Bagian 2

77 11 0
                                    

"Selamat pagi anak anak". Ucap seorang ibu guru yang masuk diikuti oleh seorang murid laki laki yang langsung berjalan ke tempat duduknya di belakang pojok sambil melambaikan tangan dengan senyum terpapar di wajahnya pada Dira.

Sontak semua siswa berdiri dan membalas salam dari guru dengan senyuman terukir diwajah para murid mengingat guru tersebut bukan merupakan orang asing bagi mereka.

"Anak anak selamat bertemu kembali. Ibu sangat senang dan bersyukur karena kita dapat berkumpul lagi dalam keaadan sehat. Dan ibu ingin mengumumkan bahwa saya adalah guru wali kelas baru untuk kelas ini". Ucap ibu Vivi yang dulunya adalah guru agama kelas mereka.
Seketika itu juga semua murid bertepuk tangan dengan wajah bahagia karena ibu Vivi terkenal dengan sikapnya yang pengertian dan baik hati.

"Kenapa nggak Pak Asen.....padahal gue pengen dia yang jadi guru wali kelas kita !!". Ucap Deisya dengan wajah sedih yang dibuat buat. Mendengar perkataan Deisya, Sena langsung menjitak kepala Deisya dan kedua teman lainnya melotot kepadanya.

"Dei, bersyukur aja kali kita dapat guru wali kelas yang baik daripada Bu Lusi, bisa aja kita semua jadi patung hidup!!". Ucap Lira dengan wajah kesal menghadap Deisya. Deisya hanya mengangguk yang tengah meringis kesakitan.

"Dengar tuh!!!!". Ucap Dira sambil bertepuk tangan melihat perlakuan ketiga sahabatnyayang dianggapnya lucu itu.
Sontak saja semua murid melihat kearah mereka begitu juga dengan ibu Vivi yang memandang mereka heran.

"Ada apa Dira?.Apa ada masalah???". Tanya ibu Vivi

"Nggak papa kok bu...hanya saja saya sangat senang dan terharu bu karena doa saya dikabulin..". Ucap Dira dengan tampang tak bersalah.

"Huuuuu...lebayyy". Semua murid langsung meneriaki Dira mendengar perkataannya yang sangat lebay itu.

"Ih...apa coba yang lebay???. Emangnya kalian pada nggak senang gitu? Menurut gue nggak lebay kok,,iakan?. Tanya Dira kepada ketiga temannya dengan senyum berbinar.

Ketiga temannya hanya mengangkat bahu acuh kemudian kembali menatap kedepan tanpa memperdulikan Dira yang sedang melotot kepada mereka.

"Hahahahah...kacian dicuekinn..".semua murid tertawa melihat reaksi ketiga teman Dira dan kembali meneriaki dan mengejek Dira. Sedangkan Dira menunduk malu tampak jelas bahwa wajahnya memerah selain karena malu juga karena menahan emosi kepada ketiga temannya itu.

"Sudah-sudah..Anak-anak ibu ingin kalian merubah tempat duduk kalian. Kalian harus berbaur!!mengingat dulu kalian sangat ribut,,setidaknya jika kalian duduk berbaur dapat saling menegur satu sama lain. Ibu akan memilih teman semeja kalian". Ucap ibu Vivi panjang lebar.

Raut wajah murid-murid berubah menjadi lesu ,begitu juga dengan Lira, Sena, Deisya dan Dira yang sejak dulu selalu duduk bersama itu.

Ibu Vivi kemudian membacakan nama nama murid yang duduk bersama dan sekitar sepeluh menit Ibu Vivi sudah mengarur kelas tersebut. Murid murid kemudian berpindah sesuai dengan arahan ibu wali kelas tadi.

Dira duduk dengan seorang laki laki yang sepertinya begitu tidak menyukainya buktinya saja saat Dira menyapanya dia malah menatap Dira sinis meskipun mereka teman sekelas dari kelas X. Setahu Dira namanya adalah Arnal. Melihat perlakuan Arnal tadi, Dira tidak berani menganggunya sehingga keadaan mereka sekarang terasa sangat canggung.

Sena semeja dengan Albert yang terkenal tekun sama sepertinya,tetapi juga sangat baik dan ramah. Deisya semeja dengan Jeremy , laki laki yang sangat lucu dan sering mengggombal.

Lira adalah nama terakhir yang dibaca oleh Ibu Vivi. Perlahan kakinya melangkah mengahampiri teman semejanya dengan senyum ramah terukir diwajahnya begitupun dengan laki-laki tersebut membalasnya dengan senyum yang sangat manis.

"Hay,," sapa pria tersebut sambil melambaikan tangan kananya kepada Lira.

"Hay juga".Balas Lira dan duduk di kursinya.

"Akhirnya gue bisa  deket sama lo setidaknya satu meja.". Batin laki laki tersebut dengan senyum yang belum memudar di wajahnya.
                           ***

Maaf lagi lagi gak jelas.....
Happy reading...^-^

2DSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang