Part 19

2.8K 107 0
                                    



"Kenapa ? Kenapa adimas gak mau bangun ha?!" Kini aira berteriak histeris didalam kamar inap adimas, ia frustasi dengan apa yang telah menimpa dirinya, ia sudah menangis sejadi jadinya berharap adimas akan membuka matanya dan tersenyum hangat kepada nya.

Ia benar benar merindukan sosok suaminya yang selalu memeluknya dengan lembut disaat sebelum tidur, yang selalu menggodanya disaat ia sedang menyiapkan sarapan atau makan malam, ia sangat merindukan kecupan dari suaminya ia sangat sangat merindukan kehadira suaminya ADIMAS BAGASKARA.

"Ra istighfar ra" buk ida berkata seraya menarik aira kedalam pelukan nya, " hiks hiks bunda gak ngerasain penderitaan aku tu gimana!" Aira merinta ronta dalam pelukan buk ida, ia menangis sejadi jadinya.

"Kapan dia akan membuka mata nya ha? Kapan?!" Aira berteriak sambil menjmbak jambak jilbab yang ia kenakan. Ia tau adimas pasti membencinya jika ia telah melukai dirinya sendiri, kini ia berniat untuk melukai dirinya sendiri agak adimas bangun dan menghentikan nya.

"Bangun bangun bangun kamu !!!!!!" Aira kembali berteriak didepan wajah adimas sambil menggoyang goyang kan tubuh adimas. Ia meronta ronta saat bara dan ustad indra mencoba menghentikannya.

"Lepas!!!!!!!!!!" Aira menjerit histeris dan meronta ronta untuk melepaskan diri.
Tiba tiba ia terdiam, terdiam disaat perutnya merasa nyeri.

"Aduuuh sakit!!!" Aira berkata lirih seraya memegang perutnya yang sudah buncit karena usia kandungan nya yang sudah menua.

Semua pandangan beralih menatap aira yang berdiri ditepi ranjang adimas, yang meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang besar.

Buk ida menjerit ketika melihat air ketuban yang meleleh dikaki aira" airaaaaaaaa!!!" Kata buk ida seraya berlari mendekati anak  nya.

Bara langsung bergegas memanggilkan dokter kandungan dan beberapa perawat untuk menangani aira.

****

setelah 5 menit berlalu saat bara memanggil dokter dan perawat, kini mereka datang dan membawa ranjang yang telah didorong masuk kedalam kamar inap adimas, aira sudah dibaring kan diatas ranjang yang dibantu oleh bara dan ustad indra.

Pak edi hanya menatap iba secara bergantian antara putrinya dan menantu nya.

***
"Kepada keluarga nya Buk Humaira hamzelina?" Dokter kandungaan berteriak seraya mencari keluarga aira. Semua orang  menatap dokter itu dengan raut cepas kecuali pak edi yang menemani menantunya didalam kamar inap adimas.

" ada apa dok? Saya keluarganya" buk iaa berkata setaya mendekatkan diri kepada doktor untuk menerima informasi lebih lanjut.

" begini buk, saya akan melakukan oprasi terhadap buk Humaira, karena kondisi pasien saat ini sangat lemah dan tidak memungkinkan untuk dia melahirkan secara normal, jadi saya mohon izinnya dari ibuk sekeluarga dan mendoakan yang terbaik untuk buk Humaira" diktor berkata seraya menepuk nepuk pundak buk ida, dan berlalu pergi masuk kedalam ruang iprasi setelah mendapat anggukan setuju dari buk ida.

Buk ida, bara, finia dan ustad indra tak henti hentinya berdoa keselamatan aira dan adimas, semoga mereka berdua selamat dan bisa bangun seperti dulu lagi.

***
Di lain tempat, tepat nya dilantai 4 khusus ruangan VVIP tempat adimas dirawat, " nak bangun sebentar lagi anak mu akan dilahirkan, siapa yang akan mengadzankan anak mu nak dimas?" Pak edi berkata dengan liris seraya menitikkan air mata dan mengelus punggung tangan adimas yang terbebas dari selang infus.

Tiba tiba jari jari adimas bergerak gerak berlahan lahan, pak edi masih menangis menunduk dan belum menyadari akan gerakan yang adimas tunjukkan, adimas mulai mengerjap ngerjapkan matanya, dan beralih memandang kebawah dan tampak mertuanya yang menangis kelihatan dari punggung nya yang bergetar' ada apa ini' adimas membatin.

"Yah? Umai mana?" Adimas berkata dengan lemah, sontak pak edi menegakkan kepalanya dan melihat siapa yang bersuara tadi, ia kaget dan langsung bersyukur lalu segera memanggil kan dokter dan bara menuju keruangan adimas.

"Alhamdulillah pak, kondisi pak adimas sudah membaik, jangan lupa diberi obatnya ya pak" doktor berkata seraya berjalan meninggalkan adimas, pak edi dan bara.

"Bar? Umai mana? Dan kenapa dengan keadaan ku?" Adimas bersuara dan menatap bara yang berdiri dengan raut sendu.

Kini bara menceritakan sekuruh kronologi dari awal adimas kecelakaan, aira mengamuk histeris sampai ia sedang iprasi melahirkan, semua bara ceritakan kepada adimas tanpa terlewatkan sedikit pun.

" astagfirullah, sekarang umai diruangan mana bar?" Adimas berkata sambil mencabut selang infusnya dan berdiri dengan kemah, dan langsung dibantu oleh pak edi dan bara, mereka menuntun adimas menuju ruang oprasi aira.

Humaira Hamzelina  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang