.
"Upload foto nyayat tangan pake pisau, besoknya update lagi" lanjut Caris.
"Generasi micin"ujar Rara.

Tiba-tiba saat mereka sedang berbincang, ada cowok yang menghampiri mereka dan menepuk pundak Chaca,
"Gue tunggu jam 6. Cafe Listen"


****

****

****

HAI JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK🍀MAKASIH YG UDAH STAY SAMA CERITA INI ❤️❤️❤️🎉🎉🎉

THANKS 920++ view. Jangan lupa share yaaa:))))

PERMEN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang