20. Hari Ini

2.8K 150 4
                                    

Minggu sore yang cerah, keluargaku dan Randu berkumpul untuk membicarakan hari pernikahan kita.

Semua tampak antusias. Kecuali nenek Randu, beliau terlihat sangat sedih. Apakah beliau tak senang kepadaku? Randu pun menghampirinya.

"Ada apa nek? Mengapa cemberut."
"Nenek hanya khawatir. Tak bisa melihat kalian bahagia."
"Sudah, gak boleh ngomong begitu. Nenek pasti bisa." Kata Randu mencoba menenangkannya.

Diskusi tentang tanggal pernikahan masih berlangsung. Sampai akhirnya menemukan titik terang. Tepat diulang tahunku yang ke 25, pernikahan akan berlangsung.
Dan sederet panitia pun telah ditentukan. Masih ada waktu sekitar 6 bulan untuk bersiap.

_______________

Beberapa bulan kemudian, Menjelang hari pernikahan.

"Sayang, kalo nanti sesudah nikah. Kamu jangan galak-galak." Kata Randu mencoba menggodaku.

"Ihhh, apaan sih. Bisa nggak bicara yang lain aja." Sahutku dengan sedikit jengkel.

"Cielah. Calon pengantin masih suka ngambek aja."

"Udah deh, jangan aneh-aneh. Nanti aku berubah pikiran nih gak mau nikah." Giliranku menggodanya.

Hahah, Randu memang sedikit aneh. Semenjak tanggal pernikahan sudah didepan mata. Dia sering kali menggodaku dengan kata-kata seperti itu. Aku tak tau apa yang ada dipikirannya. Mungkin efek terlalu bahagia.


Esok, adalah hari yang ditunggu-tunggu. Ingin rasanya membatalkan ini karena aku takut. Hahah, gila sih tapi gak mungkin aku nekat.

Gladi bersih pun dilaksanakan dengan baik. Impian kecilku perlahan mulai nyata. Dimana pedang pora akan menjadi saksinya.

Dipagi yang secerah ini, akupun mulai bersiap dan dilukislah wajahku ini dengan berbagai make up.
Perutku pun sudah dipenuhi oleh kupu-kupu terbang. Rasanya bukan main. Sampai aku bingung harus bagaimana.

Seketika kebingunganku hilang. Setelah mendengar suara telfon.

"Halo Randu, apaan sih jangan resek."
"Nenek meninggal."
Ya tuhan, ada apa ini? Mengapa terlalu banyak cobaan bagiku dan Randu. Tapi ya sudahlah namanya takdir mau diapakan.

Segera mungkin kita pergi kerumah Randu. Make up masih menghiasi wajahku. Aku tak peduli, yang penting bergegas terlebih dahulu.

Randu DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang