Buah dari hasil kerja keras itu manis.
***
Rasanya kalimat yang ingin Audi ucapkan tertahan di tenggorokannya. Matanya beralih menatap Dewa Dosen dan Rezvan. Dewa Dosen menatapnya penuh harap, menanti jawaban apa yang keluar dari mulut mahasiswi yang sedang jadi bahan perbincangan satu fakultas itu. Sedangkan Rezvan masih tampak tenang dan sama sekali tidak terlihat terganggu dengan pertanyaan Dewa Dosen tersebut.
"Saya... Saya..."
"Tentu saja saya selalu berusaha untuk membimbing mahasiswi saya yang kesulitan dalam mengerjakan tugas akhirnya. Dan saya rasa, hasil sidang Saudari Audiar ini cukup memuaskan. Bukankah sudah jelas?" sambar Rezvan.
"Saya setuju dengan Pak Rezvan. Saya rasa sidang kali ini termasuk memuaskan. Kamu sudah bekerja keras, Audi," tambah Bu Indira sambil tersenyum.
Audi tersenyum canggung. Terutama ketika tiba saatnya pengumuman hasil sidang. Audi diminta keluar ruangan selama 5 menit sementara para dosen sedang memutuskan apakah Audi layak lulus atau tidak.
Audi berdiri dengan gugup di luar ruang sidang. Ada perasaan lega telah menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa, tapi secara bersamaan dia sangat takut jika hasilnya tidak memuaskan. Walaupun ia sudah mati-matian belajar memahami tapi tetap saja masih ada yang kelewatan.
Waktu sudah berputar selama lima menit. Sambil berdoa dan menarik napas panjang, Audi berjalan masuk ke dalam ruang sidang kembali.
Ketika dia masuk, Rezvan tersenyum kecil. Tanpa sadar, hati Audi menjadi agak sedikit tenang. Ia kembali berdiri di depan keempat dosen. Dewa Dosen sudah menatapnya dengan tatapan datar. Audi gugup tapi ia mencoba mengontrol raut wajahnya agar selalu tersenyum.
"Kalau kamu gak bisa, senyum aja. Kalau kamu gugup atau panik, senyum aja. Insya Allah sidangnya lancar," kata seseorang yang sangat Audi sayangi. "Karena senyum kamu bisa membuat orang lain merasa lebih baik."
Tanpa sadar, Audi benar-benar tersenyum kala mengingatnya.
"Berdasarkan hasil diskusi kami mengenai hasil sidang Anda, kami memutuskan bahwa Saudari Audiar Shakeela Anaya..."
"Athaya, Bu," koreksi Audi.
"Athaya," ulang Bu Indira. "dinyatakan lulus dengan revisi. Revisi bisa dikonsultasikan kepada dosen pembimbing pertama selambat-lambatnya dua minggu dari hari ini."
Sudah tidak terbendung betapa bahagianya Audi. Ia ingin tertawa sekaligus menangis dalam waktu bersamaan. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Selamat, Audiar," kata Dewa Dosen. "Jangan lupa terus belajar dan implementasikan ilmu kamu dengan baik. Jaga nama jurusan dan almamater kita."
Audi mengangguk. "Iya, Pak. Terima kasih."
"Buktikan bahwa titel Sarjana Teknik yang kamu sandang memang pantas untuk kamu," tambah Pak Broto.
"Baik, Pak."
Setelah itu, keempat dosen tersebut beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang sidang. Rezvan agak memperlambat jalannya agar bisa lebih lama dengan Audi.
"Selamat, ya. I'm proud of you, Sayang," bisik Rezvan bangga ketika hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut.
"Makasih, Pak," bisik Audi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Eit!"
"Eh, Mas," ulang Audi sambil tertawa kecil.
"Saya tunggu revisian kamu, ya?" ucap Rezvan seraya mengelus rambut Audi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Pembimbing
ChickLit[UPDATE SETIAP RABU & SABTU] Bagaimana rasanya punya dosen pembimbing skripsi yang ganteng, pinter, masih muda, tapi jutek dan galak? Kalau Audi, dia akan memilih menyerah saja, meminta ganti dosen pembimbing, atau bakal pindah jurusan. Sayangnya, d...