Part 11

2.4K 110 0
                                    



'Awas saja kau wanita jalang' batin wati berseru.

--------------*********----------------

Sambil menghentak hentakkan kakinya, wati pergi berjalan menuruni anak tangga satu persatu, untuk kembali bekerja seperti biasa nya, dengan hati dongkol karena sudah terkalah kan oleh istri bosnya itu, ia pun menuruni anak tangga dengan tidak berhati hati, dan melihat kebawah, alhasil

"Aaaaaaaaaaaaaa! Sakit" kini ia terjatuh terduduk di bawah lantai, sontak semua mata tertuju kepadanya, tak terkecuali dengan beberapa pelanggan yang sedang memperhatikan nya sambil menahan senyum.

"Ngapain bengong, bantuin dasar!" Wati menerikai seorang pelayan yang berada tak jauh dari nya yang sedang termenung memandangi nya.

"Eh eee h iya mbak maaf, ini mau dibantuin juga, lain kali hati hati  mbak" seorang pelayan lelaki membantunya berdiri.

"Bacot lu kebesaran " wati kembali meneriaki pelayan lelaki itu dengan muka yang memerah akibat malu.

****

Di lain tempat terdapat sepasang sejoli yang sedang asik berpelukan, menikmati suasan hari sabtu disuatu ruangan.

Ya adimas dan istrinya, mereka tampak sedang berbincang bincang dan bercanda  sesekali untuk membagi kebahagian satu sama lain.

"Mas? Pelayan yang ngantarin kue sama kopi tadi siapa nama nya?" Aira bertanya kepada adimas, karena sedari tadi ia sudah sangat penasaran kepada wanita yang dari awal telah menatapnya tidak suka.

"Ooo yang tadi itu, nama nya wati, dia tinggal di daerah sekitaran sini sayang, kenapa hem?" Adimas bersuara sambil sesekali mengendus ngendus leher istrinya yang tertutup dengan hijab.

"Gak papa sih mas, cuman umai gak srek aja sama dia, soalnya tadi pas awal kita masuk cafe, dia natap umai kayak gak suka gitu" aira menjawab dan menatap suaminya itu dengan tatapan kesal.

Ya wajar saja dia merasa kesal, karena sudah ditatap tidak bersahabat oleh karyawan suaminya sendiri, secara tidak langsung, karyawan suaminya itu sudah tidak sopan, ditambah lagi dengan keadaan nya yang sedang berbadan dua, dengan emosi yang tidak terkontrol.

"Loh loh kok jadi mas yang di tatap gitu, udah udah nanti mas tegur deh, sekarang jangan gitu lagi ya sayang" adimas membujuk istrinya sambil tersenyum senyum kecil, melihat kelakuan istrinya pada akhir akhir ini.

"Janji ya, awas kalau enggak, nanti bisa umai biarin mas tidur diluar." Aira bersuara sambil berdiri melapaskan diri dari dekapan suaminya.

" jangan gitu dong sayang, kan mas gak salah, iya iya mas janji nanti di tegur si wati nya, ya udah sekarang kita pulang yuk" adimas berdiri sambil menarik istrinya untuk pergi meninggalkan ruangannya.

Sesampainya di dalam cafe, lagi lagi aira di tatap tidak enak dengan wati, aira semakin jengkel, dan semakin mempererat pelukannya kepada pinggang suaminya itu.

Adimas seperti tau dengan situasi yang istrinya alami, ia segera menuju kemeja kasir yang disitu sudah terdapat wati yang sedang berdiri, ia pun terus mempererat pelukannya kepada istrinya itu.

"Ehm! Wati lain kali mata kamu dikondisikan" adimas berdeham seraya berkata demikian kepada wati.

Wati yang ditegur oleh bosnya, hanya bisa cango dan berlalu dengan hati dongkol.

*****

Sesampainya dedapan rumah, dua orang insan itu keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah mereka.

"Mas kok tega sih negur si wati didepan orang ramai" aira berkata sambil mendudukkan bokongnya di sofa depan tv, " emangnya kenapa? Ya baguslah sayang itu buat pelajaran untuk dia, besok besok gak boleh gitu lagi sama majikan" adimas menjawab seraya ikut mendudukkan bokongnya di salah satu sofa yang berada tak jauh dari istrinya tadi.

"Ya gak gitu juga cara nya mas, nanti dianya malu, lagian kan majikan nya dia cuman mas adimas, umai enggak tu" aira berkata sambil cekikian memperlihatkan deretan giginya yang tidak terlalu rata.

"Umai kan istrinya mas, jadi umai juga majikannya si wati, iya iya maaf lain kali mas negurnya gak gitu lagi" adimas berkata sambil menjewer kedua kupingnya dan aira pun tertawa karen aksi suaminya itu.

*****

"Assalamualikum?! Ada orangnya gak ni? Hallo!" Buk ida mengetok ngetok pintu sambil berteriak didepan rumah aira dan adimas.

Setelah merasa pintu yang diketok bergoyang goyang seperti kunci yang baru dibuka, kini buk ida memberhentikan aksinya, lalu berdiri seraya merapikan pakaiannya dan berdiri tersenyum aggun menunggu tuan rumah membukakan nya pintu.

Tampak aira yang sedang berdiri didepan pintu dengan pakaian daster ala ibu rumahan, dan waja datar menyambut kedatangan bundanya.

"Apaan sih teriak teriak dirumah orang, kayak orang hutan aja" aira mendengus setelah bundanya menerobos masuk dan duduk di sofa miliknya.

"Anak durhaka, bundanya datang bukannya senang, malah diomelin, kurang garam ya kami ra" buk ida berkada sambil menjewer kuping aira yang tak jauh dari jangkauannya .

"Aduuuuh bunda apaan sih, gak perawan ni kupingnya aira" aira bergumam sambil mengelus ngelus kupingnya yang terasa

"Gaya mu nak nak, eh gimana cerita pegawai nya sih mas mu itu, ayo cerita sama bunda" dengan antusias buk ida mendesak anak nya untuk bercerita prihal perkara yang berlaku beberapa hari yang lalu.

Tak kuasa melihat sikap dramatis bundanya, kini aira pun menceritakan segala kejadiannya dari awal hingga akhir kepada bundanya.

"Biar tau rasa tu, itu juga pelajaran buat kamu ra, besok besok ada suami ya dijagain nanti diembat lagi sama si wati" buk ida berkata seraya tersenyum senyum penuh arti kepada anak nya.

'Orang tua gak sadar tua ya, doyannya goda ibu hamil' aira membatin setelah melihat senyum penuh arti dari bundanya, ia sangat kenal dengan kelakuan bunda nya itu, jika sudah senyum senyum penuh arti gitu pasti sedang menggoda orang.

****
"Assalamualikum, mai ? Uuuuuuummmmmmaaaaaaiiiiiiiii?!" Adimas berteriak seraya memasuki rumahnya, ia masuk kerumah sambil mencari cari keberadaan istrinya.

'Gak bunda gak menantu sama sama kayak orang hutan kalau udah datang ke rumah' aira membatin sambil terus melanjutkan bacaan novelnya yang tertunda. "Apaan sih mas, teriak teriak kayak bunda deh" adimas hanya cengengesan saat ditegur istrinya yang kini berbadan dua.

"Lagi ngapain sayang?" Adimas bertanya seraya duduk di samping aira yang tengah sibuk membaca novel pemberiannya beberapa waktu lalu.

"Ni lagi masak mas" aira menjawab dengan ketus karena merasa risih akan kejadiran suaminya itu, entah kenapa hari ini ia sangat anti kepada adimas, ia merasa mual jika adimas berada di sampingnya.

"Bohong, mana ada orang masak sambil baca novel dan duduk gini?" Adimas berkata sambil merebut novel yang telah membuat istrinya itu mengabaikan kehadirannya.

"Udah tau juga, masih nanya lagi" aira menjawab dengan nada ketus seraya berdiri menuju kamar mandi, karena ia sudah merasa mual karena kehadiran adimas.

"Mai? Mau kemana? Perlu mas bantuin gak?" Adimas bergumam setelah melihat istrinya berdiri seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari tenggorokannya, kini ia pun menghampiri istrinya dan berdiri didepan pintu kamar mandi.

"Huek huek iiiiiiiih, mas jauh jauh deh geli tau gak dekat dekat sama mas, mas bau kambing, udah sana sana bete deh" aira bersuara dari kamar mandi, 'kok bau kambing sih, padahalkan aku gak suka sama kambing' adimas membatin seraya pergi meninggalkan kamar dan berlalu duduk di depan sofa tv.

Ia pu  mengeluarkan hpnya untuk menelpon seseorang." Assalamualikum tuan putri, lagi dimana?" Adimas berkata kepada sebrang telpon sana.

Bersambung.....

Humaira Hamzelina  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang