15. Tempered

159K 6.6K 306
                                    

Reza sudah melepaskan dirinya. Namun wajahnya menyatakan dia masih belum rela. Matanya masih memandang bibir dan mata Indhira bergantian. Sesekali dia melayangkan ciuman ke bibir gadis itu.

Indhira masih terduduk manis di meja kerjanya. Sudah berantakan dan penuh peluh walau Reza belum mengijinkannya berpindah tempat.

Reza menggeram gemas pada dirinya sendiri.

"Kenapa sih harus hari ini makan malam sialannya?" Katanya kesal lebih bermonolog. "Aku mau kamu malam ini, babe." Pintanya.

Indhira tersenyum melihat lelaki itu begitu depresi.

"Kan setiap malam udah. Mas Reza nanti bosan sama aku."

"Aku nggak bosan." Katanya pasti, "Aku melakukannya sama kamu pagi siang malam nggak pernah merasa bosan. Kamu itu bikin aku kecanduan, Indhira."

Indhira sedikit kehilangan senyumnya walau dia masih berusaha menyunggingkan bibirnya.

"Suatu saat Mas Reza pasti bosan." Indhira terdengar seperti mendoktrin dirinya sendiri walau Reza tidak terlalu menanggapinya.

Lelaki itu sedang merencanakan sesuatu dalam pikirannya.

"Kayaknya nanti aku mau pura-pura sakit aja. Aku mau bilang tiba-tiba aku nggak bisa pulang makan." Katanya mengungkapkan ide pikirannya.

Indhira terlihat panik, "Jangan dong, Mas. Cuma makan malam sebentar kok."

"Nggak sebentar," keluhnya, "Nanti pasti Mamaku tahan-tahan. Sial-sial aku disuruh nginap bareng sama Aline lagi."

Indhira memutar pandangannya mencari ide, "Kalo Mas Reza bilang Mas sakit nanti Mama malah samperin ke rumah kan lebih bahaya."

Reza menghela napas panjang. Kata-kata perempuan itu ada benarnya.

"Kan Mas Reza jarang-jarang juga makan malam sama Papa Mama."

Reza menghela napas panjang sekali lagi.

"Iya, aku pergi." Kata Reza menyerah.

Indhira tersenyum lega.

"Kamu," kata Reza menatapnya curiga, "seneng banget aku nggak ada. Awas kalo kamu berani macam-macam di belakangku, Dhi."

Indhira menggeleng cepat. "Aku cuma nggak mau Mas Reza jauh dari keluarga kok."

"Bener?" Tanyanya tajam.

Indhira mengangguk.

Reza menciumnya lagi sekali dan Indhira membalasnya.

"Kamu pulang sendiri ya, Dhi. Aku langsung jemput Aline terus sama-sama ke rumahku."

"Iya." Kata Indhira meyakinkan.

***

"Kamu serius?" Tanya Adisty melihat sebuah amplop yang diserahkan gadis itu kepadanya.

Surat pengunduran dirinya bekerja di sana.

Indhira mengangguk mantap, "Aku mau minta tolong titip kasih ke Pak Reza senin pagi, Mbak."

"Kamu mau pindah kemana emangnya?"

"Aku udah interview Mbak, udah tahap terakhir sih, kalau lancar aku udah bisa kerja di sana mulai minggu depan." Jelas Indhira.

"Kemana?" Tanya ulang Adisty.

Indhira tersenyum, "nanti kalo udah pasti aku kabarin ya Mbak."

"Kamu beneran mau besarin anak itu sendirian?" Tanya Adisty lagi.

AFFAIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang