Bagian 18

41 3 0
                                    

Sena masih ingat kejadian semalam, di mana Raka memohon padanya, seperti seorang hamba memohon pengampunan dari rajanya. Ya itu semua dia lakukan agar Sena tidak membocorkan perasaan Raka pada salah satu sahabatnya, yah siapa lagi kalau bukan Dira.. Sena tahu kalau Raka selama ini memendam perasaan pada Dira sahabatnya, ya dia juga kebingungan bagaimana bisa sahabatnya Dira yang super berisik itu bisa meluluhkan hati Raka. Dan Sena pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Bilang saja Sena licik.

"Naa please Lo jangan sampe bocorin kalau gue suka sama Dira ya?"- ucap Raka memelas

"Ha??" Sena bingung. Setahunya Raka adalah orang yang sangat cool. Yah walaupun jika bersama Sena ia bobrok tapi setahu Sena Raka paling anti memohon pada seseorang

"Naaa please"

"Hedeh yaudah. Gue juga bukan mulut ember kali."

"Hehehe iya gue tahu sahabat gue emang baik"

"Hmm tapi Lo harus beliin gue sesuatu"

"Hedeh. Apaan? Tumben Lo licik kek gini"

"Bacot. Mau nggak?"

"Iya iyaa kasar banget tu mulut. Lo mau beli apa?"

"Wesss banyak dong. Beliin gue coklat, es krim, martabak manis, gado-gado trus em camilan boleh deh keknya. Mie terbaru juga. Gue ada nonton iklan di tv ada tuh mie terbaru katanya pedes gila gitu. Trus em..."

"Buset Lo mau buat gue bangkrut? Wah parah Lo mbing, mencari kesempatan didalam kesempitan Lo"

"Lah bocah. Lo sih nggak tahu. Nggak ada yang gratis di dunia ini"

"Bacot. Pengen banget gue tabok pala lo, Trus gue tebas leher Lo Trus gue buang di jembatan."

"Coba aja."

Mendengar itu Raka mendengus kasar. Dia tidak habis pikir Sena bisa memanfaatkan situasi ini. Tapi mau bagaimana lagi, yah demi menjaga rahasia ia rela melakukannya. Dengan mengingat kejadian tersebut, setidaknya Sena dapat sedikit tersenyum dalam keadaan seperti ini. Pagi ini Sena seperti biasa mampir ke perpustakaan kesukaanya, ya tentu saja untuk sejenak  melihat buku-buku. Saat dia sampai didepan pintu perpustakaan, ternyata ada seorang laki laki sedari tadi berdiri di depan pintu menunggu kedatangan Sena.

" Hai" -Dev

"Hai, ngapain pagi-pagi dah kesini?"

"Gue nungguin Lo."

"Lah tumben. Ada perlu apa ama gue" ucap Sena sambil
mengangguk, dia cukup puas dengan jawaban Dev, ya gak mungkin kan Dev datang pagi-pagi ke perpustakaan untuk baca buku apalagi dilihat dari penampilannya  yang seperti bad boy. Sena mengeleng gelengkan kepalanya sambil bergumam.

"Lagian dari penampilan nya aja ni bocah keknya nggak mungkin ke perpus buat baca."

"Lo ngomong apa Sen?"

"Ah, nggak"

Hening, tidak ada yang memulai percakapan dari mereka, mereka hanya saling melempar tatapan canggung

"Sen..."

"Hedeh lama-lama kuping gue rusak. Hobi banget sih orang panggil gue Sen, dikira gue uang apa? Panggil Sena aja udah."

"Eh iya. Na gue percaya ama lo"

"Maksud lo???"

"Gue percaya lo pasti bisa nemuin pelakunya"

Setelah mengatakan itu, Dev spontan mengacak rambut Sena, dan sentak membuat sang empunya terkejut dan juga kesal, tetapi cowok itu hanya tersenyum simpul dan berlalu meninggalkan Sena dengan tatapan dinginnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2DSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang