Setelah adimas membalikan badannya, ia terkejut karena yang sedari tadi menahan pergelangan tangannya adalah aira, istrinya sendiri."Mas mau pergi kemana? Gak mungkin kan mas mau ninggalin aira sama lelaki lain" aira bersuara dan menarik tangan adimas agak adimas kembali ketempat semulanya.
Bara tersenyum bahagia setelah melihat adegan langka dari mantan kekasinya itu yang telah ia anggap seperti adiknya sendiri.
"Gak perlu pergi ninggalin kita berdua kali dim" bara berkata seraya menepuk nepuk bahu adimas yang berada di samping aira yang kebetulan tak jauh dari jangkauan nya.
"Mau ngapain sih kesini? Siapa juga yang ngundang kamu kesini?" Aira berkata dengan nada suara yang sinis kepada bara.
"Santai ra, aku kesini diundang sama pak ustad indra, aku turut bahagia kok lihatin kamu udah bahagia sama keluarga kecil kamu, aku doain kalian langgeng sampai maut memisahkan, amin" bara berkata seraya mengaminkan dengan senyum yang menghiasi dibibirnya.
"Aku kesini pengen minta maaf ra, aku gak mau ada permusuhan diantara kita, aku beneran turut bahagia ra, lagian aku juga udah tunangan sama finia anak kampung sebelah, yang dikenalkan oleh pak ustad indra kemarin" bara berkata kepada sepasang sejoli yang berada dihadapan nya.
"Iya gak papa, udah aira maafin kok"aira bersuara sambil mengembangkan senyumnya kepada bara begitu juga dengan adimas.
"Sayang? Dinisi kamu ternyata dicariin dari tadi" suara dari seorang gadis yang menghampiri ketiga sejoli itu sambil memeluk pinggang bara dengan manja.
"Finia, ngagetin aja, aku gak kemana mana kok, cuman nyamperin si tuan rumah" bara berkata sambil membalas pelukan dari finia tunangan nya yang sebentara lagi akan resmi menjadi istrinya pada minggu depan.
"Hei kenalin nama ku finia" finia berkata sambil mengulurkan tangan nya kepada aira dan adimas sambil tersenyum bahagia kepada tuan yang punya acara ini.
Adimas dan aira hanya tersenyum dan menyebutkan nama masing masing, setelah membalas uluran tangan dari finia.
***
"Eeeeeh 4 sejoli ini disini ternyata, udah dicari juga, eh kamu adimas sama aira udah buruan berdiri di sana para tamu udah mau pulang tu" bu ida berkata dengan ngos ngosan karena berlari menghampiri anak dan menantunya.
Keempat sejoli yang berpasangan itu tertawa bersama melihat prilaku bundanya aira yang seperti anak ABG kekinian, yang gemar berlari lari.
****
Setelah membersih kan diri didalam kamar mandi, kini adimas langsung bergabung diatas ranjang bersama istrinya.
"capek ya mai, kayak nikahan dulu deh" adimas membuka percakapan sambil membaringkan diri disamping aira sambil menarik aira kedalam dekapannya.
Aira tak menolak, karena sudah dari dulu kebiasaa baru suaminya itu suka memeluknya disaat sebelum tidur seperti ini.
"iya ya mas, tapi hari ini aira merasa lega dan bahagia deh mas" aira bersuara setelah membenamkan wajahnya diceruk leher suaminya.
"lega kenapa mai?" adimas bertanya kepada istrinya yang tak henti henti mengendus ngendus diseputar area lehernya sambil memejamkan matanya untuk merasakan sentuhan sentuhan yang istrinya berikan diarea lehernya.
"lega aja gitu udah baikan sama si bara, lagian kan minggu depan dia udah nikah, mas ikut hadirkan dipernikahan bara minggu depan?" aira kembali bertanya kepada adimas.
Adimas hanya bergumam panjang memjawab semua pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya.
Kini setelah lelah saling menggoda satu sama lain, aira dan adimas telah dihadiri dengan rasa kantuk yang mendalam, kini kedua sejoli itu telag lelap dalam mimpi masing masing.
***
"pak ? Apa salah saya sehingga saya di pecat permanen dari sini ?" seorang wanita yang menggunakan seragam pegawai yang sedang berkutut memohon ampunan dari kedua majikannya yang sedang duduk dihadapannya."kamu telah lancang!" pria itu bersuara yang diketahui bos dari wanita yang memohon ampunan tadi.
"udahlah mas, maafin aja yaa sayang" istri dari pria tadi berkata sambil mengecup ngecup singkat pipi dan bibir suaminya, guna untuk meredakan amara dari suaminya itu.
"dia gak bisa dimaafin mai, ini udah kelewatan batas sayang" adimas meninggikan suaranya menghadap karyawannya yang bernama wati, tanpa menghadap istrinya yang tak bisa berbuag apaapa lagi dengan kemarahan dari suaminya ini.
"Coba tadi kalau mas gak sadar, mungkin kamu sudah tergeletak tak bernyawa" adimas berkata kepada istrinya namun tatapannya masih terarah pada wati.
Ia tak habis pikir kenapa wati begitu nekat akan mencelakai istrinya, terlebih lebih didepan dirinya sendiri
****
Titel sarjana bukan mengecap seluruh mahasiswa sebagai pengangguran bertitel. Bahkan titel sarjana bisa membuka pikiran kita untuk lebih maju.
Nama ku zahra aisya, aku seorang gadis yang memperjuang pendidikkan dengan segenap tenaga.
Aku menulikan pendengaran ku disaat tetangga sekitar memandang keluarga ku dan aku dengan sebelah mata.
Dan aku terpaksa mengorbankan masa remaja ku untuk membanting tulang memenuhi kebutuhan keluarga ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira Hamzelina [END]
Roman d'amourJika kita menerima suatu keadaan dengan hati lapang dan ikhlas insyaallah semuanya akan baik-baik saja