8 | Your Past

5.7K 766 120
                                    


8 | Your Past

Ada masa di mana seseorang dihadapkan oleh pilihan yang sulit.

Tinggal atau menetap.

Sofia

Selama tiga belas tahun aku menghabiskan keseharianku berada di SAU selain kegiatan sekolah. Mengisi acara di beberapa kota dan negara, bahkan menjadi wakil ke Jakarta untuk acara kenegaraan.

Bisa dikatakan seni mengalir deras di tubuhku, nyaris tidak dipisahkan. Aku pandai bermain alat musik, menari bahkan menyanyi. Aku juga pandai berbicara di depan banyak orang, tidak mudah gugup atau bingung harus mencari sebuah topik obrolan.

Tapi hidup tidak selalu indah dan seperti apa yang kita impikan. Aku bertahan di SAU karena kecintaanku pada Angklung. Tidak dipungkiri, aku merasa sangat hidup ketika bermain alat musik dari bambu tersebut.

Sebenarnya, sudah sejak berbulan-bulan yang lalu aku berpikir untuk keluar dari SAU. Bahkan sebelum bertemu dengan Hyo Chang. Aku butuh pekerjaan lain. Dan hidup yang semakin keras ini, membuatku harus memilih; kecintaanku atau pekerjaan yang lebih mapan.

Usulan Hyo Chang sepertinya membuatku semakin yakin akan keputusanku untuk keluar dari SAU. Tapi, bukan berarti aku tidak mencintai lagi musik Angklung. Aku masih akan sangat mencintai Angklung, bahkan aku yakin akan sangat merindukan hari-hari di mana aku perform dengan anggota lainnya.

Rasanya... aku ingin menangis.

"Aku memintamu pergi bukan hanya karena takut kau akan tertarik dengan pria korea lainnya," ujar Hyo Chang, di malam kami melakukan video call dan raut wajahnya terlihat khawatir karena melihat mataku yang sembab.

"Lalu apa?" tanyaku, terisak. Ini bukan salah Hyo Chang sungguh. Hanya saja aku terlalu larut dalam kebingunganku.

"Kau kan yang bilang ingin mendapatkan penghasilan yang tetap."

Aku menghela napas. Iya itulah alasanku.

"Tapi kau membuatku semakin yakin untuk pergi tahu!" keluhku tak mau kalah. Jika sudah begini, akulah yang akan merajuk.

"Tenangkan dirimu... tidak perlu cemas. Aku hanya mengusulkannya, semua keputusan ada di dirimu."

"Begitukah?"

Hyo Chang mengangguk. Lalu ia menggunakan stiker lucu sehingga mau tak mau aku menjadi tertawa melihatnya.

Dia selalu tahu bagaimana membuatku tenang.

"Oh ya, aku sudah bercerita tentang masa laluku. Kau... tidak ingin bercerita juga?" pancingku. Beberapa hari ini aku berusaha menguak masa lalunya, tapi selalu saja gagal.

Hyo Chang seperti berusaha menghindar, ada saja topik lain yang tiba-tiba ia bicarakan.

"Aku tiba-tiba lapar."

Tuh kan. Aku bertanya apa, dia menjawab apa.

"Aku juga. Lapar dengan pengakuanmu," tukasku langsung.

"Jangan sekarang."

"Lalu kapan lagi?" aku masih tidak mau kalah.

"Aku takut kau menangis."

"Waeyo?" aku tiba-tiba merasa bingung.

"Dan aku takut kau marah," tambahnya lagi.

from Angklung to KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang