6. Jatuh Cinta memang lucu

3.7K 192 3
                                    

Di part kali ini, aku bakal cerita seperti apa sih perubahan Randu menurutku.

Sebenarnya sebelum Randu berangkat ke Solo, aku pernah jujur kepadanya , Kalo aku punya perasaan yang sama tapi dia bilang gak enak kalo kita nyari jalan keluar masalah hati di sosmed. Randu tipe orang yang gentle. Jadi menunggu kita sampai berjumpa, baru membahas soal hati. Setidaknya aku lega. Dia mengatakan itu.

Waktu itu jauh sebelum hari wisudanya tiba, kita pernah beberapa kali bertukar kabar setiap hari Rabu,Sabtu dan Minggu. Tapi tidak setiap hari itu juga bertukar kabar. Kecuali ketika ada bahan candaan receh diantara kita. Baru kita bercakap. Aku dan Randu seolah seperti orang asing. Bagaimana tidak, kita gampang kehabisan topik dan chatpun harus berhenti gitu aja. Nunggu dia pendidikan, terus pesiar itu lama masak chatnya sebentar, argumentasi itu yang slalu ada dibenakku. Tapi banyak Quotes bilang kalo kita chat sama doi. Pasti sering kehabisan kata-kata. Truestory, masuk akal juga. Ahhh entahlah.

     Sebenarnya ada satu topik yang tak pernah berani ku bagi dengannya. Mungkin karena gengsiku yang terlalu tinggi. Namanya juga perempuan hahaha. Aku rindu sekali padanya,yang bisa ku lakukan setiap saat, hanya melihat contact whatsappnya dan kapan terakhir kali dilihat. Itu sudah cukup membuatku tenang. Memastikan bahwa dia sedang berlibur. Walaupun tak ada satu dua kata yang kita tukarkan.

Dulu dia pernah berkata kepadaku. "Walaupun kamu sering patahin hati aku disetiap bertukar kabar. Aku selalu menyimpannya baik-baik. Endchat? Berat sekali rasanya."
Ohh iya, Aku lupa bercerita, Randu sudah menungguku selama 3 tahun. Ia baru berani mengungkapkan pada saat kelulusan.

Kembali lagi ke Perkataan Randu yang diatas terjadi setelah ku tau bahwa dia menyukaiku. Sebelum aku memiliki perasaan kepadanya, aku suka sekali mengendchat pesan dari Randu. Mungkin sekarang aku mendapatkan karmanya. Jadi begini, pernah beberapa kali ada 1 2 pesan dariku yang masih saja centang dua tapi tak berwarna biru. Kala itu aku bertukar pesan melalui Whatsapp. Aku berpikir dia sibuk, tapi ternyata dia selalu online. Sakit sih tapi yasudahlah. Yang membuatku heran, pesanku pada saat itu sampai detik ini pun masih belum menandakan dibaca. Tapi pada malam harinya, dia kembali mengabariku. Namun pesan yang sebelumnya masih saja centang dua tak berwarna biru. Hatiku tiba-tiba sakit. Kembali berargumen, kenapa ia tega mengendchat pesanku, apa pesan dariku sudah tak seberharga dulu? setidaknya di baca saja sudah cukup walaupun tak ingin dibalas. Kalian pernah nggak ngerasain ini?
Kurang lebih 2 kali dia melakukan hal itu kepadaku. Padahal selama ini aku sudah berkorban menunggunya, mengabaikan semua yang mendekat kepadaku, semua itu demi Randu. Apakah Randu masih saja tak melihatku yang berubah ini?

Kita tak pernah melakukan panggilan suara maupun videocall. Tak seperti teman kelas yang lainnya. Yang setiap saat meluangkan waktu untuk menelfonku menceritakan kegiatan yang sekarang. Aku tak berharap itu darinya. Disapa dengan kata "Hai" bagiku sudah cukup.

Randu seseorang yang hebat bagiku. Kenapa begitu?
Waktu aku ulangtahun. Banyak yang mendoakanku langgeng dengannya. Padahal aku belum sempat menerimanya. Aku amini saja dan berharap itu bisa menjadi nyata. Akupun menceritakan hal itu kepadanya. Responnya baik, tapi ada satu kalimat yang membuatku patah. Mungkin aku yang berlebihan.

"Dulu kan kita emang sempet deket."

Dulu katamu, terus yang sekarang bagaimana? Apa rasa ku kepadanya terlalu terlambat?

Tapi seketika itu pula hatiku gusar karena perkataan darinya lagi.

"Doain aku ya."
"Pasti. Aku doain kok." Balasku tanpa pikir panjang. Mungkin kali ini aku benar-benar sangat bodoh. Hanya dengan kata itu, moodku membaik.

Apakah jatuh cinta selucu ini?

Maaf kalo ceritanya bikin bingung. Terimakasih sudah baca  😊

Randu DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang