Bagian 16

26 3 0
                                    

Selama perjalanan tidak ada satu pun yang memulai percakapan. Hingga akhirnya Edward berusaha mencairkan suasana

"Ra, gue bawa Lo ke RS aja ya. Keknya Lo harus diperiksa lengkap deh"-tawar Edward

"Nggak usah Ward, gue udah nggak papa kok. Gue seterong. Hehehe"
"
Hedeh yaudah deh"

Tak terasa tibalah Edward dan Lira di kediaman keluarga Rawnie. Edward pun membantu Lira untuk turun dari mobilnya.

"Yaelah Ward gue bisa sendiri kok. Lagian gue udah sehat"

"Sehat apaan? Muka Lo masih pucet gitu. Kulit Lo juga"

"Heh bego. Lo tuh ya. Kulit gue mah udah asli dari Sononya kek gini. Rese Lo"

"Yah maap. Lagian kulit Lo kinclong amat"
Lira hanya menggeleng kan kepalanya.

"Loh non Lira, udah pulang? Bukannya tadi non bilangnya pulang malem yah?
"Oh iya bi, ini lira nggak jadi pulang malemnya. Badan Lira lagi nggak enak"
"Astagaa. Yaudah non, masuk yok. Eh den temennya non Lira yah?"
"Eh iya bi. Saya temennya Lira"
"Yaudah atuh, ayok masuk"

Mereka pun masuk ke dalam dan Edward langsung membawa Lira ke kamarnya.

"Istirahat gih. Gue buatin bubur dulu ya."
Lira hanya mengangguk
                              ***
Sementara di tempat lain Sena sedang berada di belakang sekolah. Yah dia sedang ingin sendiri dan ingin berada di tempat yang jauh dari keramaian. Dan di belakang sekolah adalah tempat yang pas. Dia masih tidak mengerti apa yang telah terjadi. Rasanya otaknya tidak mampu mencerna semuanya.

"Kok jadi gini yah. Seingat gue, gue udah mastiin semua makanannya aman kok. Eh bentar. Kok gue jadi inget kata-kata cowok yang ada di cafe yah. Katanya kan dia punya rencana buat ngehancurin Lira. Apa ini ada sangkut pautnya sama kejadian Lira diracunin? Arrrghh gue pusing banget astagaaa. Udah ah dari pada gue pusing nggak jelas gini mending gue baca novel."

Sena pun sibuk membolak-balikan lembar demi lembar novel yang ada di tangan nya. Tapi pikirnya tidak fokus

"Aishh percuma. Percuma gue coba ngalihin pikiran gue, tetep aja gue bakalan kepikiran. Lagian siapa sih yang ngelakuin hal bejat kek gini. Gue bakal cari orangnya. Kalau udah dapat gue kucel-kucel nih mukanya. Bila perlu gue tebasin nih palanya. Astagaa serem juga gue. Hedeh ngeri" ucap Sena pada dirinya sendiri.

Dia pun mengambil earphone yang ada di saku rok nya dan memasang benda itu pada telinga nya. Kemudian dia mulai membaca novelnya. Yah begitulah caranya untuk mengalihkan semua masalahnya. Ia hanya ingin berhenti sejenak untuk memikirkan semua masalah dalam hidupnya. Hanya itu satu-satunya cara. Dia jadi merindukan Raka. Yah karena biasanya cowok itu yang selalu  ada di samping dirinya. Tiba-tiba

"Naaaa"

"Eh baru juga dipikirin nih anak dah muncul aja" batin Sena

"Astagaa Rakaa!!! Kaget gue mbing.

"Lah gue kira Lo nggak denger. Lo kan make earphone."

"Gue belum mulai dengerin musiknya. Baru juga pasang ni earphone ke telinga gue"

"Hehehehe sorry, lagian Lo kenapa hobi banget sih ngilang mbing"

"Yaelah siapa yang ngilang coba. Gue cuma pengen nenangin diri aja"

"Nggak usah dipikirin amat mbing, ini bukan salah Lo kok"

"Iya mbing gue juga masih usaha ini. Tapi gue penasaran banget sih siapa coba yang ngelakuin ini. Nggak pikir panjang sih sumpah"

"Gue juga penasaran. Ada aja yang nggak suka sama kalian. Gue bakal cari pelakunya. Gue sih yakin orangnya deket sama kita."

"Hm gue harus cari tahu. Pusing gue mikirnya. Hedeh"

"Udah elah. Nggak usah dipikirin mbing. Gue tahu otak Lo udah nggak sanggup buat mikirin semuanya. Sini, sandarin pala Lo di pundak gue."

"Nggak mau"

Mendengar itu, Raka langsung memegang kepala Sena dan mengambil earphone di salah satu telinga Sena  untuk dipasang ke telinganya.

"Yaelah galau Lo. Lagunya sedih amat."
"Hm"

Yah begitulah Sikap sena dan Raka jika mereka hanya berdua. Penuh dengan candaan ringan. Sangat berbeda saat mereka bersama orang lain, cenderung dingin. Itulah cara mereka berinteraksi dengan dunia luar

"Nih"

"Lah kenapa kunci mobil gue ada sama Lo?"

"Tadi tu gue ke parkiran, nah gue lihat mobil Lo. Gue iseng aja buka pintunya, eh beneran kebuka. Trus gue lihat kuncinya masih dimobil. Kebiasaan"

"Wkwkwk sorry tadi buru-buru."

"Nggak boleh gitu lagi" ucap Raka sambil menjitak kepala Sena

"Awhh sakit mbing. Iya iyaa nggak gitu lagi"

"Btw gue pulang nebeng ya sama Lo" ucap Raka

"Ha? Tumben. Motor sama mobil Lo mana? "

"Oh tadi tu gue ke sekulnya nebeng sama Ray. Dia jemput gue. Jadi ya gue nggak bawa kendaraan."

"Nggak. Gue nggak mau nebengin Lo"

"Tega banget Lo sama gue" ucap Raka sambil menoyor kening Sena

"Iya iyaa pa ketos. Iyaa. Yaudah kalau gitu loh aja deh yang pegang kuncinya"

"Oke"

"Yaudah deh balik yuk. Acaranya kan blom selesai."

"Lo aja deh. Gue masih pengen di sini. Lagian bagian gue dah selesai juga"

"Ha? Selesai apaan? Blom mbing."

"Ya kan lagian siangnya udah selesai. Tinggal malam kan? Yaudah sih ini juga masih siang"

"Yaudah deh. Jgn ngilang lagi yaa. Soalnya tadi Edward juga izin pulang. Jadi lo sendirian di bagian konsumsi nya."

"Hah? Edward izin? Hedeh. Yaudah deh, nggak bakal ilang gue mah"

"Oke. Gue balik yah. Sibuk gue. Bye" pamit Raka sambil mengacak rambut Sena

"Ck sok sibuk Lo. Yaudah sana"
Raka pun meninggalkan Sena di sana.

Malam pun tiba. Semua anggota OSIS sibuk menyiapkan acara api unggun. Sena, Dira dan Deisya pun sama. Sejak tadi mereka bertiga tidak saling bertemu. Yah karena mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Apalagi Sena harus bekerja ekstra malam ini, karena Edward sedang izin jadi dia harus bertanggung jawab sendiri di bagian konsumsi.

Sedangkan di tempat lain, kedua remaja sedang duduk di berbincang di sebuah ruangan. Yah mereka adalah Edward dan Lira. Tadi Edward bersikukuh untuk tetap berada di samping lira sampai ia merasa baikan. Padahal kita sudah memaksa Edward untuk kembali ke sekolah atau setidaknya kembali ke rumahnya. Tapi Edward tetaplah Edward.

"Wah keren banget yah malam ini. Bintangnya juga banyak."
"Iya kayak Lo. Lo juga indah banget."
"Ha? Tadi Lo ngomong apa?"
"Ra..."
"Ya?"
"Gue pengen ngomong sesuatu sama Lo"
"Lah dari tadi juga Lo ngomong Ward. Lo nggak lagi rapp loh"
"Ish Lo tuh ya gue tu lagi serius"
"Lah siapa juga yang becanda sih, emang dari tadi Lo lagi ngomong."
"Yaudah. Untung sayang, kalau nggak udah gue jatuhin Lo dari balkon ke bawah"
"Wesss santai bro, ngeri gue"
"Lagian Lo, gue tu lagi serius. Lagi pengen ciptain suasana yang pas. Eh Lo malah ngancurin gitu aja"
"Ya maap Ward, lagian mau ngomong apa dah? Keknya serius amat"
"Lupa"
"Ish Lo nyebelin banget, sumpah!!"
Hening. Keadaan menjadi hening kembali
"Raa"
"Hm?"
"Gue pengen ngomong serius sama Lo"
"Ngomong aja"
"Emmm...."
"Apa?"
"Emmm... Emmm. Emm"
"Apa Edward?"
"Emm itu, emmm.. emm"
"Emm aja terus. Emmm. Emm"
"Wkwkwkwk...Nah kesel kan Lo. Tadi gue juga kek gitu"
"Rese lo.nyet"
"Gue serius sekarang. Gue pengen ngomong sesuatu"
"Iyaaaaa dari tadi serius mulu. Tapi nggak ngomong-ngomong"
                         ***

Happy reading gaes,,,
jangan lupa votenya yaaaaa

2DSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang