Part 4

2.7K 128 0
                                    

'ada apa dengan dia' aira membatin dengan nada lirih dan mata sayu.

–---------------*******----------------

Setelah kejadian dipagi itu, hal itu terus berkelanjutan, terkadang aira heran tapi dia pun tak terlaku memikirkannya, 'mungkin mas adimas kecapean' aira membatin.

Kini sudah genap 1 bulan aira dan adimas menikah, hidup bersama satu atap, kini aira telah menunjukkan beberapa perubahannya, ia sekarang lebih lembut, jika pergi keluar pasti meminta izin dulu kepada suami, dan kini ia juga sedang giat untuk membuka hatinya pada suaminya, ia sekarang telah belajar memasak, agar mas nya itu tidak makan diluar.

Seperti saat ini, aira telah berada didapurnya dengan sebuah hp yang bertengger di meja, karena ia sesdang belajar melalui video call bersama bundanya, sekarang ia belajar membuat kue, karna soal makanan berat sudah sepenuhnya ia kuasai, kini betapa hebohnya ia dan suara bundanya yang berasal dari hpnya, kini kedua nya sama sama heboh, aira berniat untuk belajar membuat kue bolu, karena hal itulah dua sejoli itu tampak heboh.

Aira mulai mempersiapkan bahan bahan kuenya dulu, mukai dari telur, susu manis, gula, coklat, keju, dan masih banyak lagi, ia pun mengolah semua bahannya dengan ajaran yang ditunjukkan oleh bundanya melalui vc mereka, ia bahagia sekali bisa hidup sederhana seperti ini.

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu menggema di pendenganran aira, ia pun segera membukakam pintu diruang tamu, ternyata ustad indra, ustad yang telah menjodohkannya  dulu dengan suaminya sekarang ini, sekaligus ayah angkat dari suaminya ini.

"pak ustad? Assalamualaikum, mari masuk pak" aira mempersilahkan ustad indra masuk kerumahnya.
"sudah berapa kali bapak bilang nak, jangan panggil ustad, panggil bapak seperti adimas memanggil ku " ustad indra menegur menantunya itu, ia sangat menyayangi adimas dan juga istrinya ini, pasalnya ustad indra tidak memiliki anak dan istrinya pun telah lama meninggal, maka dari itulah ia begitu senang akan anak anak.

"iya deh iya bapak"aira mengulang panggilannya sambil cengir kuda, "bapak tunggu sebentar ya, biar aira buatkan minuman buat bapak, kebetulan tadi aira belajar buag kue, sekalian aja bapak rasain ya"aira berkata sambil belari kegirangan menuju dapur, ia pun pergi meninggalkan ustad indra tanpa menunggu persetujuan sang ustad.

"iya deh iya bapak"aira mengulang panggilannya sambil cengir kuda, "bapak tunggu sebentar ya, biar aira buatkan minuman buat bapak, kebetulan tadi aira belajar buag kue, sekalian aja bapak rasain ya"aira berkata sambil belari kegirangan menuju dap...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ini pak, diminum teh nya dan dicicipi kuenya" aira datang membawa nampan berisi air teh hangat dan 1 piring kue bolu yang ia buat tadi, ustad indra hanya menggeleng geleng kepala melihat semangat dari menantunya itu.

ia sangat bersyukur karena aira telah banyak berubah semenjak dia menikah dengan adimas, anak angkatnya itu.

Selang beberapa menit, ustad indra pamit undur diri untuk pulang, katanya ia ada urusan, ustad indra berjalan menuju pintu seraya kembali mengingatkan kepada aira soal pesannya tadi kepada aira.

"jangan lupa sampaikan pesan bapak tadi ke adimas ya nak" ustad indra berjalan sambil mengingat pesannya kepada aira, "iya pak, insyaallah aira sampaikan nanti kepada mas adimas, bapak hati hati ya dijalan." aira menjawab sambil menyalami punggung tangan ustad indra yang telah ia anggap seperti ayahnya sendiri.

****
Humaira pov

Sore sekitar jam 4, aku membukakan pintu karena mendengar suara mobil mas adimas, aku langsung menyambutnya dan menyalminya, setelah bersalaman seperti biasa adimas langsung meminta maaf jika bersentuhan dengan ku, seperti sekrang ini.

"assalamualaikum,mas sudah pulang?" aku langsung mengambil tas ranselnya dan menyalami punggung tangannya, tapi aku masih heran sampai sekrang, seperti biasa adimas akan cepat cepat menyudahi salaman dari ku, ia langsung menunduk "maafin mas ya umai" dan langsung meminta maaf kepada ku.

'ya allah apa semua ini? Kenap dia bersikap seolah dia jijik kepada ku?' aira menggumam dalam batin.

"mas kalau mau mandi, mandi aja, tadi umai sudah siapin air mandi buat mas" aira membuka suaranya.

"iya, makasi ya umai, umai sudah makan tadi?" adimas bertanya kepada ku, 'ya allah kenapa perhatian sekecil itu bisa membuat ku menghangat?' aira membatin, "sudah tadi mas, mas sudah makan tadi kan? " aira balik bertanya setelah menjawab.

"iya umai, mas tadi sudah makan kok, makasi iya sudah bekalin mas tadi, ya sudah mas mandi dulu" adimas berlalu meninggalkan ku.

Terkadang aku bingung dengan dia dan perasaan ku sendiri, terkadang dia membuat ku bersembu merah, memperhatikan ku, dia juga tetap memberi nafkah materi kepada ku, ia tetap melayani aku seperti biasa, tetapi jika kami sudah bersentuhan, ia akan berubah seperti orang yang telah melakukan kesalahan fatal.

Aku masih mengingatnya kemarin, saat aku dan dia berbarangan masuk kekamar, lalu kami berdempetan, dia segera menunduk dan minta maaf berulang kali kepada ku, dan selama ini, hampir sudah 5 bulan kami menikah, ia tak pernah meminta haknya kepada ku, aku biasa biasa saja diawal pernikahan, mungkin dia lelah pada saat itu.

Namun sampai sekarang, sudah 5 bulan rasanya sudah terlalu lama aku menunggu ia meminta haknya kepada ku, namun nihil , 'jangan kan memintak hak aira, bersalaman dengan mu saja dia seperti tidak mau' aira membatin dalam hatinya.

"umai? Ngapain bengong? "adimas datang dan mendekati aku, namun ia seperti biasa duduk berjauhan dengan ku. Kenapa dia seperti ini? Kenapa tuhan?

"gak apaapa mas, mas ?" aira mulai menjawab "iya umai, ada apa hem?" adimas menjawab dengan kelembutan, sukses membuat aira merona dan kembali merasakan ingin memiliki adimas seutuhnya.

"gimana tadi kerjaannya mas? Mas capek ya? "aira bertanya, karena ia melihat adimas seperti kelelahan, "alhamdulilah mai, lancar capek ya pasti mai, namanya juga kerja"adimas menjawab "oh iya mas, tadi bapak kemari, dia bilang abis magrib ada kenduri di rumah pak somat" aira menberi tahu adimas dengan kesabaran.

"gitu ya, ya sudah nanti mas pergi, tapi gak papa kan umai sendiri dirumah? "adimas bertanya kepada ku, "gak apaapa mas, tapi nanti langsung pulang kerumah ya mas"

Adimas Pov

'nanti langsung pulang ya mas kerumah' kata kata itu seperti menyihir ku untuk tetap berlamaan berduaan dengannya, tapi cepat cepat aku menepis perasaan itu, 'kenapa ia begitu lembut? Jangan terggugah adimas, ingat jangan membuat dia membenci mu kelak' adimas membatin.

Bersabung..........

Humaira Hamzelina  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang