Part 13

2.1K 103 0
                                    



Adimas Pov

Setelah sampai didepan dapur, aku sedikit merasa lega saat menemukan istri ku yang sedang asik memasak, aku segera menghampirinya, berdiri dibelakang nya dan memeluknya.

Awalnya dia kaget saat merasakan tangan ku yang melingkar diperutnya yang sedikit membuncit, setelah aku benar benar memastikan bahwa tidak ada penolakan dari istri ku.

Aku segera mematikan kompor gas yang sedang menyala didepan kami, segera aku membalikkan tubuhnya untuk menghadap ku. Sama seperti tadi tidak ada tanda tanda penolakan dari istri ku, kini aku menariknya kedalam pelukan ku.

"mas? Ada apa sih? Lemas tau gak" aira bersuara didalam dekapan ku, aku terus mencium cium puncak kepalanya, dan segera melepaskan pelukan ku .

Dengan ragu ragu aku menunjukkan amplop coklat yang sudah kutenteng tadi, kepada istri ku. "umai udah lihat isi nya ya?" Aku bertanya dengan nada was was, " iya mas, tadi pagi ada tukang pos yang antarin" aira menjawab sambil mengelus ngelus pipi ku, awalnya aku merasa kaget kenapa ia tidak mengamuk seperti sebelum sebelumnya?

"Aira gak marah?" Aku bertanya lagi dengan was was, "enggak" ia menjawab dengan enteng sambil mengangkat bahunya dan berbalik lalu melanjutkan acara memasaknya yang sempat tertunda tadi.

"Beneran mai, mas gak ngapa ngapain sama dia kemarin malam" aku berkata seraya memberi penjelasan kepada istri ku.

"Iya mas iya, umai percaya kok sama mas" ia menjawab seraya membalik tubuhnya menghadap ku, dan mengecup bibir ku sekilas, lalu berlalu menuju meja makan.

Aku terpaku akan sikap aneh dari istri ku, tak banyak pikir aku segera berlalu dan berhabung dengan istri ku, untuk memulai sarapan kami dipagi ini.

****
Adimas menjatuhkan bokongnya tepat disofa yang ada didepan tv, akhir akhir ini dia dan aira sering menghabis kan waktu diruangan tv mereka, entah sekedar bercanda, berdebat terkadang makan.

Seperti saat ini, adimas duduk disamping aira yang sedang merajut membuat kaos kaki kecil, sambil tersenyum kecil adimas merogoh tas kerjanya dan segera mengeluarkan amplop coklat.

Setelah menemukan amplop coklat yang ia cari tadi, kini ia menyerahkan amplop tersebut kepada istrinya yang sedang menyulam.

Dengan alis yang terangkat aira segera mengambil amplop tersebut, dan membukanya.

"Uang? Buat apa mas?"aira berkata setelah melihat isi dari amplop yang disodorkan oleh suaminya.

"Buat umai belanja keperluan umai, atau keperluan bayi kita nanti sayang, lagian kan umai gak pernah minta uang sama mas semenjak kita menikah" adimas berkata seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

'Apa dia memberiku lampu hijau untuk keluar rumah?' Aira membatin dengan senyum yang cerah merekah diantara bibir bibirnya yang mungil.

****
Setelah mendapat persetujuan keluar rumah dari adimas, kini aira segera berdandan setelah selesai mandi sekitar 5 menit yang lalu.

Kini ia bersiap siap akan keluar berbelanja dengan bundanya, ia sengaja tidak mengajak adimas dan ayah nya, karena kondisi ayah yang tidak memungkinkan untuk mengikut, jadi ia merencana kan untuk adimas menemani ayahnya sedangkan bunda dan dirinya akan pergi berbelanja.

Setelah puas dengan penampilan nya, kini aira dan adimas segera pergi meninggalkan rumah dan menjalankan mobil mereka menuju kawasan perumahan bunda aira.

***
"Ya udah kita pergi dulu ya, ingat kamu jagain ayah kamu baik baik, awas sampai lecet dikit" buk ida berkata kepada adimas yang berdiri disamping mobil nya, setelah memberi wanti wanti kepada menantu nya itu, kini ia dan aira segera bergerak meninggalkan rumah nya, dan segera berlalu menuju pasar tepatnya di mall.

Setelah puas berkeliling dan membeli ini itu, buk ida segera memberi kode kepada aira anak nya untuk beristirahat sejenak di cafe yang ada dimall ini.

"Cantik cantik ya ra pakaian bayi nya, bunda jadi gak sabar ni buat nantiin cucu bunda keluar kedunia ini" buk ida berkata sambil mengusap ngusap perut aira yang sudah membuncit, karena usia kandungan aira saat ini sudah memasuki bulan ke 7, " oh iya ra, kita harus ngadain acara 7bulanan kanu ni " buk ida terus bersuara dengan antusias kepada putrinya.

"iya bun, iya nantu aira bicarain sama as adimas, bun ? Setelah ini kita kelantai bawah ya" aira berkata sambil melirik barang belanjaan nya.

"mau ngapain kebawah ra?" dengan alis satu terangkat buk ida bersuara setelah mendengar penuturan dari anaknya.

"hehehe buat beli cemilan bun, aira lagj malas aja buat sendiri, lagian kan perut aira udah gede gini, masa iya masih aktif didapur" aira berkata sambil cengengesan kepada bundanya yang telah memasang tampang muka mengerikan.

***
Adimas hanya memandang nanar kepada dirinya sendiri, setelah turun dari mobil dan membawa semua barang bekanjaan istrinya tadi.

Ia tak habis pikir dengan wanita, kenapa wanita sangat betah dengan berbelanja bahkan berjam jam dipasar, kenapa mereka tidak pernah bosan.

"mas makasi ya" aira bersuara setelah mendudukkan dirinya di sofa sambil menyengir kuda kepada suaminya yang dari tadi susah payah membawa barang belanjaannya tadi.

"iya gak papa mai, inikan sudah kewajiban nya mas" adimas berkata setelah meletakkan semua barang belanjaan istrinya dibawah lantai yang terleltak disamping meja yang ada di ruang tv, lalu ia segera mendudukkan dirinya disamping istrinya dan merangkul bahunya.

Humaira Hamzelina  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang