17. Prank?

2.5K 157 3
                                    

Dalam perjalanan pulang ke asrama. Aku masih saja berpikir, apakah kata dokter benar atau ini prank yang Randu lakukan seperti saat melamarku dulu.

Ahh, aku bingung. Mungkin aku hanya butuh beristirahat untuk merefresh otakku.

Mentari mulai bersinar menyongsong hari. Pagi ini pikiranku cukup fresh dan tak mengingat perihal Randu sekalipun.

Disaat hendak berangkat kerja, telfonku tiba-tiba berbunyi. Panggilan dari Ibu Randu.

"Halo, pagi tante."
"Pagi nak, kamu sudah berangkat kerja?"
"Belum tante, sebentar lagi. Memangnya ada apa tante tumben menelfon pagi-pagi."
"Tante hanya mau memastikan semalam kamu pulang dengan selamat. Nanti pulang kerja, kamu kesini kan? "
"Iya tante. Pasti kesana."

Tanpa sepatah kata, Ibu Randu langsung memutus telfon sepihak.

Ada apa lagi ini? Jangan bilang, Randu akan jujur padaku. Kalo kelumpuhannya hanya bercanda. Shatt, gak lucu kali kalo hal ituu benar-benar bercanda.

Lebih baik sekarang, aku berangkat kerja dulu. Nanti saja berpikir perihal Randu.

   _________

Awan pekat menyelimuti keindahan senja. Tampaknya akan segera turun hujan.

Tak lama kemudian hujan turun cukup deras. Dan aku merasa bimbang untuk pergi ke Rumah sakit. Tapi aku sudah berjanji untuk berkunjung kesana. Mau tidak mau aku harus menerobos hujan demi bertemu Randu.

Sebelum sampai di Rumah sakit. Mobilku seketika mogok. Aku langsung panik, mana diluar lagi hujan pake acara mogok segala. Untung saja, aku yang notabene anak teknik. Jadi sedikit mengerti tentang mesin.

Setelah aku cek, ternyata tak ada mesin atau apalah itu yang rusak.
Benar-benar aneh.

Saat kembali masuk ke dalam mobil, panggilan tak terjawab dari Ibuku dan Ibu Randu sebanyak 31kali. Kompak sekali, beliau sama-sama menelfonku.

Akhirnya ku telfon balik dulu Ibuku.

"Ada apa Ibu menelfonku berulangkali?"
"Kamu dari mana aja sih. Kenapa gak angkat telfon ibu?" Dengan nada sedikit tinggi.
"Maaf bu, barusan mobilku mogok dan lagi hujan deras. Jadi tadi handphonenya ku tinggal dalam mobil."
"Yasudah sekarang mobilnya udah bisa kan? Cepet sekarang ke Rumah Sakit. Randu baru saja meninggal."

Apa? Pasti ibuku bercanda. Seketika dunia terasa hening dan gelap. Aku tak percaya apa kata ibu. Tanpa memutus telfon dari ibu yang terus saja berbicara. Aku melajukan mobil secepat mungkin menuju rumah sakit.

Setiba dirumah sakit. Aku langsung berlari menuju kamar Randu.

Ternyata yang kudapati, wajah tampan moodboosterku telah ditutupi oleh kain putih. Tangisku meledak seketika dan tak kuasa menahan semua kekecewaan.

"Mengapa pertemuan pertama kita seperti ini? Masih banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu. Randu tolong sadar...Randu."

Tak henti-hentinya ku merontah dibadan Randu. Aku masih berusaha mencoba membangunkannya.

Ibu Randu mencoba menenangkanku untuk ikhlas dengan semua ini. Mungkin tuhan lebih sayang Randu. Tapi aku masih tidak bisa menerima ini. Aku tak bisa hidup tanpa Randu. Tak akan ada lagi orang yang setegar dan sesabar ini menghadapiku.

RANDU, BANGUN!!!

Randu DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang