Part 10

2.7K 117 1
                                    

Part 10

" sebenarnya adimas itu....." buk ida melirik aira sekilas dan .....

Bersambung..........

-----------------*******-----------------
"aaaah masa iya sih, ira gak tau adimas itu punya apa? " buk ida berkata sambil mencubit cubit gemas pada lengan putrinya.

"iyaa beneran bun, aira gak tau, mas adimas punya apa hem?" aira berkata sambil terus menatap bundanya dengan tatapan penasaran.

"dasar istri apatis, masa iya hal hal mengenai suami sendiri aja gak tau, kemana aja sih kamu selama ini ra" buk ida mendesah pasrah kepada anak nya.

" gini ya, kalau kamu memang penasaran, bunda kasi tau, sih adimas itu yang katanya kesayangan mu itu, dia punya cafe" buk ida berkata, sambil tersenyum karena melihat tampang kaget dari putrinya itu, 'hahahhaha bocah bocah, memang jamannya sekarang ini udah pada berubah semua' batin buk ida.

"apa bun?! Punya cafe? Kok aira gak pernah tau ya bun, kenapa juga bunda bisa tau ? Lah aira sendiri kenapa gak tau bun?" aira memberi pertanyaan bertubi tubi kepada bundanya.

"ya jelas dong bunda tau, bunda kan mertua idaman, gak kayak kamu apatis benar sama suami, hati hati entar diembat lagi sama pelakor liar" bunda terkikik seraya mengatakannya kepada aira, yang terlihat memerah seperti menahan marah dan jengkel.

"ya udah deh, seterah bunda aja, gerah deh disini, pengen pulang ah" aira berdiri melenggang keluar dari dapur setelah berkata demikian kepada bundanya.

"yeeeeee gitu aja ngambek, dasar ibu hamil ingusan" bunda kembali menggoda putrinya itu, seraya menggeleng gelengkan kepalanya akan prilaku anaknya yang kerap kali suka berubah ubah, 'mungkin faktor hamil' batin buk ida sambil tersenyum hangat, dan berlalu menyusul aira yang telah menghilang dari muka dapur buk ida.

*****

" bun? Yah, kita pamit pulang dulu ya, kpan kapan main main kerumah bun yah" adimas berpamitan kepada mertuanya, setelah ia dan istrinya berada didalam mobil, untuk meninggalkan kediaman pak edi dan buk ida.

Adimas Pov

Kini aku kembali menjalankan mobil ku, untuk pergi berlalu membelah jalan perkotaan yang ada dibengkalis riau, jalan jendral sudirman, sudah hampir 15 menit kami didalam perjalanan, aku dan aira masih saja berdiam diri tanpa ada percakapan diantara kami, aku sungguh membenci akan situasi yang seperti ini, aku tidak suka jika aira istri ku itu mengabaikan ku seperti ini.

"umai? Umai gak papa? Ada yang sakit sayang? " aku membuka suara dan menoleh kepadanya sebentar, aku melihat ia hanya menjawab dengan mengangkat bahunya dengan acuh.

"mas ada salah ya sayang?" aku tak putus semangat untuk membuat dia kembali berbicara kepada ku, sungguh ini sangat menyiksa ku jika istri ku sudah seperti ini.

"gak tau" dua kata, dua kata itu yang keluar dari mulut istri ku, dari sekian lama ia mengabaikan ku tadi, dan baru sekarang bersuara dengan 2 kata, ya ampun apa ini?.

"sayang? Kalau mas ada salah maafin mas dong, tapi umai jangan diamin mas kayak gini ya yang" aku berkata sambil mengekus ngelus perutnya yang masih rata.

Aku dapat melihat dari ekor mata ku, istri ku melirik kearah ku dan berkata "kalau nyetir, ya nyetir aja matanya fokus kedepan, jangan nakal gitu tangannya" ia berkata sambil menyingkirkan tangan ku dengan kasar.

Aku sedikit kecewa, namun hal itu sudah ku tepis jauh jauh, 'dia marah, karena ada sebab' kini aku membatin untuk menguatkan diri ku.

****
Setengah jam berlalu, kini adimas dan istrinya telah sampai dikediaman mereka, sama seperti tadi, aira masih kukuh dengan pendiriannya untuk mendiamkan adimas, adimas tampak kualahan membujuk istrinya itu, karena dia memang tidak mengetahui apa salah yang telah ia perbuat sampai istrinya bersikap demikian kepadanya.

Humaira Hamzelina  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang