"Aku nggak jadi berhubungan sama Aline." Kata Reza menginformasikan.
"Maksud Mas?" Tanya Indhira tidak paham. Lelaki itu tiba-tiba berbicara tanpa kata pengantar apapun sebelumnya.
"Aku nggak jadi tidur sama dia minggu ini." Jelasnya lagi, "Kamu kan hamil. Lebih baik kita tunggu tahu jenis kelamin bayi kamu aja dulu. Aku nggak perlu repot-repot tidur sama dia kalau bayi kamu laki-laki."
Indhira menatap lelaki itu ragu. Dia tidak yakin segalanya semudah itu.
"Mama sama Papa Mas nggak keberatan bayi itu dari aku? Mas Reza mau ngomong apa sama mereka nanti?"
"Aku yang keberatan!" Katanya kesal mengingat kejadian kemarin malam, "kalau kamu nggak maksa mau hamil dan pakai acara mau kabur dari aku, aku nggak akan pusing-pusing mikirin ini."
"Maksud aku, aku kan bukan istri Mas Reza. Apa kata mereka kalau tahu Mas punya anak bukan dari Mbak Aline?"
Indhira tahu lelaki itu memang punya cara berpikir yang berbeda dari orang normal. Namun harusnya orangtuanya cukup normal untuk marah saat tahu putranya menghamili wanita lain yang bukan istrinya.
"Mereka nggak akan keberatan selama mereka bisa punya keturunan laki-laki. Lain cerita nanti kalau bayi kamu perempuan, Dhi. Makanya kita kasih tahu mereka nanti aja setelah kita tahu jenis kelaminnya."
"Mbak Aline gimana?" Tanya Indhira lagi. "Mas udah ngomong sama dia?"
"Belum, nanti aja aku ngomong sama dia. Ribet ngomong sama Aline. Suka histeris nggak jelas dia. Aku nggak suka." Gerutunya dengan datar.
Ditariknya tubuh gadis itu semakin dekat dalam rangkulannya. Reza mencium leher Indhira kuat dan lama sampai meninggalkan bekas di sana. Dia melakukan beberapa kali di berbagai tempat sekujur tubuh gadis itu sampai puas. Sesekali dia menggigitnya karena terlalu gemas dan tidak sabar. Tangannya bergerak menjelajahi tubuh gadis itu hingga tiba di bagian pangkal pahanya.
Indhira tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu selanjutnya.
"Pelan-pelan, Mas," kata Indhira mengingatkan.
Reza memundurkan wajahnya dan membuat pandangan mereka bertemu sambil menaikkan alisnya.
"Kamu udah berani melawan aku, karena bayi itu?" Tuduhnya tidak suka, "kemarin kamu mau ninggalin aku dan sekarang kamu mulai mau ngebantah aku."
"Ini kan bayi Mas. Aku cuma khawatir dia masih belum kuat." Kata Indhira.
Reza menatapnya tajam.
"Aku nggak peduli, Indhira. Aku menomorsatukan kamu dibandingkan apapun. Dan kamu harus menomorsatukan aku dari siapapun."
"Iya, Mas Reza. Buat aku Mas tetap nomor satu, kok. Aku kan nggak nolak. Cuma minta Mas sedikit lebih pelan."
"Aku nggak mau pelan, aku mau kasarin kamu! Itu hak aku." Bantahnya tidak suka.
Indhira menghela napas panjang, "Iya terserah Mas aja." Katanya mengalah.
Reza melanjutkan menggigit lehernya dengan kasar dan meninggalkan banyak bekas di sana sambil melanjutkan aksinya.
Memang apa yang bisa dia lakukan. Lelaki itu mengijinkannya hamil saja sudah merupakan kemajuan yang cukup bagus. Apalagi Reza juga sudah mengubah keputusannya untuk mempertahankan bayi itu untuk menjadi penerus keluarganya kalau Indhira melahirkan bayi laki-laki.
Indhira menyernyit kesakitan saat jari lelaki itu memasukinya dengan kuat. Reza tidak bercanda waktu dia mengatakan akan memperlakukannya dengan kasar.
Indhira mengangkat tubuhnya mengikuti keinginan lelaki itu, melawannya hanya akan membuat Reza semakin marah dan kasar. Kini dia berada di atas pangkuan lelaki itu, menopang tubuhnya dengan kedua lututnya yang terbuka di kanan dan kiri tubuh Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRS
RomanceSEBAGIAN PART AKAN DIUNPUBLISH PER 3 JUNI 2020 KARENA KEPERLUAN PENERBITAN =========================================== Indhira terjebak dengan perasaan dan kebutuhannya atas lelaki bernama Reza. Dia tahu dia berada di tempat yang salah, walau tida...